Suka kamu

1.3K 253 11
                                    


.
.
.
.
.
Ares menatap Rion dan Igel yang masih setia dengan saling diam, ah mungkin hanya Rion yang diam, karena Igel masih seperti biasa kecuali dia yang juga menjauh dari Rion, bukan, menjauh terlalu berlebihan hanya sedikit menjaga jarak.

Igel sudah beberapa kali harus ditegur oleh yang lain agar lebih fokus saat dicafe, bahkan Ares juga sudah beberapa kali mengingatkan Igel, bukan hanya Igel tapi juga Rion. Tapi sepertinya kali ini Ares harus menegur keduanya secara tegas, Ares bukan takut bangkrut hanya karena kesalahan yang dibuat Igel maupun Rion, tapi bekerja dengan orang yang saling diam itu sangat tidak nyaman, dan Ares sudah sering kali menerima keluhan dari yang lain. Jika yang mengeluh itu Alta, Hadar atau Leo, Ares masih bisa maklum karena ketiga orang itu memang hobi sekali mengeluh, tapi kali ini Rius dan Alden pun ikut mengeluh. Berarti Ares harus bertindak.

"Rion, Igel ikut aku sebentar!" Ares memanggil kedua soulmate itu untuk mengikutinya keruang istirahat.

"Rius tolong tutup cafe, tapi kalian disini dulu aja, jangan kedalam, ngerti?" Kelima pemuda itu mengangguk, mereka sedikit takut dengan Ares yang sedang dalam mode serius.

"Bagus." Setelah itu Ares berjalan kearah ruang istirahat, tentu saja dengan Rion dan Igel dibelakangnya.

"Masuk." Rion dan Igel menuruti Ares yang sudah membuka pintu untuk mereka. Melihat Rion dan Igel masuk, Ares segera menutup pintu kemudian berbalik memandang keduanya.

"Kalian tau gak kenapa aku manggil kalian kesini?"  Keduanya menggeleng, meskipun sebenarnya mereka sudah dapat menebak.

"Igel, Rion kalian udah sama-sama dewasa, aku percaya kalian bisa baik-baik, nyelesein semuanya secara baik-baik juga." Keduanya menunduk, saat Ares berucap demikian.

"Tau gak kenapa aku diem selama seminggu meskipun aku tau apa yang kalian alami, apa yang kalian rasain, tapi karna bukan ranah dimana aku bisa ikut campur makanya aku diem." Ares melihat Igel dan Rion masih menunduk, tidak ada respon tapi Ares yakin mereka mendengarkan.

"Tapi karena ini di cafe, dan semua juga udah mulai ngeluh jadi aku terpaksa turun tangan, kalian selesein masalah kalian hari ini disini, kalau gak jangan harap kalian keluar dari sini." Ares membuka pintu ruang istirahat, beranjak pergi, jangan lupa Ares juga mengunci pintu itu dari luar.

"Inget kalian perlu bicara berdua, selesein salah paham kalian." Setelah mengatakan itu Ares beranjak kedepan, meninggalkan ruang istirahat.

"Bang, sebenernya mereka kenapa sih?" Ares tersenyum dan mengacak rambut Rius yang berdiri disampingnya.

"Salah paham." Rius mengangguk, bukan hanya Rius tapi Alta juga Alden ikut mengangguk mendengar jawaban Ares.

"Igel cemburu liat Rion deket sama Hadar." Ares mengangguk, mengiyakan ucapan Leo.

"Tuh makanya Dar, jangan terlalu nempel sama Rion." Hadar yang namanya disebut oleh Leo, berdecak kesal.

"Dih, dia gak ngaca bang." Ares tertawa, entah kenapa Hadar dan Leo tidak pernah bisa akur, ditambah keduanya sama-sama orang yang cuek.

"Kenapa aku?" Leo mendelik tidak suka melihat Hadar justru menyalahkannya. Yang lain hanya menatap Hadar bingung, sedangkan Ares sudah tertawa kencang.

"Mas, kok malah ketawa sih!" Ares langsung mencoba menghentikan tawanya, dan menatap wajah Leo yang sedang cemberut.

"Maaf, maaf Le." Ares mengacak rambut Leo gemas.

"Masa Hadar nyalahin aku juga mas, kan yang deket sama Rion dia." Ares menepuk pipi Leo pelan, menghasilkan semburat merah samar disana. Sayang sekali Ares tidak menangkap satu ekspresi cemburu dari seseorang.

"Udah gak ada yang salah disini, mereka cuma salah paham, baik sama kamu atau Hadar."

"Aku?" Ares mengangguk, sedangkan Hadar sudah tersenyum mengejek pada Leo.

"Aduh ini anak, Rion cemburu sama lo  waktu lo deket sama Igel, Lele." Leo mengerjap, kemudian menatap Ares meminta penjelasan. Ares mengangguk.

"Apa lagi posisi lo waktu itu hahaha ambigu parah, untung Rion gak lihat." Wajah Leo memerah malu, tapi itukan bukan salahnya itu salah Igel, kenapa harus menahan tangannya.

"Kejadian apa?" Alta bertanya dengan menatap Hadar.

"Itu seminggu lalu, waktu Leo sama Igel diruang istirahat, malah main tindih-tindihan." Alta dan Alden melotot, sedangkan Rius menahan tawa karena dia juga melihat kejadian itu.

"Seminggu lalu? Yang waktu Rion pulang duluan itu?" Hadar mengangguk. Sedangkan Alta dan Alden melotot, mereka kompak menatap Leo.

"Aku inget waktu Igel aku suruh istirahat, tapi gak lama Rion masuk kedapur sambil nangis." Alta memberi kesaksian, membuat Leo, Hadar, Rius dan Alden melotot.

"Waktu itu teh si Rion pamit ke aku buat kebelakang, gak lama setelah Igel kebelakang." Ucapan Alden semakin membuat yang lain melotot.

"Rion gak lihat kan?" Leo memasang wajah melas pada yang lain, berharap semoga mereka menjawab tidak, tapi jawaban Ares meruntuhkan keyakinannya.

"Rion lihat kok, makanya jadi salah paham." Akhirnya yang lain paham kenapa Rion meminta ijin pulang duluan waktu itu.

"Oalah Igel asuuh!(oalah Igel anjing!)"
.
.
.
.
.
Igel menatap Rion yang duduk sedikit jauh darinya, laki-laki itu menunduk sambil memainkan jarinya, Rion gugup begitu pula Igel. Mereka seperti orang yang baru saja kenal.

"Yon." Igel mengalah, dia bangkit mendekati Rion, menyentuh pundak laki-laki hingga Rion mendongak.

"Kamu kenapa? kok tiba-tiba kamu jauhin aku, aku ada salah sama kamu?" Rion menggeleng, matanya sudah berkaca-kaca.

"Terus kenapa? kamu gak biasanya loh kayak gini." Air mata mulai menetes dari mata Rion. Igel dengan lembut mengusapnya denga ibu jari, sebelum akhirnya menarik Rion kedalam pelukannya.

"Aku kesel hiks.." Rion memukul pelan punggung Igel.

"Kesel kenapa?" Igel tetap mengelus punggung Rion lembut, menenangkan laki-laki itu.

"Kamu terlalu deket sama Leo, bahkan Leo nindih kamu minggu lalu hiks." Mata Igel melotot saat mendengar ucapan Rion, jadi bayangan orang yang dia lihat di ambang pintu itu bayangan Rion.

"Maaf maaf, itu gak sengaja Yon, lagi pula aku sama Leo gak ada apa-apa, kan kamu tau Leo sukanya sama siapa." Rion mengangguk, ya dia tau Leo tidak mungkin menyukai Igel yang berposisi sesama dominan, tapi kan tetep aja Rion takut. Leo dominan tapi rela jadi submisive untuk Ares.

"Maaf juga udah diemin kamu." Igel melepas pelukannya, dia menangkup pipi Rion, kemudian mengecup bibirnya.

"Kamu tau kan aku cinta sama kamu, kamu juga sama kan?" Rion mengangguk, mereka memang saling mencintai sejak lama.

"Kalau gitu gak ada yang perlu kamu khawatirin Yon, aku punya kamu, meskipun status kita gak lebih dari sahabat." Rion memeluk Igel kembali menangis dipelukan laki-laki itu.

"Udahan nangisnya, aku mau telpon bli Ares dulu biar dibuka pintunya, aku laper." Rion menghapus airmata nya saat Igel mulai menelpon Ares.

Cklek

"Udah baikan?" Keduanya mengangguk, mereka tersenyum pada Ares.

"Ya udah ayo keluar." Igel dan Rion mengikuti langkah kaki Ares seperti anak bebek.

"Udah ayo balik, tapi makan dulu ya, kalian mau makan apa?" Ares menatap semua penghuni rumah bintang dihadapannya.

"Bang Ares mau traktir kita?" Ares mengangguk, mengiyakan pertanyaan Rius. Membuat semuanya bersorak senang.

"Seafood aja yuk a'." Alden memberi ide yang langsung disetujui oleh yang lain.

"Ya udah ayo." Ares tidak punya pilihan kecuali mengiyakan. Dan lagi Ares senang melihat adik-adiknya bahagia.

Rius yang hanya tersenyum memperhatikan semua abangnya satu persatu, tapi dia sedikit aneh saat ada satu orang yang menatap lekat pada Ares. Rius mendekatinya kemudian berbisik pada telinga laki-laki itu.

"Abang suka bang Ares ya?"
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Rumah BintangWhere stories live. Discover now