Rencana Igel

978 192 4
                                    


.
.
.
.
.
Hadar terkejut saat mendengar suara ketukan dipintu kamarnya, tapi Hadar lebih terkejut lagi saat menemukan Igel dan Rion berdiri didepan kamarnya.

"Kalian langsung balik kesini habis gue kirim pesan?" Igel mengangguk, dia masuk kekamar Hadar dan Ares begitu Hadar menggeser tubuh tingginya.

"Masih demam?" Hadar menggeleng.

"Udah turun, gak sepanas semalem." Igel menghela nafas lega mendengar itu.

"Kemarin bang Ares sempet mimisan waktu kita dipantai, terus malemnya drop gini." Igel dan Rion sedikit terkejut saat mendengar penjelasan santai Hadar.

"Kamu tau Dar?" Hadar tersenyum kearah Igel dan Rion.

"Jauh sebelum kalian berdua tau, inget waktu aku kasih obat ke lo kan Gel?" Igel mengangguk, dia memang mengingat saat itu, karena terjadi dihari yang sama saat mereka sedang curhat di kamar belakang.

"Kamu tau sejak hari itu?" Hadar mengangguk.

"Hadar, tadi ada apa?" Hadar kembali menghela nafas dan mulai menceritakan apa yang terjadi saat mereka pergi kepantai tadi.

"Tumben?" Hadar mengedikan bahunya, dia sendiri tidak mengerti.

"Mau ikut rencana kita gak Dar?" Hadar memicing.

"Rencana apa?" Igel tersenyum jahil.

"Mereka ngacangin bli Ares kan?" Hadar mengangguk.

"Kita lihat seberapa nyesel mereka kalau liat bli Ares pingsan dihadapan mereka." mata Hadar melotot mendengar ucapan Igel.

"Tunggu lo mau bikin bang Ares pingsan didepan mereka? Berarti bang Ares harus tau rencananya dong?" Igel menggeleng.

"Gak, cukup kita bertiga aja yang tau." Igel mengambil sebuah bungkusan obat dari saku jaketnya, dan menunjukannya pada Hadar.

"Obat apa itu, bentuknya mirip kayak obatnya bang Ares." Igel semakin tersenyum jahil. Dia melirik Rion yang memutuskan keluar dan berjaga di depan pintu, berjaga-jaga jika ada yang terbangun dan datang kekamar ini.

"Ini obat tidur, tapi reaksinya bisa bikin yang minum kelihatan kayak orang pingsan." Hadsr menyimak semua ucapan Igel.

"Obat ini bakal mulai bereaksi enam jam setelah diminum dan efeknya baru hilang setelah lima jam."

"Jadi kita cuma harus bikin bang Ares minum ini, dan kita pura-pura panik waktu obat nya udah nunjukin reaksi?" Igel mengangguk, membuat Hadar tersenyum.

"Oke ayo lakuin, ntar setelah obatnya bereaksi gue telfon lo pura-pura panik, atau gue bisa biarin yang lain telfon lo aja, ntar mendekati jamnya gue ajak Alden ke minimarket bentar atau kemana gitu, biar gak ada yang curiga." Igel mengangguk setuju, sepertinya Hadar paling top kalau disuruh ngerjain gini.

"Bli Ares gak akan tau hal itu, nanti kalau udah selesai biar aku yang kasih tau bli Ares." Hadar kembali mengangguk.

"Nih obat nya, pastiin bli Ares minum obat itu selesai sarapan." Hadar kembali mengangguk.

"Nanti setelah aku dihubungin aku bakal dateng sama Rion sama ayah ku, aku harus bawa dokter kan biar kelihatan nyata." Hadar lagi-lagi hanya mengangguk.

"Ok, kita lihat reaksi mereka besok." Igel beranjak dan pamit untuk kembali kerumah, agar yang lain tidak tahu jika dia dan Rion sempat pulang kesini.

"Hati-hati." Hadar mengantar mereka sampai pintu depan, sekarang sudah pukul 4, pasti sebentar lagi Alta akan bangun.

"Maafin kita ya bang, jangan marah sama kita nanti."
.
.
.
.
.
Ares membuka matanya tepat saat Hadar baru saja selesai mandi. Laki-laki mungil itu mengerjap, sedikit merasakan nyeri pada sikunya, mungkin karena terbentur westafel semalam.

Rumah BintangWhere stories live. Discover now