Semudah itu?

1K 201 6
                                    


.
.
.
.
.
Alta beberapa kali melirik kearah lorong yang mengarah kebagian belakang rumah. Dia takut dan khawatir pada Ares yang saat ini tengah berbicara dengan kedua orang tuanya. Alta tidak bisa berhenti meremas kedua tangannya bergantian, dia terlalu takut. Takut jika dia akan kembali dipaksa pulang, takut jika dia tidak bisa lagi berusaha mendekati Ares, takut jika seandainya Ares akhirnya memintanya ikut dengan kedua orang tuanya, terlalu banyak ketakutan yang ada dikepala Alta saat ini.

"Mas, udah jangan terlalu overthinking." Alta menggigit bibir bawahnya saat mendengar suara Rafi. Sepupunya itu memang sangat hafal segala tingkah lakunya.

"Mas takut Fi." Rafi mengelus pundak Alta. Dia mengerti bagaimana takutnya Alta saat orang yang dia suka sedang bersama kedua orang tuanya yang sangat kaku dan egois.

"Percaya aja sama dia mas, kayak apa yang dia bilang tadi ke mas." Alta akhirnya mengangguk, dia kemudian menatap Rafi dan Lino yang sedang duduk disisinya.

"Ayah sama ibu gak bakal ngapa-ngapain Ares kan?" kedua sejoli itu hanya tersenyum dan menggeleng untuk menenangkan Alta.

"Oh dia yang namanya Ares?" Rafi menatap berbinar pada Alta saat kakak sepupunya itu menyebut nama Ares.

"Iya dia Ares." Lino menatap interaksi kedua sepupu berposisi submisive itu lekat.

"Kayaknya dia bisa diandelin buat jaga kamu Ta, dia tenang banget soalnya." Alta tersenyum mendengar ucapan Lino.

"Aku masih usaha buat bikin dia suka sama aku." Lino mengacak rambut Alta, sedangkan Rafi memeluk Alta dari samping. Mereka berdua sama-sama tau bahwa Alta adalah anak yang susah sekali jatuh cinta, tapi sekalinya jatuh cinta pasti jadi bucin.

"Kita doain yang terbaik deh buat kalian." ucapan Lino diangguki oleh Rafi.

"Iya mas, aku yakin dia jodoh mas." karena ucapan sepasang kekasih itu, senyum Alta kembali terbit, meskipun tipis dan belum secerah sebelumnya.

"Makasih ya."
.
.
.
.
.
Sore ini tidak terlalu banyak pengunjung yang datang ke cafe, hanya beberapa orang saja. Mungkin karena cuaca yang tiba-tiba mendung setelah siang tadi panas cukup terik.

Saat ini Igel sedang duduk di balik kasir den Rion yang berdiri disebelahnya. Ya, saat ini Igel sedang bertukar tugas dengan Alden, karena Igel harus mencatat semua barang yang dibutuhkan cafe sebelum akhirnya diserahkan pada Ares.

"Igel." Igel langsung menoleh saat Rion memanggil namanya.

"Ada apa?" Rion menggeleng, dia memilih memeluk Igel dari belakang dan menyandarkan dagunya pada pundak sang dominan.

"Gel, kira-kira orang tuanya mas Alta dateng ke rumah lagi atau gak ya?" Igel menggeleng pelan.

"Gak tau Yon, kenapa sih?" Igel dapat merasakan soulmatenya itu mengembuskan nafas berat.

"Aku takut mas Alta nekat lagi Gel." Igel tersenyum, dia menepuk tangan Rion yang ada didepan dadanya.

"Gak usah takut, kita percaya aja sama bli Ares buat ngamanin mas Alta." Rion akhirnya mengangguk, setuju dengan jawaban Igel. Percaya pada Ares!

"Aku bakal selalu percaya sama bli Ares, Gel." Igel kembali tersenyum.

"Bagus deh, jadi makin cinta."
.
.
.
.
.
Ares tetap tersenyum senang saat kedua orang tua Alta masih setia menatap dia tajam. Bahkan setelah hampir satu jam berlalu, kedua orang tua Alta sama sekali tidak mengeluarkan suara meskipun Ares sudah mencoba berbasa-basi.

"Jadi kamu alasan Alta tidak mau pulang kan?" Area langsung menatap sukma bingung.

"Maaf tante?" sukma berdecih tidak suka.

Rumah BintangWhere stories live. Discover now