Penjelasan dan permohonan maaf

1.1K 202 0
                                    


.
.
.
.
.
Leo menatap datar pria yang sedang duduk dihadapannya. Leo tidak menyangka bahwa sosok ini yang akan menemuinya di pare. Sosok yang selama ini tidak pernah dia kenal, sosok yang menurut Leo tidak akan pernah dia butuhkan.

Ayahnya.

"Pergilah!" Fajar tersentak saat mendengar suara pelan Leo.

"Leo." Fajar sudah menduga akan mendapat respon seperti itu dari Leo. Leo pasti terkejut dengan fakta ini.

"Saya bilang pergi, saya sama sekali tidak butuh kehadiran anda!" Fajar terkejut saat kalimat itu terucap dari mulut Leo. Bukan hanya Fajar, tapi mereka yang mendengar percakapan Leo dan laki-laki yang mengaku sebagai ayahnya itu juga terkejut.

"Leo, saya mohon dengarkan saya." Leo berdecih, dia berdiri dari duduknya dan menatap tajam kearah Fajar.

"Kalau anda tidak pergi, maka saya yang akan pergi." Leo sudah akan beranjak saat tangannya ditahan oleh Fajar.

"Jangan pergi, dengarkan penjelasan ayah dulu." Leo mengepalkan tangannya erat, wajahnya memerah karena emosi.

"Ayah?"

"Anda menyebut diri anda ayah? Jangan membuat saya tertawa!" Leo tersenyum remeh pada Fajar. Terutama saat melihat Fajar hanya terdiam.

"KEMANA SAJA ANDA SELAMA INI, JIKA ANDA MEMANG AYAH SAYA?!" Fajar bisa melihat kesakitan dimata Leo.

"ANDA TIDAK ADA SAAT SAYA MEMBUTUHKAN SOSOK AYAH, SAAT SAYA DIHINA HANYA KARENA SAYA TIDAK MENGENAL AYAH SAYA, ANDA KEMANA?!!" Fajar semakin merasa bersalah saat mendengar Leo yang berteriak mengeluarkan semua rasa kecewanya.

"Maaf Le." Fajar menunduk, tapi itu justru membuat Leo semakin marah.

"Kehadiran anda saat ini sudah tidak saya perlukan, saya sudah terbiasa hidup mandiri tanpa anda, jadi silakan pergi dan jangan pernah menemui saya lagi!" setelah mengatakan itu Leo langsung beranjak naik keatas dan masuk kedalam kamarnya.

"Maaf kan ayah Le, maaf!" Fajar mendongak, menemukan Ares sedang memperhatikannya dari samping tangga. Bukan hanya Ares tapi juga ada teman-teman Leo yang lain.

"Maaf ya, saya sudah mrmbuat keributan disini." Ares menggeleng, dia berjalan mendekati Fajar.

"Gak papa om, biarin Leo tenang dulu, nanti saya bantu ngomong ke Leo, biar dia mau dengerin penjelasan om." Fajar tersenyum, dia menepuk pundak Ares.

"Leo beruntung punya teman seperti kamu." Ares tersenyum, tapi matanya melirik kearah tangga.

"Nanti saya kabari lagi kalau Leo udah mau bicara om." Fajar mengangguk, kemudian pamit pada Ares dan yang lain.

"Saya pamit dulu ya." Ares mengangguk, dia juga mengantarkan Fajar keluar dari rumahnya.

"Leo pasti kaget banget." Ares tersenyum simpul saat mendengar gumaman Rion.

"Aku bisa minta tolong?" semua serentak menatap Ares, kemudian mengangguk.

"Minta tolong apa bang?"

"Tolong beliin makanan, kayaknya nasi goreng ku udah raib gak tau kemana." mendengar ucapan Ares membuat semuanya tertawa canggung.

"Kamu mau makan apa Res?" Ares menatap Alta, dia menyerahkan uang dua ratus ribu pada Alta, yang tentu saja ditolak oleh laki-laki itu.

"Simpen aja uangnya Res, sekarang biar aku yang bayarin." Ares sebenarnya tidak setuju tapi melihat tatapan tajam Alta, mau tidak mau membuat Ares mengangguk setuju.

"Pingin sate kambing, biar Igel sama Rion yang nunjukin tempatnya." Rion sudah sumringah saat mendengar kata sate kambing, sedangkan Igel hanya menatap Ares dan tersenyum simpul.

Rumah BintangWhere stories live. Discover now