Ketakutan Rigel

1K 204 2
                                    


.
.
.
.
.
Bali, 2014

Dua orang remaja laki-laki berusia 15 tahun tampak sedang mendiskusikan sesuatu dengan serius dipinggir pantai. Keduanya tampak bahagia saat bersama, mengabaikan fakta bahwa salah satunya sedang asik berbicara tentang kakak perempuan dari sosok disebelahnya.

"Igel, kenapa aku ngerasa ada yang aneh sama Vania ya?" sosok bersurai ungu itu mengernyit bingung saat sahabatnya berbicara tentang kakak angkatnya yang juga adalah kekasih dari sahabatnya itu.

"Aneh gimana sih Yon?" Rion, sosok yang sedari tadi berbicara itu mengedikan bahunya.

"Sejak kita lulus terus dapet beasiswa di FK, vania jadi aneh, kadang dia ngeliatin aku kayak mau bunuh aku." Igel yang mendengar penuturan Rion langsung memukul pelan lengan laki-laki itu.

"Mulutnya itu loh." Rion hanya bisa tertawa kikuk.

"Gel, kamu gak akan pergi dari aku kan?" Igel menggeleng.

"Ngapain aku pergi dari kamu, paling nanti kamu yang pergi dari aku." Rion mengerucutkan bibirnya kesal.

"Igel nyebelin!" Igel tertawa tapi tatapannya sendu.

"Aku bener kan? Kalau kamu beneran nikah sama vania pasti kamu yang ninggalin aku." Rion terdiam sejenak.

"Tapi aku gak mau ninggalin kamu, kalau gitu aku gak mau nikah sama Vania." Igel tertawa saat itu, mengira bahwa ucapan Rion hanya gurauan semata. Mereka hanya tidak menyadari bahwa sosok yang sedang mereka bicarakan sedang berdiri tak jauh dari mereka, mendengarkan semua obrolan keduanya.
.
.
.
Seminggu setelah itu, Igel dikejutkan dengan sebuah kabar bahwa Rion dan Vania sudah putus. Igel sebenarnya merasa senang tapi meskipun begitu Igel tidak akan bisa menyatakan perasaannya pada Rion. Orang tua mereka tidak akan setuju, karena berdua sama-sama laki-laki.

Igel tau ibu Rion membencinya sejak Rion putus dengan vania, begitu juga vania yang menyalahkannya danengatakan dia adalah penyebab Rion memutuskan hubungannya. Igel diam, karena selama Rion tidak menjauh darinya dia tidak akan ada masalah.

Tapi masalah mulai datang saat Rion datang kerumah nya sambil menangis. Laki-laki itu mengatakan semuanya, tentang perasaannya dan tentang paksaan ibunya untuk berpacaran dengan vania.

"Ibuk tau aku suka sama cowok Gel, ibu marah, dia maksa aku buat pacaran sama vania supaya dia gak nyakitin kamu sama mama." Hati Igel sakit saat itu, mengetahui fakta yang selama ini disembunyikan oleh sahabatnya.

"A-aku...aku suka sama kamu Gel..maaf." Igel lebih terkejut lagi mendengar fakta bahwa dialah yang disukai oleh Rion. Berarti selama ini perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.

Grep

Igel menarik Rion kedalam pelukannya, membiarkan tubuh bergetar sahabatnya itu tenang di pelukannya.

"Makasih karena udah suka sama aku Yon." Rion terisak mendengar bisikan Igel, dia takut, takut jika Igel akan meninggalkannya.

"J-jangan benci aku Gel, tolong." Igel semakin mengeratkan pelukannya pada Rion saat laki-laki itu semakin terisak.

"Gak akan Yon, aku gak akan benci kamu, karena aku juga suka sama kamu." Rion langsung melepas pelukan dari Igel dan menatap mata sahabatnya itu, mencati kebohongan disana tapi yang dia temukan hanya tatapan lembut milik Igel.

"K-kamu apa?" Igel tersenyum lembut.

"Aku suka sama kamu, ah bukan aku cinta sama kamu." Rion terdiam, matanya kembali berkaca-kaca saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut sahabatnya.

Rumah BintangWhere stories live. Discover now