Penjelasan dan permohonan maaf pt.2

1.1K 207 3
                                    


.
.
.
.
.
Blitar 1998

Seorang laki-laki tampak tersenyum bahagia karena dia baru saja menikahi kekasihnya. Bukan hanya laki-laki itu yang tampak bahagia, seorang perempuan yang duduk disebelahnya pun juga tampak sangat bahagia.

Pernikahan mereka bukanlah pernikahan mewah, pernikahan hanya sebuah pernikahan sederhana, tanpa banyak tamu undangan.

"Anisa, setelah ini kita akan tinggal di semarang, gak apa kan?" perempuan yang namanya disebut itu tersenyum.

"Gak apa mas, kan sudah wajibnya istri ikut suaminya." laki-laki yang tidak lain adalah Fajar itu ikut tersenyum.

"Makasih ya nis, kamu mau nerima aku padahal aku masih belajar." Anisa menggeleng, dia meraih tangan Fajar dan menggenggamnya lembut.

"Mas, setelah ini kita bisa belajar bersama, aku akan tunggu mas, tunggu mas jadi imam ku."

"Aku sayang sekali sama kamu Nis."
.
.
.
.
.
Semarang 1999

Pernikahan mereka berjalan lancar, semua terlihat bahagia hingga sebuah kabar yang seharusnya tersampaikan dengan bahagia menjadi terpendam.

Plak

"Apa maksudnya ini mas?" Anisa menahan air mata yang siap keluar kapan saja dari kedua matanya, dihadapannya Fajar hanya menunduk, merasa bersalah pada sosok wanita yang dicintainya itu.

"Maafkan aku Anisa." Anisa terisak, dia tidak menyangka bahwa pria yang menikahinya sembilan bulan lalu itu mengkhanatinya.

"Sudahlah, kamu itu terlalu drama Anisa, Fajar akan tetap menikahi Sila sebagai bentuk tanggung jawab, lagi pula seharusnya Sila yang jadi istrinya Fajar."

"Dan lagi Sila akan memberikan saya cucu."

Deg

Anisa menatap tidak percaya pada sosok ibu mertuanya, sosok yang dulu menerimanya dengan baik kini berbalik menolaknya, hanya karena dia belum juga hamil.

"Tapi ma, mas Fajar suami Nisa."

"Mau tidak mau kamu harus terima Nisa, Fajar dan Sila akan menikah minggu depan, setelah itu mereka akan tinggal dirumah mama." Anisa semakin tidak percaya mendengar ucapan ibu mertuanya.

"Mama misahin aku sama mas Fajar." Anisa melihat ibu mertuanya berdecih. Dia beralih menatap Fajar, suaminya.

"Kamu diem aja mas? Kamu setuju sama mama?" Fajar diam, dia sebenarnya tidak setuju tapi dia harus bertanggung jawab.

"Maafkan aku Anisa, aku janji akan adil." pertahanan Anisa pecah, tangisnya semakin kencang, orang yang dia percaya justru mengkhianatinya.

"Aku kecewa sama kamu mas."
.
.
.
.
.
"Sila, aku akan pulang kerumah hari ini." Fajar mendekati Sila yang sedang bercengkrama dengan ibunya.

"Disini aja toh mas, aku lagi hamil loh." Fajar berdecih, terlebih saat ibunya ikut berbicara.

"Kamu ini istri lagi hamil malah ditinggal."

"Istri ku bukan cuma Sila, ma."

"Anisa itu gak hamil Jar, jadi kamu disini aja." Fajar berdecih, dia tidak peduli pada dua orang dihadapannya, dia tetap akan pulang kerumah.

Sudah dua bulan sejak pernikahannya dengan Sila, dan sejak saat itu dia belum sempat pulang kerumah yang ditinggalinya dengan Anisa. Terakhir kali dia bertemu dengan Anisa juga saat pernikahan, Anisa datang tanpa memberinya ijin untuk menikah, hanya menyaksikan dengan wajah datar.

Rumah BintangWhere stories live. Discover now