Keisengan Ares

1K 213 8
                                    


.
.
.
.
.
Igel menggaruk lehernya salah tingkah saat Alta menatapnya dengan tajam. Mereka sedang ada didapur saat ini, memasak sarapan untuk yang lain.

"Lain kali kalau mau main jangan kasar Gel." Igel menghentikan kegiatannya mencuci beras saat Alta bertanya seperti itu.

"Kasar apanya sih mas?" Igel tahu wajahnya pasti susah memerah saat ini.

"Gak usah sok polos Gel, suaranya Rion kenceng banget semalem." Igel memejamkan matanya sebentar, sebelum akhirnya memilih melanjutkan kegiatannya.

"Sekenceng itu emang mas?" Igel ganti bertanya pada Alta setelah dia selesai mencuci beras. Alta mengangguk.

"Iya, kenceng banget, semoga aja gak kedengeran sampe bawah." Igel malu, dia meruntuki dirinya yang terbawa emosi kemarin.

"Maaf mas." Alta menghela nafas saat melihat Igel tampak merasa bersalah.

"Lain kali pelan aja Gel, kasian yang lain, kalau bisa lakuin saran yang aku kasih kemarin deh." Igel hanya bisa mengangguk. Mungkin nanti dia bisa menggunakan saran yang ditulis Alta disurat kemarin.

Drap

Drap

Drap

"Igel, bli Ares mana?" Alta dan Igel serempak menoleh kearah pintu dapur, dimana Rion berdiri disana.

"Dikamarnya gak ada?" Rion menggeleng, membuat Igel dan Alta mengernyit heran.

"Coba lihat kamar belakang, siapa tau disana." Rion mengangguk, dia segera menuju kamar belakang.

"Aku dari pagi gak lihat Ares sama sekali, paling dia belum bangun." Alta mengatakan itu sambil menatap Igel bingung.

"Bli Ares jarang keluar kamar pagi, agak aneh kalau dia gak ada dikamar mas."

Alta baru saja akan menjawab ucapan Igel, saat telinganya mendengar suara langkah kaki yang dihentakan.

"Kenapa lagi?" Igel bertanya saat melihat Rion masuk kedapur.

"Ada?" Rion menggeleng, dia cemberut menatap Igel juga Alta.

"Gak ada mas, adanya malah pasangan yang lagi tidur berdua." Alta dan Igel mengernyitkan dahinya, tapi begitu melihat Leo masuk kedapur dari arah kamar belakang, mereka paham, pasti Leo dan Rius tidur dikamar belakang.

"Cuma tidur doang padahal gak berisik."  Leo menggerutu, dia terbangun karena teriakan Rion. Untung Rius tidak bangun.

"Tumben kamu tidur dikamar belakang Le?" Leo menatap Igel sanksi, dia ingin memaki tapi tidak ingin dimarahin Alta.

"Tumben tumben, salah kalian tuh, main aja berisik banget sampe aku sama mas Ares pindah kebawah, masih aja kedengeran." Leo menjawab Igel sedikit sewot.

Blush

Lain Igel, lain pula Rion. Saat ini wajah laki-laki itu tampak memerah saat mendengar ucapan Leo, tentang suaranya semalam.

"Maaf, Le." Leo menghela nafas, dia tidak bisa marah, karena jika bukan karena Rion dan Igel berisik semalam, dia tidak akan pernah masuk kekamar Ares dan mengetahui semuanya.

"Terus sekarang Ares kemana Le?" Leo mengedikan bahunya.

"Gak tau mas, tadi jam 4 pagi pamit balik kekamar."

Alta mengerjap bingung, jam 4 pagi? Laki-laki tinggi itu menatap Igel, memberinya kode agar menghubungi hp bos mungilnya rumah bintang itu.

"Gak diangkat mas." Igel meletakan hpnya di meja dapur, saat Ares tidak menjawab panggilannya.

Rumah BintangWhere stories live. Discover now