Persiapan

1.9K 327 13
                                    


.
.
.
.
.
Ares benar-benar membawa Rigel dan Rion untuk tinggal bersamanya, Ares sebenarnya bukan orang yang kaku, tapi memang dia lumayan pendiam.

Ares meminta Rigel dan Rion untuk memilih kamar mereka sendiri, Ares bahkan memberikan mereka kamar masing-masing. Ares bisa menebak bahwa setelah ini rumah ibunya akan semakin ramai.

"Bli, bli Ares mau makan apa?" Ares yang sedang memejamkan matanya disofa ruang keluarga segera membuka matanya. Dia menemukan Rigel sedang berdiri disamping sofa.

"Makan?" Rigel mengangguk, sepertinya laki-laki itu sudah selesai dengan barang-barang nya.

"Iya bli, buat makan siang, biar aku yang masakin." Ares tidak mendengar dengan jelas ucapan Rigel, matanya mengantuk.

"Apa aja, aku makan apapun." Ares hanya bergumam, dia bahkan tidak tau apakah Rigel masih ada disana atau tidak.

"Gel." Rigel langsung membekap mulut Rion dan mendorong laki-laki itu kedapur.

"Ada apa sih?" Rigel melirik kearah ruang keluarga.

"Bli Ares tidur disana, jangan berisik." Rion langsung menutup mulutnya, dia mengangguk.

"Rion, aku minta tolong bisa gak?" Rion menatap Rigel, tumben ini anak minta tolong padanya.

"Apa?" Rigel merogoh sakunya, mengeluarkan uang 50 ribu, dan memberikannya pada Rion.

"Tolong beliin thai tea, ditempat biasa ya." Rion langsung menerima uang itu dan mengantonginya.

"Mau berapa?"

"Beli empat aja Yon, seinget ku dulu tante Amel pernah bilang, bli Ares suka banget thai tea." Rion memberikan gestur ok dengan jarinya, dia segera melesat keluar rumah setelah meraih kunci motor milik mereka.

Rigel yang melihat Rion pergi segera beranjak untuk memasak makan siang, sepertinya keahliannya memasak harus dikembangkan. Rigel melihat bahan makanan apa saja yag ada dikulkas, matanya membulat saat menemukan kulkas penuh dengan berbagai bahan makanan. Rigel mengambil bahan yang sekiranya diperlukan sebelum kembali menutup pintu kulkas, dia akan memasak apa yang dia ingat pernah diajarkan ibu Ares padanya.
.
.
.
.
.
Ares membuka matanya, dia masih berasa di sofa ruang keluarga. Matanya melirik pada jam dinding, pukul 2 siang, dia tertidur cukup lama sepertinya. Ares bangkit, dia terdiam sebentar saat mendengar suara orang mengobrol didapur.

"Oh bli, udah bangun?" Ares mengangguk, saat netranya menemukan Rigel dan Rion sedang duduk dilantai dapur.

"Kalian ngapain duduk disitu?" Ares bingung, kenapa dua orang itu lebih memilih duduk didapur dari pada di ruang keluarga, mana dilantai pula.

"Ngadem bli, disini anginnya enak." Ares menatap pintu samping dapur yang terbuka, memang sih angin masuk lumayan banyak disini.

"Awas masuk angin ntar." Ucapan Ares disambut gelak tawa dari Rigel juga senyuman dari Rion.

"Makan dulu bli, aku tadi bikin sup ayam." Ares mengangguk, dia segera beranjak mengambil piring dan makanan yang ada. Ares memutuskan ikut duduk di lantai dapur bersama Rigel dan Rion.

"Ini kamu yang masak Gel?" Rigel mengangguk.

"Iya bli, kenapa gak enak ya?" Ares menggeleng, mulutnya masih penuh makanan.

"Enak." Baru setelah menelannya Ares menjawab.

"Igel emang pinter masak bli, tapi sayang dia jarang mau disuruh masak." Rion menepuk paha Rigel sedikit keras, hingga membuahkan sebuah pekikan dari Rigel.

"Rion heh sakit." Rion hanya tertawa, melihat itu membuat Ares ikut tertawa.

"Bli, porsi makan mu dikit banget." Rion menatap piring Ares, sudah tersisa sedikit makanan disana, mungkin hanya tinggal 3 sendok, padahal Rion yakin Ares baru makan sebanyak lima suap.

Rumah BintangKde žijí příběhy. Začni objevovat