Altair

1.6K 305 9
                                    


.
.
.
.
.
Seorang laki-laki berparas cantik terlihat sedang berjalan mondar-mandir dengan hp yang menempel ditelinganya. Wajahnya cemberut, sepertinya dia sedang kesal.

"Ayolah Lino, tolongin aku."

"Ta, kamu kan tau gimana orang tua mu, aku gak mau ambil resiko lah."

"Kamu lebih seneng liat aku mati kayaknya No." laki-laki itu memasang wajah memelas, sepertinya dia lupa jika lawan bicaranya tidak akan bisa melihat wajahnya.

"Ra usah aneh-aneh kowe!(gak usah aneh-aneh kamu!)"

"Makane ta ewangi aku (makanya bantuin aku)." laki-laki itu mendengar helaan nafas berat dari lawan bicaranya, sebelum dia mendengar sebuah kalimat yang membuatnya bersorak.

"Bawa dokumen mu kesini, biar aku yang urus."

"Yey, kamu emang temen terbaik No." laki-laki itu menutup panggilannya secara sepihak, dia bahkan tidak peduli akan mendapat umpatan dari temannya itu.

"Oke Alta, sekarang waktunya cari kebebasan!"
.
.
.
.
.
Altair Tarachandra

Laki-laki cantik keturunan surabaya jogja ini, selalu dianggap sempurna oleh orang-orang disekitarnya. Wajah yang cantik dan tampan disaat bersamaan, tubuh tinggi dan ramping yang kerap kali membuat para wanita iri, juga otak pintarnya, jangan lupa dia juga bergelimang harta.

Jika kebanyakan orang akan suka hidup dengan harta berlimpah, Alta justru tidak menyukainya. Ayahnya adalah pengusaha mebel yang cukup terkenal dijogja, ibunya juga memiliki toko oleh-oleh khas jogja yang besar disana. Alta bangga dengan apa yang dimiliki orang tuanya, hanya saja Alta tidak suka saat hidupnya mulai diatur sedemikian rupa.

Alta ingin bebas, dia ingin melakukan apapun yang dia mau, pergi kemana pun yang dia ingin, tanpa dia harus takut dituntut ini itu oleh ibunya. Alta suka memasak, dan dia ingin belajar tentang itu, tapi ibunya justru meminta Alta belajar soal bisnis. Alta yang muak dengan segala tuntutan itu memilih untuk pergi, kabur ketempat dimana dia bebas.
.
.
.
.
.
Alta sudah berada didepan kosan milik Lino, dipunggungnya ada tas ransel yang terlihat sangat penuh. Alta bukan akan kabur kekosan Lino, dia hanya meminta tolong pada Lino untuk menguruskan sesuatu, karena Alta tidak bisa mengurus itu sendiri, dia akan ketahuan nanti.

"Lino sayang!!" Lino yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut saat melihat Alta berteriak didepan kamar kostnya.

"Gak usah teriak cuk!" Lino memukul pundak Alta pelan.

"Ih Lino kasar, gak suka." Lini memutar matanya bosan saat melihat Alta mulai bertingkah sok imut.

"Gak usah sok imut, cepet masuk!" Lino menarik tangan Alta agar masuk kedalam kamarnya. Harus Alta akui bahwa kamar Lino cukup rapi untuk ukuran cowok urakan macam Lino.

"Ih Lino, jangan macem-macem, aku masih perawan!" Alta menyilangkan tangannya didepan dada, membuat ekspresi ngeri diwajahnya. Sedangkan Lino sudah ingin menggeplak kepala Alta, agar sedikit waras.

"KAMU ITU BUKAN PERAWAN NJING!!" Alta tanpa rasa bersalah malah menatap Lino polos.

"Ih, kok ngegas, nanti gantengnya ilang loh terus Rafi gak suka lagi sama kamu loh." Lino ingin sekali mengumpat pada Alta, jika tidak ingat nanti Alta bisa melaporkannya pada Rafi kekasihnya, yang tak lain adalah sepupu Alta.

"Udah lah, kamu bawa apa yang aku minta kan?" Alta mengangguk, dia membuka tas ranselnya, ada beberapa amplop coklat tebal didalamnya.

"Masing-masing isinya 30, ada 4 amplop disini." Lino menatap Alta tidak percaya.

Rumah BintangOù les histoires vivent. Découvrez maintenant