Berteduh

1.5K 288 10
                                    


.
.
.
.
.
Udara sore surabaya menyambut Alta yang baru saja keluar bandara, Alta bukan pertama kalinya pergi ke surabaya seorang diri, dia sudah sering melakukannya. Hanya saja kali ini berbeda, jika biasanya dia ke surabaya hanya untuk mengunjungi neneknya, kali ini dia ada di surabaya untuk kabur.

Alta melangkah mendekati sebuah taxi, menaikinya dan meminta supir taxi mengantarnya ke terminal terdekat, dari sana baru Alta akan menentukan kemana dia akan pergi.

"Masnya ini mau kemana?" Alta melirik sopir taxi yang mengajaknya berbicara.

"Gak tau pak, saya mau cari tempat wisata tapi yang bisa sekalian belajar." Alta menjawab dengan senyum diwajahnya, meskipun sebenarnya di juga sedikit was was.

"Disini ada museum mas, kalau luar surabaya juga banyak, di blitar, lamongan, probolinggo, banyak lah mas, ada kampung inggris juga dipare." Alta hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Taxi yang ditumpangi Alta berhenti didepan sebuah terminal, Alta turun setelah membayar. Alta menuruti saran sopir taxi itu untuk memindahkan posisi tas kedepan badannya, takut ada copet katanya. Alta menaiki bis yang baru saja kelur dari terminal, ntah tujuannya kemana, Alta tidak peduli.

"Yang penting bebas, mau dimana pun itu."
.
.
.
.
.
Ares sedang membantu Leo mengantar pesanan kepengunjung cafe. Galaxy's cafe semakin ramai dari hari kehari, apa lagi sejak adanya live music setiap hari jum'at dan sabtu. Semakin banyak yang datang kecafe semakin banyak pula orang-orang yang bertanya aneh-aneh pada mereka.

Ares memijat pundaknya, dia yang biasanya hanya duduk diam menerima pesanan kali ini harus ikut turun mangantar pesanan. Ares sengaja meminta bertukar posisi dengan Alden, karena laki-laki tinggi itu baru saja sembuh, setelah jatuh sakit seminggu lalu, tepat seminggu setelah Ares sakit. Dari situ Ares tau, Alden sama sepertinya, berasal dari keluarga berada dan tidak pernah bekerja.

"Capek ya mas?" Ares menoleh, dia menemukan Leo sudah berdiri di sebelahnya.

"Lumayan lah, gimana, udah dianter semua?" Leo mengangguk saat mengetahui arah pertanyaan Ares.

"Udah mas, live music udah jalan seminggu, dan kalau pas harinya pasti lantai atas kosong, yang rame dibawah." Ares tertawa mendengar ucapan Leo.

"Ya kan mereka mau liat Hadar sama Rius, Le." Leo tertawa sedikit keras, dia tau dua rekan kerja dan temen serumah ya itu mulai banyak fans, terutama Rius, suaranya sukses bikin meleleh siapapun yang denger.

Leo dan Ares kembali memperhatikan Hadar yang sedang mengiringi Rius bernyanyi, mereka juga menikmati penampilan kedua sepupu itu. Leo memang memperhatikan penampilan didepan sana tapi matanya juga sesekali melirik Ares dan segala pergerakannya.

"Le, bentar ya." Leo mengerjap saat Ares tiba-tiba berlari kearah toilet. Leo mungkin hanya melihat sekilas, tapi dia yakin Ares menutup hidungnya tadi. Leo yang khawatir memutuskan untuk menyusul ke toilet.

"Mas Ares, mas gak papa?" Leo mengetuk pintu toilet pelan. Leo bisa mendengar suara pelan Ares dari dalam.

"Gak papa Le, tunggu depan aja." Leo melihat jam tangannya, mulai menghitung berapa lama Ares berdiam ditoilet.

Cklek

Ares yang baru keluar dari toilet terkejut saat menemukan Leo maih bersandar didinding depan toilet.

"Kamu ngapain disini Le? mau pake toilet juga? aduh maaf ya." Leo tidak menjawab dia hanya menatap wajah Ares, dia bisa melihat wajah itu terlihat sedikit pucat, meskipn tidak terlalu terlihat.

"15 menit, mas mimisan lagi kan?" Ares langsung membungkam mulut Leo dengan tangan kanannya. Dia melihat sekeliling berharap tidak ada pegawai lain yang mendengar ucapan Leo.

Rumah BintangWhere stories live. Discover now