Ares maaf!!!

1K 202 16
                                    


.
.
.
.
.
Hari ini Alta hanya berdua dengan Ares dirumah, Ares sengaja meminta Alta untuk istirahat dirumah. Sedangkan yang lain tetap membuka cafe seperti biasa.

"Ares?" Alta memanggil Ares lirih saat laki-laki mungil itu masuk kedalam kamarnya.

"Ada apa Ta?" Alta menggeleng.

"Kamu gak akan pergi kan?" Ares menggeleng, dia melangkah mendekati Alta.

"Gak, aku tetep di rumah hari ini." Ares dapat melihat pundak Alta yang tadinya tegang, kini sudah melemas.

"Res, kamu udah makan?" Ares mengangguk.

"Udah tadi, kenapa?" Alta kembali menggeleng.

"Katanya sepupu mu mau mampir kesini, jadi?" kali ini Alta mengangguk.

"Iya, mungkin sebentar lagi sampai." Ares tersenyum, dia mengacak rambut Alta pelan.

"Ya udah, kamu mau tunggu dibawah?" lagi-lagi Alta mengangguk.

"Kamu ikut kebawah?" Ares tersenyum.

"Iya nanti aku nyusul kebawah, aku mau mandi dulu Ta, dari semalem belum mandi." Alta melotot tidak percaya pada Ares.

"Ares jorok!!"
.
.
.
.
.
Ares menatap layar ponselnya nanar. Azka baru saja menghubunginya dan memberitahu tentang perkembangan penyakitnya.

"Aku gak mungkin ke surabaya lagi dalam waktu dekat, biarin aja lah." Ares mengacak rambutnya.

Ares segera keluar dari kamarnya dan berjalan turun. Dia bisa mendengar suara tawa Alta dari lantai bawah. Ares menghentikan langkahnya, dia lebih memilih untuk duduk di tangga paling atas dan mendengar tawa Alta dibanding melangkah turun.

"Aku selalu seneng denger tawa kalian, terutama tawa mu Ta." Ares tersenyum disela gumamannya.

"Kadang aku gak rela kalau tawa itu bukan buat aku, ya tapi emang aku siapa sih." Ares menghela nafas. Sepertinya jika adik-adiknya yang lain ada dirumah, mereka akan menggoda Arrs yang terlihat seperti orang galau.

Ares hanya bisa tersenyum sambil mendengarkan obrolan Alta dan sepupunya dibawah sana, ntah suara merrka yang terlalu keras atau telinga Ares yang terlalu peka, rasanya obrolan mereka terdengar sangat jelas di telinga Ares.

Senyum Ares semakin lebar saat namanya disebut-sebut dalam obrolan mereka. Rasanya Ares ingin melangkah turun dan memergoki mereka yang sedang membicarakannya, tapi dia tidak ingin membuat Alta salah tingkah dengan kehadirannya.

"Terus tertawa ya Ta, bahagia terus."
.
.
.
.
.
Igel menatap bingung pada Alden yang terus saja gelisah dan menatap kearah pintu masuk cafe. Saat ini cafe sedang sepi hingga Igel bisa bersantai diluar dapur.

"Den, ada apa?" Alden sedikit tersentak saat Igel menepuk pundaknya. Laki-laki tinggi itu menggeleng.

"Gak papa atuh Gel." jaeaban Alden membuat Igel memicing tidak percaya.

"Yakin?" Alden mengangguk.

"Aku teh cuma lagi khawatir sama aa' sama mas Alta dirumah." Alden menunduk. Dia sendiri tidak mengerti kenapa sejak tadi pagi perasaannya gak enak, seperti akan terjadi sesuatu.

"Percaya aja, bli Ares sama mas Alta pasti baik-baik aja." Alden menghela nafas.

"Igel.." Igel berkedip saat Alden tanpa sadar menatapnya dengan tatapan yang sangat menggemaskan, seperti anak anjing.

"Kenapa kamu natap aku kayak gitu?" Igel sedikit memundurkan tubuhnya. Dia sedikit was-was karena Alden mencondongkan tubuh kearahnya.

"Igel ih, aku teh mau nanya sesuatu." Alden mengerucutkan bibirnya, dan itu sukses membuat Igel mengalihkan pandangannya. Beruntung Hadar sedang tidak ada didepan, dia sedang mabar dengan Leo, Rius dan Rion di ruang istirahat. Jika Hadar disini sudah pasti laki-laki itu sudah sibuk mencium bibir Alden.

Rumah BintangUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum