0. Once Upon a Time

16.8K 1.3K 103
                                    

Hujan sedang mengguyur daratan Gyeonju. Di rumah yang sempit dan lusuh itu suara bayi menangis tampak samar terdengar. Seorang ibu sedang berusaha menenangkan anaknya yang menangis kala itu.

Lee Minki dan Seo Hyunjin, pasangan suami istri itu sedang melakukan perdebatan hingga membuat ketenganan anak mereka terganggu. Perdebatan yang akan menentukan masa depan anak itu kelak.

"Kau sudah gila? Bagaimana bisa kau setuju untuk menyerahkan anak kita ke panti asuhan?" Suara wanita itu tampak frustasi, sembari memandang suaminya tak percaya.

"Kita harus pergi ke Seoul. Anak ini tidak bisa ikut dengan kondisinya seperti itu. Kita bahkan belum mendapatkan tempat tinggal disana. Aku hanya ingin anak ini tidak sakit." Lee Minki sebenarnya adalah orang yang dingin dan tidak banyak bicara. Tapi malam ini ia sudah berbicara terlalu banyak.

Sepasang suami istri itu hidup dalam ekonomi yang sulit sejak memilih menikah dan meninggalkan keluarga mereka yang tak setuju dengan pernikahan itu.

Mereka pikir akan mampu hidup tanpa kekayaan orang tua mereka dan memilih rasa cinta yang sedang menggebu-gebu saaat itu. Tapi nyatanya semakin lama mereka semakin kesulitan. Terlebih saat anak mereka lahir.

Lee Minki yang bekerja serabutan setiap hari, tak sengaja bertemu dengan mantan maid di rumah orang tua lelaki itu dulu yang terletak di Toronto, Kanada.

Ia tampak kasihan melihat perubahan besar Minki. Setelah Minki menceritakan seluruh kisah hidupnya, wanita paruh baya itu menawarkan untuk menitipkan anak Minki di panti asuhannya selama Minki dan istrinya pergi ke Seoul untuk mencari uang.

"Kita akan mengambil anak kita lagi saat sudah mendapatkan sedikit uang. Miran Ahjumma berjanji untuk tidak memberikan anak kita pada siapa pun." Kali ini nada suara Minki merendah.

Ia pun sebenarnya berat untuk menitipkan anaknya di panti asuhan. Tapi menurutnya, ini yang terbaik sekarang. Anaknya bisa makan dengan layak sementara ia berusaha mencari uang untuk hidup mereka yang lebih baik nantinya.

"Kita... Harus segera kembali mengambil anak ini." Hyunjin tampak mengalah, dan membuat Minki mengangguk cepat.

Ia meraih anak itu yang semula ada di dekapan Hyunjing. Membiarkan istrinya berlalu, kemudian kembali dan membawa sebuah gelang dan memakaikannya walaupun tampak kebesaran untuk bayi itu.

"Jaga diri baik-baik, hm? Kita akan segera bertemu kembali. Eomma janji."

Setelah mengecup dahi bayinya, Hyunjing membiarkan sang suami membawa anak itu pergi. Tinggallah ia yang mulai menangis penuh sesak karena keadaan membuatnya terpisah dari sang anak.

..........

Hujan itu semakin deras ketika Lee Minki sampai di depan pintu sebuah pantu asuhan di daerah itu. Ia menatap nanar wajah damai anaknya, lalu dengan berat hati menyerahkannya pada sosok wanita paruh baya.

"Jangan biarkan siapa pun mengadopsi anak ini. Kau sudah berjanji." Suara dingin Minki tampak penuh penekanan.

Mengangguk pasti, Kang Miran menerima bayi itu dalam gendongannya. Ia tampak senang melihat wajah damai bayi itu.

"Aku akan mendapatkan uang dan mengganti seluruh biaya hidupnya disini ketika kembali. Aku janji, tidak akan lama. Jadi..." Minki merasa tenggorokannya terasa kering.

Ini adalah hal gila yang ia lakukan. Meninggalkan anaknya di panti asuhan. Padahal anak itu adalah salah satu sumber semangatnya untuk tetap bertahan hidup hingga saat ini.

"Tolong jaga Sooku dengan baik, Miran Ahjumma."

Setetes air mata menetes di garis wajah tegas itu. Tak ingin larut dalam perasaan sedihnya, Minki berinisiatif melepas cincin pernikahannya dengan sang istri.

"Simpan ini bersamanya, Ahjumma." Minki meletakkan cincin itu di atas dada anaknya.

Memandang sejenak, ia mencium cukup lama dahi bayi itu. Ia akan sangat merindukannya. Maka, ia harus segera berhasil dan mengambil kembali anaknya.

- Prologue -

Tangerang, 22 Januari 2024

Note.

Part 1 di post kalo ramee yaa😊

HomeWhere stories live. Discover now