38. Distance

3.9K 743 138
                                    

Pagi ini Jennie datang mengunjungi Jisoo lebih siang dari biasanya karena baru saja selesah mengurus sesuatu. Ketika datang, dia tersenyum lebar dengan tangan membawa sebuah paper bag.

"Unnie, kau menyukai kura-kura dan kelinci kan? Igeo. Untuk menemanimu."

Jennie mengeluarkan dua buah boneka berbentuk kelinci dan kura-kura, lalu meletakkannyandi sisi tubuh Jisoo.

"Gomawo," ucap Jisoo seperti sedang berbisik.

Jennie menggigit bibir bawahnya. Dia merasa begitu senang mendengar suara Jisoo yang tidak lagi terbata. Sungguh, dia sangat rindu dengan suara kakaknya yang mampu menenangkan hatinya. Walau terdengar pelan.

"Unnie juga suka melukis kan? Aku juga membawakan buku sketsa." Kembali Jennie mengeluarkan sebuah buku sketsa beserta beberapa pensil dan meletakkannya di atas perut Jisoo.

Sebenarnya, Jisoo tidak pernah mengatakan apa saja yang ia sukai selain pada Hyunjin. Itu pun karena sang ibu terus bertanya ketika menemaninya tidur sebelum kejadian yang menimpanya. Naampaknya Jennie sudah mencari tahu dari Hyunjin

"Unnie harus menggambar wajahku lain kali." Melihat betapa riangnya sang adik, Jisoo tidak memiliki pilihan lain selain mengangguk.

Mengenai kegemaran melukisnya, Jisoo tidak yakin masih memiliki kemampuan itu. Sudah sangat lama Jisoo tidak melakukannya. Tentu saja karena waktu Jisoo terkuras untuk bekerja pagi dan malam.

Tapi tidak buruk untuk mencobanya lagi. Hal ini juga bisa menghilangkan rasa bosannya. Selain itu, Jisoo ingin sekali lagi membuat Jennie tersenyum seperti tadi. Mungkin dengan menunjukkan hasilnya nanti.

"Apakah dengan keuntungan sebanyak itu kita bisa membeli pulau?" Telinga Jennie berkedut ketika mendengar suara seseorang yang sangat dia kenal.

Memilih berbalik badan, Jennie berdecak melihat sosok Chaeyoung dan Lisa yang tengah duduk di sofa. Dengan posisi, Chaeyoung memeluk tubuh kembarannya sembari memperhatikan layar Ipad milik Lisa.

Karena terlalu antusias membawakan Jisoo barang-barang itu, dia sampai tidak memperhatikan sudut lain di dalam ruangan. Salahkan saja kamar rawat yang terlampaui besar itu.

"Siapa sangka jika beberapa hari lalu mereka sempat perang besar." Jennie menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Percuma saja Chaeyoung mengamuk dan terus menyalahkan Lisa saat itu, jika ia dengan mudahnya memaafkan Lisa. Jennie sendiri sebenarnya sudah menduga Chaeyoung tak akan bisa marah pada Lisa terlalu lama.

Mana mungkin Chaeyoung bisa hidup tanpa Lisa? Kesehariannya adalah menempeli Lisa. Itu sudah menjadi kebiasaan Chaeyoung yang kini menjadi kegemarannya.

Sedangkan Jisoo, ia ikut menatap kedua adik kembarnya. Sejak datang, mereka hanya menyapanya sekali dan langsung duduk disana. Apa mumgkin karena Jisoo yang menolak untuk Lisa sentuh tadi?

Tapi bukan itu yang ingin Jisoo pikirkan. Dia menjadi penasaran, apa pertengkaran yang Jennie maksud? Melihat bagaimana sayangnya Chaeyoung pada Lisa, tidak mungkin Chaeyoung berdebat dengan Lisa.

"Sayangku, belikan Unnie pulau ya? Uangmu kan banyak." Lihatlah. Bagaimana caranya dua orang itu bisa bertengkar jika Chaeyoung saja sangat lengket dengan adiknya?

Jennie pasti sedang bergurau. Apa karena Jennie pikir Jisoo tidak mengetahui apa pun belakangan ini, hingga dia hendak mengelabuhinya?

"Lisa." Lamunan Jisoo buyar ketika suara tegas Minki terdengar.

Ayah mereka itu baru saja masuk ke dalam ruangan. Ia langsung berjalan ke arah Lisa yang sedati tadi sibuk dengan Ipadnya.

"Appa mendengar kau ingin mengubah bisnismu menjadi waralaba. Apakah itu benar?" Suara Minki terdengar tajam.

HomeWhere stories live. Discover now