53. Pain

3.3K 701 126
                                    

Jalan yang kita lewati tidaklah selalu mulus. Mungkin akan ada beberapa lubang yang menghambat perjalanan. Sama seperti hidup, yang tak bisa berjalan mulus selamanya.

Jisoo sendiri merasa jalan hidupnya terlalu memiliki banyak lubang. Sering kali ia terjatuh karena lubang itu dan merasa sakit. Hanya saja, dia terus bangkit tanpa berniat mengobati lukanya.

Tapi sekarang Jisoo tidak lagi takut untuk terluka karena ada seseorang yang akan mengobati lukanya. Seperti tiga hari ini. Jisoo harus menerima luka yang diberikan oleh Kedua adik serta orang tuanya. Namun, Lisa seakan menjadi pahlawannya. Mengobati luka Jisoo yang semula amat perih.

Setelah mendengar permintaan Lisa, sulung Lee itu sangat antusias untuk kembali pulang. Dia sudah merindukan Lisa terlalu banyak hingga tak sabar memeluk adik bungsunya.

Namun sepertinya rencana Jisoo tidak akan bisa dilakukan. Karena ketika baru saja menginjakkan kaki di lantai dua rumah itu, Jisoo dibuat sangat terkejut oleh sesuatu.

"Aaargggh!"

Jisoo bahkan harus berlari untuk mencapai sumber teriakan itu. Dia merasa sangat ketakutan dan ketika sampai di depan kamar yang terbuka, Jisoo semakin merasa takut.

"A-Apa yang terjadi?" tanya Jisoo dengan gemetar, entah pada siapa karena semua terpaku oleh keadaan di depan mereka.

Jisoo pernah melihat Lisa yang kesakitan. Itu terjadi ketika Lisa kambuh di Coffee Shop. Tapi Jisoo tidak pernah melihat Lisa yang bahkan sampai berteriak ketika rasa sakit itu datang.

Tubuh yang meringkuk, dengan kedua tangan meremas bagian perutnya menandakan saat ini sang adik tengah terbelenggu dalam rasa sakit luar biasa.

Apakah Jisoo terlalu lama untuk sampai? Ingatnya, Lisa tadi masih baik-baik saja dan mampu meneleponnya.

perasaan Jisoo mencelos melihat kedatangan Dokter Shin. Tanpa mengatakan apa pun, Dokter wanita itu meraih beberapa suntikan dan memberikannya pada Lisa.

"Sakit..." Rintihan itu membuat seluruh tubuh Jisoo melemas.

Lisa yang tidak pernah menunjukkan rasa sakitnya. Lisa yang tidak mau dipandang lemah oleh orang lain, saat ini bahkan tidak bisa meraih kesadarannya karena rasa sakit itu.

"Sebentar lagi ya, Sayang. Rasa sakitnya akan hilang." Hyunjin yang senantiasa ada di samping Lisa berujar sangat lembut, walau ia tak yakin Lisa bisa mendengarnya.

Semua orang terpaku pada Lisa yang berjuang melawan rasa sakitnya. Jisoo pun demikian. Hanya saja itu tak bertahan lama karena dia merasa sesak mulai memenuhi dadanya.

Asmanya mulai kambuh. Dengan sisa tenaga yang ada, Jisoo membuka tasnya. Namun apa yang dia cari tidak ada di dalam sana. Apakah sejak tadi dia tidak membawa benda itu?

Dia memandang pada sosok Lisa sekali lagi. Dia ingin sekali menemani Lisa seperti yang lain. Tapi jika dia terlalu lama disini, semua akan semakin repot dengan kambuhnya asma Jisoo.

Maka dia memutuskan keluar dari kamar Lisa. Berjalan terseok dengan berpegangan pada dinding. Kamarnya dan Lisa memiliki jarak yang cukup jauh. Apalagi dalam keadaan seperti ini. Harus membutuhkan waktu cukup lama untuk Jisoo sampai.

Membuka pintu kamarnya, gadis berambut hitam itu langsung mencari inhaler yang tidak di terlihat dimana pun. Terakhir kali dia memakai benda itu tadi malam. Tapi dia lupa meletakkan benda itu dimana.

Jisoo mulai kesulitan. Napasnnya semakin memburu, dan dia tersungkur begitu saja dengan rasa sesak yang menjadi.

Gadis itu menggeleng samar. Dia tidak bisa seperti ini. Jika seseorang menemukannya tidak berdaya, situasi di rumah itu akan semakin kacau. Mereka sudah kalut akan kondisi Lisa. Jisoo tidak ingin menambah beban mereka.

HomeWhere stories live. Discover now