28. Story

3.5K 774 234
                                    

Sudah sebelas hari Jisoo ada di rumah sakit untuk menjalani perawatan. Intensitas serangan asmanya sudah tidak terjadi setiap hari. Terakhir kali dia merasakan itu saat hari kamis.

Ini adalah sabtu. Hyunjin yang baru membersihkan dirinya di kamar mandi, mendengus ketika keluar dari sana. Sejak ia masuk, hingga keluar dari kamar mandi Jisoo dan Minki masih sibuk dengan permainan Go-Stop mereka.

Padahal, yang lebih sering mengurus dan menemani Jisoo selama di rumah sakit adalah Hyunjin. Namun mengapa Jisoo bisa lebih mudah dekat dengan Minki?

Lihatlah. Kedua orang itu tampak mirip. Raut wajah mereka tampak serius. Permainan macam apa yang dimainkan tanpa canda gurau? Keduanya benar-benar kaku kan?

Hyunjin mendesis. Tidak melakukan tes DNA pun ia sudah akan tahu jika Jisoo adalah anak mereka melihat kemiripan keduanya. Tidak hanya sifat, namun kegemaran pun sama.

Jika ditambah Lisa, ketiganya benar-benar sangat cocok. Lisa juga menyukai permainan Go-Stop. Biasanya, Minki akan bermain bersama anak bungsu mereka ketika akhir pekan.

Sayangnya Lisa tidak ada disini. Hyunjin juga menduga Lisa tidak akan datang hari ini. Itu mustahil.

"Kau kalah." Jisoo berujar ketika dia memenangkan permainan yang entah sudah berapa kali keduanya mainkan.

"Hm." Minki memasang wajahnya, dan Jisoo dengan yang dengan ekspresi datar mulai mencoret wajah ayahnya dengan lipstick milik Hyunjin.

"Astaga. Aku bisa mati kedingin jika terus berada disini." Hyunjin menggerutu melihat keduanya yang benar-benar menyerupai es balok.

Baru saja ia duduk di sofa, pintu ruang perawatan Jisoo terbuka. Saat itulah Hyunjin harus mengerjabkan mata berkali-kali melihat Lisa yang melangkah masuk dengan Chaeyoung terus memeluknya dari belakang. Disusul Jennie yang membawa beberapa cemilan.

"Kalian kemari?" Tentu saja Hyunjin bertanya. Ketiga anaknya tidak pembicara apa pun soal kunjungan mereka kemari.

"Aku kasihan pada Eomma. Pasti Eomma di abaikan oleh dua manusia kutub itu kan?" Jennie menujuk ayah dan kakaknya yang masih sibuk bermain Go-Stop. Tidak peduli dengan kedatangan tiga gadis Lee itu.

"Eomma bahkan hampir membeku disini. Mereka sibuk sendiri." Mendengar ujaran ibunya itu, Jisoo seketika menoleh.

Apakah dia sudah keterlaluan? Ia mengabaikan ibunya yang sudah merawat dan menemaninya setiap hari. Bahkan dikala ia sekarat. Tapi balasannya justru Jisoo mengabaikan Hyunjin.

"Unnie, bagaimana keadaanmu?" Jennie mengecup bibir Jisoo sekilas, membuat gadis itu tersentak. Semua pemikiran Jisoo tentang ibunya seketika melayang pergi.

"Dokter bilang sudah membaik. Jika besok keadaannya stabil seperti hari ini, lusa dia sudah bisa pulang." Hyunjin yang menjawab pertanyaan Jennie. Karena tidak mungkin Jisoo mau menjawab dengan kalimat yang panjang.

"Itu berarti acara mereka berdua diadakan lusa?" Jennie menunjuk sepasang anak kembar yang masih menempel.

Keluarga itu memang memiliki rencana untuk mengadakan pesta perayaan ulang tahun Chaeyoung dan Lisa walaupun terlambat. Ini sudah menjadi acara wajib untuk mereka.

Bukan acara yang besar. Mereka biasanya hanya mengadakan acara keluarga di halaman belakang rumah Minki. Hal ini tentu karena Lisa yang tidak suka diperhatikan banyak orang.

"Pantas saja semua orang tidak memberikan hadiah padaku. Ternyata akan ada acara." Masih betah mendekap tubuh Lisa dari belakang, Chaeyoung menggerutu. Sampai hari ini, hanyalah Jennie dan Jisoo yang telah memberikan mereka hadiah.

HomeWhere stories live. Discover now