15. Come Early

3.9K 860 153
                                    

Seumur hidup, Jisoo tidak pernah memiliki teman. Bukan karena tidak ada yang mau berdekatan dengannya karena miskin, namun karena Jisoo tak tahu harus memulainya seperti apa. Dia selalu bingung, bagaimana caranya berteman.

Tapi mengapa sekarang ia begitu mudah berdekatan dengan orang lain? Pertama Lisa, kedua Chaeyoung. Jelas mereka memiliki sifat yang berbeda walaupun berstatus saudara kembar, tapi keduanya sama-sama membuat Jisoo nyaman.

"Kau sendiri sedang apa disini?" Pertanyaan gadis blonde itu membuat Jisoo kesal.

Saat dia bertanya tadi, Jisoo tidak mendapatkan jawaban yang pasti mengenai keberadaan Chaeyoung di rumah sakit ini. Seharusnya Jisoo tak perlu menjawab pertanyaan itu juga kan?

"Menemui seseorang." Namun Jisoo tak bisa mengendalikan bibirnya sendiri. Ia menjawab pertanyaan itu dengan mudah.

Mengangguk pelan, Chaeyoung kembali menikmati makanannya sampai pada suapan terakhir. Begitu juga dengan Jisoo yang selesai bersamaan dengan Chaeyoung.

Hingga ketika keduanya hendak bicara, ponsel Chaeyoung berdering nyaring. Membuat gadis blonde itu secepat mungkin menerima panggilannya. Jisoo sendiri bisa melihat, jika ada senyum lebar ketika melihat user name sang penelponnya tadi.

"Arraseo, Sayangku. Aku akan segera datang." Hanya mengatakan itu dengan nada lembut, setelahnya Chaeyoung kembali memasukkan ponselnya. Jisoo duga, orang yang menghubungi Chaeyoung memutuskan panggilan sepihak.

"Aku harus pergi. Tapi sebelum itu, bolehkan kita perkenalan?" Chaeyoung sebenarnya sudah tahu nama Jisoo karena sempat bertanya pada Lisa.

Namun ia ingin berkenalan secara resmi karena mereka belum melakukan itu. Jisoo pun demikian. Dia sesungguhnya sudah tahu nama Chseyoung karena sering menjadi bahan obrolan pegawai Lisa di Coffee Shop.

"Son Jisoo." Jisoo menerima tangan Chaeyoung yang baru saja terulur ke arahnya.

"Lee Chaeyoung." Kebahagiaan macam apa ini? Salah kah Chaeyoung dia merasa sangat nyaman ketika bersama Jisoo? Padahal mereka tidak dekat sama sekali. Rasa itu persis seperti ketika ia berdekatan dengan kedua saudaranya yang lain.

Setelah perkenalan yang singkat itu, Chaeyoung segera undur diri. Dia seperti sedang terburu-buru. Apakah yang baru saja menghubungi Chaeyoung adalah kekasih gadis blonde itu? Jisoo menduganya karena mendengar panggilan Chaeyoung untuk si penelpon.

Menghela napas, Jisoo kemudian bangkit dari duduknya. Perasaan yang gadis itu rasakan seketika berubah drastis.

Saat bersama Chaeyoung tadi, Jisoo merasa begitu ringan seakan beban hidupnya hilang. Namun sekarang ketika sepi itu kembali menemaninya, Jisoo harus merasa sakit tatkala mengingat pertemuannya dengan Kang Mira tadi.

Terkekeh pelan, tanpa sadar Jisoo meneteskan air matanya. Jalan hidup gadis itu benar-benar gila. Ternyata ia hanya dititipkan sementara pada Miran. Dan yang tidak masuk akal, ternyata Jisoo di jual tanpa sepengetahuan orang tuanya pada Seokgu dan istrinya.

Di hadapan Miran, ia memang tampak tegar. Namun siapa yang terima jika hidupnya di porak-porandakan oleh orang lain?

Karena Miran, Jisoo harus terpisah dari orang tuanya. Karena Miran, Jisoo harus menerima setiap siksaan yang diberikan Seokgu. Karena Miran, Jisoo hampir tidak pernah merasakan bahagia. Dan karena Miran, Jisoo merasa tak punya rumah untuk pulang.

Jisoo marah. Jisoo ingin melampiaskan itu. Namun jika dipikir lagi, untuk apa Jisoo marah. Semua sudah terjadi. Jisoo hanya perlu menerimanya dengan lapang dada kan?

"Kau bisa Jisoo. Ayo lakukan seperti biasa." Jisoo menyemangati dirinya sendiri, sembari menyeka kasar air matanya.

..........

HomeWhere stories live. Discover now