40. Desicion

3.8K 760 140
                                    

Ini adalah hari pertama Jisoo keluar dari rumah sakit. Ia merasa sangat lega sudah pergi dari tempat itu dan berharap tidak akan kembali lagi. Ah, tapi mana mungkin? Dia harus melakukan Check up rutin selama 1 bulan kedepan.

"Cha! Uri Jisoo harus mencoba bubur abalone buatan Jennie. Dia sangat pandai membuatnya." Hyunjin menyajikan satu mangkuk bubur abalone di hadapan Jisoo.

Keluarga itu memang sedang makan malam pukul tujuh malam ini. Hanya saja, Jisoo tidak melihat keberadaan adik bungsunya. Bahkan sejak tiba tadi, dia belum bertemu dengan Lisa.

Padahal ucapannya dua hari lalu seakan tak berpengaruh pada Lisa. Dia masih mendatangi Jisoo. Hanya saja hari ini dia menghilang entah kemana.

"Eomma, aku ke atas dulu." Setelah meletakkan satu mangkuk bubur abalone di atas nampan, Jennie mulai beranjak.

"Eoh. Pastikan dia makan walaupun sedikit." Jennie mengangguki perintah Hyunjin dan pergi dari meja makan.

Mengapa Jennie tidak ikut makan malam dengan mereka? Lalu siapa yang di maksud ibunya? Karena dari pembicaraan keduanya, Jisoo bisa menarik kesimpulan bahwa bubur itu Jennie bawakan untuk seseorang.

"Apa demamnya belum turun?" Suara Minki membuat Jisoo mendadak sulit menelan bubur yang sudah ada di mulutnya. Dia mulai paham siapa yang mereka maksud.

"Sudah lebih baik setelah ku berikan obat."

Jisoo berusaha menelan buburnya. Pantas saja setelah sampai di rumah, ibunya hanya menemani Jisoo sebentar dan hanya ada Minki yang terus berada di sisi Jisoo.

"Lisa sakit?" Kali ini, Jisoo memberanikan diri untuk bertanya. Siapa lagi yang mereka maksud jika bukan Lisa? Chaeyoung ada di meja makan ini, dan hanya Lisa yang tidak terlihat sedari tadi.

"Adikmu demam sejak semalam. Dia kelelahan karena Coffee Shopnya sering bermasalah akhir-akhir ini."

Jawaban dari sang ibu membuat perasaan Jisoo memanas. Setiap berkunjung ke rumah sakit, Jisoo memang melihat banyak beban pada raut wajah Lisa. Hanya saja, dia mengabaikan itu.

Jika dipikir lagi, pasti sangat lelah menjadi Lisa belakangan ini. Coffee Shopnya bermasalah, serta setiap hari dia mengunjungi Jisoo di waktu senggangnya. Padahal seharusnya dia menggunakan waktu itu untuk beristirahat.

Apakah Jisoo sudah jahat telah mengabaikan Lisa yang selalu menyempatkan waktunya untuk Jisoo?

"Tidak membawanya ke Dokter?" Jisoo bertanya sekali lagi. Dia sungguh menahan dengan keras rasa khawatirnya saat ini.

"Semalam aku sudah membawanya bersama Jennie Unnie. Tenang saja, dia akan segera pulih." Chaeyoung angkat bicara. Dia tahu saat ini Jisoo sedang khawatir. Hanya saja gadis itu berusaha menyembunyikannya.

Jisoo mengangguk sekali dan mencoba melanjutkan makannya. Walaupun ia sungguh tidak berselera lagi untuk makan. Sampai setengah jam berlalu, dia benar-benar tak sanggup menghabiskan makananya.

"Aku sudah selesai." Ketiga orang itu menoleh pada Jisoo. Makanannya masih tersisa, mungkin karena nafsu makannya belum kembali.

"Naiklah ke atas. Nanti Eomma akan menyusul dan membawakan Jisoo obat."

Jisoo menurut. Dia beranjak dari ruang makan itu dan melangkah pelan menaiki tangga hingga mencapai lantai dua. Ia mulanya ingin membuka pintu kamarnya sendiri. Namun ia mengurungkan niat itu dan melangkah lebih jauh untuk sampai pada kamar Lisa dan Jennie yang berhadapan.

Gadis berambut hitam itu memandang knop pintu kamar Lisa dengan ragu. Rasa khawatir itu membawanya melangkah kemari. Namun ego menahannya untuk masuk lebih jauh.

HomeKde žijí příběhy. Začni objevovat