49. Photo Album

3.4K 736 62
                                    

Terpuruk bukanlah jalan terbaik untuk saat ini. Jika Lisa bisa yakin akan melewati setiap waktu dengan baik, maka Jisoo pun harus demikian. Dia tak mau jatuh dan terjebak dalam rasa sedihnya.

Sekitar pukul sepuluh pagi, Jisoo meminta bantuan ibunya dengan membawa wanita itu ke dapur. Hari ini dia memutuskan tidak ikut dengan Lisa ke Coffee Shop dan akan menyusulnya nanti siang.

"Aku ingin belajar banyak hal tentang Lisa. Eomma bisa menolongku?" Dari pancaran matanya, Jisoo memiliki tekad yang kuat.

Selama ini, dia belum mengenal banyak tentang Lisa. Di antara ketiga adiknya, hanya Lisa yang selalu tertutup. Lisa sama sekali tidak pernah menceritakan tentang kisah hidupnya. Mungkin alasan gadis berponi itu karena penyakit yang Jisoo baru tahu beberapa hari belakangan.

"Pertama, aku ingin membuat makan siang untuk Lisa." Dari apa yang Jennie dan Chaeyoung ceritakan, Lisa memiliki batasan untuk makanan.

Jisoo sendiri tidak ingin sembarangan dalam hal itu. Karena jika makanan yang Lisa konsumsi salah, itu akan langsung berdampak pada lambungnya.

"Kemarin Lisa sudah memakan bubur abalone. Bagaimana jika hari ini kita membuat Saeujuk?" Hyunjin bergerak meraih beberapa bahan makanan di dalam lemari pendingin.

Jisoo sendiri memperhatikan ibunya dengan pikiran yang mulai bercabang. Mengapa dia tidak sadar selama empat bulan mengenal Lisa, jika gadis itu selalu menjadikan bubur sebagai makanan utamanya?

Selain Bungeoppang, Jisoo juga tidak pernah melihat Lisa memakan sesuatu yang lebih padat. Itu pun jika memakan Bungeoppang, Lisa harus menghabiskan banyak waktu karena mengunyah sampai benar-benar lembut.

"Aku pernah di bohongi oleh Jennie." Jisoo mulai membantu ibunya dengan memisahkan udang dari kulitnya.

"Tentang apa?" Hyunjin tampak penasaran.

"Dia bilang padaku Lisa alergi dengan nasi." Jisoo memang terkekeh setelah mengatakan itu. Tapi ketahuilah, hatinya merasa semakin hancur.

Bagaimana bisa Lisa melewati setiap harinya dengan rasa sakit dan keadaan yang terbatas itu? Jisoo pun dalam posisi ini memang memiliki sakit. Hanya saja dia bisa memakan apa pun sesuai dengan keinginannya. Namun tidak dengan Lisa.

"Mungkin Jennie trauma dengan nasi. Sekitar satu tahun lalu, Lisa harus masuk ICU dan melakukan pengangkatan sebagian lambung karena memakan nasi." Lihatlah, Hyunjin mengatakan itu seolah tak memiliki beban.

Tapi kenyataannya, ketika hal itu terjadi justru tangisnya yang paling histeris. Saat dimana dia harus merasa takut untuk kesekian kalinya karena Lisa.

"Apa Jisoo tahu alasan Lisa memakai masker setiap keluar dari rumah?" Hyunjin bertanya. Sepertinya dia berniat memberitahu tentang banyak hal mengenai Lisa.

"Ani." Jisoo sendiri pun penasaran dengan itu.

"Orang-orang selalu mengatakan wajahnya sangat pucat, dan itu membuat Lisa tidak nyaman. Dia benar-benar enggan dipandang sebagai orang sakit." Hyunjin tersenyum kecil.

Wanita itu sungguh terkagum dengan harga diri Lisa yang setinggi langit. Kadang kala, hal itu membuat Hyunjin kesal. Karena bukan hanya pada orang lain, namun pada keluarganya sendiri pun Lisa tidak ingin menampakkan dirinya yang lemah.

"Lalu, apakah Jisoo pernah melihat Lisa tidak menggunakan jaketnya?" Wah, ada banyak sekali hal unik dari adiknya jika Jisoo sadari.

Ia membenarkan ucapan Hyunjin. Tidak pernah sekali pun Jisoo melihat Lisa terlepas dari jaketnya. Termasuk saat Lisa dirawat beberapa jam di rumah sakit, juga ketika adiknya sakit beberapa waktu lalu.

HomeWhere stories live. Discover now