56. Police

6.6K 709 116
                                    

Ketika itu pukul 8 pagi, Lisa yang masih tertidur nyenyak harus terganggu dengan suara ponselnya. Dia mendengus. Berusaha membiarkan ponsel itu, namun ternyata tak kunjung diam. Maka, dia terpaksa meraihnya.

"Hm." Lisa bergumam ketika meletakkan ponsel di telinganya.

"Aku mengganggumu, Sajangnim?" Suara Mina membuat kedua mata Lisa terbuka.

Sudah satu hari berlalu sejak kejadian penusukan di Coffee Shopnya, Lisa belum mendengar kelanjutan masalah itu. Sang ayah tentu berusaha menyelesaikannya tanpa campur tangan Lisa.

"Ada apa?" Sejak kejadian itu, Lisa selalu takut ketika salah satu pegawainya menghubungi. Apakah ada masalah lain kali ini?

"Polisi datang dan ingin bertemu dengan pemilik Coffee Shop. Dia ingin meminta keterangan. Aku harus menjawab apa?" Dari suaranya, Mina tampak kebingungan.

Sepertinya saat ini di Coffee Shop belum ada siapa pun kecuali Mina. Mengingat tempat itu seharusnya buka setengah jam lagi.

"Aku akan tiba disana sekitar 20 menit lagi. Minta dia untuk menunggu." Lisa pikir, tidak benar menghindari masalah yang menjadi tanggung jawabnya.

Setelah membersihkan diri dalam waktu singkat, Lisa sudah siap untuk pergi. Dia mulai meraih kunci mobilnya ketika pintu kamar terbuka.

"Ingin kemana?" Suara datar itu mempertanyakan penampilan Lisa yang sudah rapi dengan jaket kulit dan celana jeans nya.

Lisa sendiri tidak habis pikir, mengapa Jisoo bersikap seolah tak pernah terjadi apa pun dengan mereka. Padahal sudah satu hari berlalu sejak perdebatan itu terjadi. Seharusnya Jisoo marah dan enggan bertemu Lisa.

Sikap Lisa kemarin seperti de javu untuk Jisoo. Jika diingat, dia juga pernah berusaha menjauhi Lisa karena tidak mau merepotkan anak itu.

Setiap kali mengingatnya, Jisoo ingin tertawa. Dari semua hal, mengapa dia dan Lisa memiliki banyak kesamaan? Maka dari itu, Jisoo tahu bahwa apa yang Lisa lakukan kemarin hanya untuk bisa membuatnya pergi ke Singapore.

Mendengar setiap kata yang Lisa keluarkan memang sakit. Namun setelah berhasil menenangkan diri, Jisoo bisa berpikir realistis. Lisanya tidak mungkin menganggap Jisoo buruk, setelah apa yang gadis berponi itu lakukan untuknya.

"Polisi datang ke Coffee Shop dan ingin bertemu denganku." Tidak ada salahnya Lisa menjawab. Lagi pula kembali menyakiti Jisoo akan berakhir sia-sia karena ternyata kakaknya lebih keras kepala.

"Lalu kau ingin pergi kesana?" Jisoo terdengar tidak suka.

"Tidak ada salahnya. Lagi pula aku sudah sehat." Lisa memang keras kepala.

Jisoo sebenarnya sangat keberatan dengan keinginan Lisa. Tapi sepertinya Lisa tak akan mendengarkan siapa pun kali ini.

"Kalau begitu aku ikut. Dan satu lagi, kita harus menggunakan sopir." Jisoo menangkap lengan Lisa yang hendak keluar dari kamar.

"Aku tidak---"

"Ya, atau tidak sama sekali." Suara Jisoo terdengar penuh penekanan.

Lisa mendengus kesal. Apakah ini yang Jisoo maksud dari perkataannya semalam? Gadis itu berniat menjadi kakak yang bisa Lisa andalkan. Padahal Lisa sesungguhnya tidak menginginkan hal itu.

Karena sedang terburu-buru, Lisa memilih menerima tawaran Jisoo. Dia menaiki mobil sedan hitam yang biasa Jisoo gunakan dengan bantuan sopir.

Suasana di dalam kendaraan mewah itu mulanya sangat hening. Sampai tiba-tiba Lisa tersentak ketika Jisoo meraih tangannya. Menggenggam erat dengan diam.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 17 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HomeWhere stories live. Discover now