19. Bracelet

3.9K 841 108
                                    

Dalam perjalanan pulang dari kantornya, Minki sedang merenungkan sesuatu. Hal ini sangat membuatnya tak nyaman.

Beberapa hari lalu, ia yang merasa putus asa karena pencarian putri sulungnya tidak juga membuahkan hasil memilih untuk menenangkan diri sejenak bersama alkohol.

Ia memilih pergi ke mini market, dibandingkan bar ternama. Disana, ia bisa mengenang masa-masa sulitnya dahulu sebelum hidup senyaman ini.

Terlalu larut, ia mengonsumsi begitu banyak bir dan soju. Sampai akhirnya ia jatuh dalam keadaan mabuk berat.

Setelahnya, dia tidak mengingat apa pun. Sekretarisnya bilang, ia ditolong oleh seorang gadis saat hendak jatuh. Tapi kenapa dia tidak mengingat itu semua?

Minki berdecak. Seharusnya tak masalah ketika ia melupakan kejadian tidak penting itu. Tapi hatinya seakan memaksa Minki harus mengingatnya.

Sampai ketika mobil yang di kendarai oleh sopirnya sampai di rumah, Minki tidak juga kunjung mendapatkan ingatannya beberapa hari lalu. Mabuk memang bukan hal yang baik.

Ketika langkahnya baru saja tiba di ruang tengah, ia melihat Hyunjin datang menghampirinya dengan senyum manis. Istrinya itu, sejak memilih melepaskan perusahaan memang selalu menjadi pendamping yang manis.

Namun ada hal lain yang membuat Minki tertegun. Melihat gelang yang dikenakan Hyunjin, sepotong ingatan mulai muncul di kepalanya.

"Hyunjin-ah." Panggilan itu membuat Hyunjin mengurungkan niat untuk memeluk suaminya. Jika Minki sudah memanggilnya dengan nama, pasti ada sesuatu yang serius hendak Minki bicarakan.

"Kau... Ingat dengan gelang yang kau berikan untuk Soo?" Pertanyaan itu membuat Hyunjin mengerjab.

"E-Eoh."

"Kau bilang, itu hanya ada satu di dunia kan?" Minki semakin gencar bertanya.

"Nde. Itu adalah hadiah dari ibuku. Dia sengaja mendatangi brand perhiasan ternama di Italia hanya untuk membuat gelang custom untukku. Waeyo? Kenapa tiba-tiba membahasnya?" Hyunjin menjabarkan dari mana ia mendapat gelang miliknya dahulu.

Minki mengepalkan kedua tangannya. Apakah ia tidak salah lihat malam itu? Ia sangat hapal bagaimana bentuk gelang milik Hyunjin karena saat menjalin hubungan dulu, Hyunjin selalu memakainya dan membanggakan gelang itu.

Jika Minki tidak mau terus terjebak dalam rasa penasarannya ini, maka jalan satu-satunya adalah menemui gadis itu kembali. Tapi bagaimana caranya? Minki bahkan tidak ingat dengan wajahnya. Ia terlalu mabuk malam itu hingga hanya melihatnya dengan samar.

Sejenak lelaki itu berpikir. Lalu ketika mendapatkan sebuah jawaban di kepalanya, Minki segera berbalik dengan merogoh sakunya untuk meraih ponsel. Ia harus menghubungi Sekretarisnya. Malam itu, hanya dia yang melihat wajah sang gadis dengan jelas.

"Ya! Lee Minki! Kau belum menjawab pertanyaanku!" Sedangkan di belakangnya, Hyunjin berseru kesal. Ia merasa di abaikan sekarang.

..........

Malam itu, Lisa baru saja ingin menuju kamarnya setelah menikmati teh hangat bersama Jennie di taman belakang rumah.

Baru saja menginjakkan kaki di lantai 2, Lisa melihat ibunya keluar dari kamar Chaeyoung membawa wadah berisi air dingin dan handuk basah.

"Chaeyoung Unnie kenapa?" Lisa bertanya setelah sampai di hadapan ibunya.

"Kakakmu demam tadi. Dia sudah meminum obat dan tidur. Ia akan baik-baik saja. Jangan terlalu dipikirkan, hm?" Hyunjin mengusap pipi putih pucat anak bungsunya dengan lembut.

HomeWhere stories live. Discover now