34. Fall Again

4K 718 148
                                    

Sudah tiga hari berlalu. Kondisi Jisoo tidak mengalami perkembangan. Hal itu membuat keluarganya semakin terguncang.

Chaeyoung berdiri dengan Minki memeluk pinggangnya. Memperhatikan dari balik kaca transparant ruang ICU, ketika Dokter sedang memberikan beberapa obat dan pemeriksaan rutin pada Jisoo.

Hari ini sesungguhnya kondisi Chaeyoung tidak begitu baik. Dia kelelahan karena selama tiga hari tidak bisa tertidur. Inginnya hanya terus berada di depan ruang ICU. Sangat takut jika sesuatu terjadi pada Jisoo, ia tidak berada disana.

"Appa, bukankah aku juga adalah adik yang jahat?" Satu hal yang membuat sampai saat ini Chaeyoung tak pernah menyalahkan Lisa atas kesalahannya mengabaikan Jisoo.

"Aku sudah menjanjikan Jisoo Unnie ke Taman Namsan, aku juga menjanjikannya pergi ke Sokcho. Tapi aku melupakan semua itu." Suara Chaeyoung sangat lirih.

Bukan hanya Lisa yang memiliki penyesalan besar untuk Jisoo. Nyatanya Chaeyoung juga punya. Hal itu selalu menyiksanya selama tiga hari ini.

"Ketika mengajaknya saat itu, tatapan Jisoo Unnie yang biasanya datar berubah menjadi berbinar. Dia sangat senang ketika aku mengajaknya pergi." Jemari Chaeyoung bergerak menyentuh kaca transparant itu. Mengusapnya dengan lembut pada sosok Jisoo yang sedang memperjuangkan hidupnya.

"Tapi aku mengecewakannya." Suaranya bergetar. Sarat akan rasa sakit yanh tak terhingga di hatinya.

"Pada saat acara perayaan ulang tahunku dan Lisa, aku bahkan tidak menatapnya sama sekali." Chaeyoung ingat dengan acara itu. Dia bahkan tidak berinteraksi dengan Jisoo kecuali saat mengambil foto bersama. Dia benar-benar mengabaikan Jisoo saat itu.

"Aku... Masih memiliki kesempatan untuk memperbaikinya kan, Appa?"

Chaeyoung sungguh merasa takut saat ini. Persetan dengan semua orang yang menyuruhnya tetap berfikir positif. Melihat keadaan Jisoo yang seperti ini, Chaeyoung ingin mengharapkan apa?

"Nak, kau ingat---"

"A-Appa, Jisoo Unnie kenapa?" Suara Chaeyoung berubah panik.

Di dalam sana, Dokter dan beberapa perawat tampak mengelilingi tubuh Jisoo. Dokter Kim terlihat memberikan kompresi dada pada Jisoo, dengan sesekali menggunakan bantuan defibrillator.

Chaeyoung membalikkan tubuhnya dengan tangis yang pecah. Ia tidak tahan melihat tubuh kakaknya terus disakiti seperti itu. Haruskah kakanya menerima lebih banyak rasa sakit hanya untuk tetap bernapas?

..........

Cafeterian rumah sakit di pagi hari itu cukup ramai dengan orang-orang yang hendak sarapan. Entah itu Dokter, perawat, atau bahkan kerabat pasien.

Lisa sendiri tidak tahu mengapa dia disitu? Ia tidak melakukan sarapan, karena mana mungkin dia bisa makan dengan tenang jika kepalanya hanya terisi oleh Jisoo. Alhasil dia hanya duduk melamun disana sembari ditemani secangkir teh hangat.

Sejak Jisoo mengalami henti jantung kedua kalinya sekitar tiga hari lalu, pikiran Lisa benar-benar semakin kacau. Dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia juga tidak bisa makan dengan baik.

"Lisa-ya," Sosok Lee Sungkyung hadir. Ah, Lisa sempat melupakan gadis itu. Semoga Sungkyung tidak marah karena merasa diabaikan selama beberapa hari ini.

"Eoh, Unnie." Lisa mempersilahkan Sungkyung duduk di hadapannya.

Sejenak kedua gadis itu terdiam dengan pikirannya masing-masing. Sungkyung baru saja selesai menjenguk Jisoo. Ia baru menyempatkan diri karena sangat sibuk dengan pekerjaannya.

HomeWhere stories live. Discover now