41. Expect

3.5K 715 83
                                    

Ini hari kamis, dimana jadwal kuliah Chaeyoung sedang kosong. Maka dari itu dia memilih mengantarkan Jisoo untuk melakukan Check up rutin di rumah sakit.

Sembari menunggu obat, keduanya duduk di bangku tunggu. Sebenarnya Chaeyoung sangat gelisah. Dia bukan orang yang suka diam terlalu lama. Tapi hanya ada Jisoo disini yang pasti tak mungkin menanggapi obrolannya panjang lebar.

Jika saja Jennie ada disini, dia tak akan gelisah. Mereka bisa menggosipkan segala hal yang terjadi di sekitar. Sayang sekali gadis berpipi mandu itu ada ujian hari ini.

"Bukankah itu Sungkyung Unnie?" Jisoo menunjuk seseorang yang berjalan sedikit jauh dari mereka. Tampak terburu-buru dengan terus melirik jam tangannya.

"Eoh." Chaeyoung juga sempat melihatnya, sampai sosok itu hilang setelah memasuki lift.

"Kenapa dia---"

"Dia Dokter Residen disini." Chaeyoung yang tahu apa pertanyaan kakaknya, langsung saja menjawab tanpa menunggu Jisoo selesai dengan kalimatnya.

Jisoo sendiri pasti bertanya-tanya mengapa dia mendapati Sungkyung dengan jas putih itu. Padahal selama dia menjenguk Jisoo, tak pernah ada jas itu.

"Unnie jangan salah sangka. Walaupun menyebalkan begitu dia sangat pintar." Chaeyoung menambahkan.

Baginya, Sungkyung memang sangat menyebalkan. Dia sering kali merebut waktu Lisa darinya. Tapi walaupun begitu, dia tidak akan bisa marah. Dia juga menyayangi Sungkyung yang notabenya adalah kakak sepupu mereka.

Merasa tidak ingin mengetahui lebih dalam tentang kakak sepupu mereka itu, Jisoo kembali diam. Sedangkan Chaeyoung diam-diam mendengus. Ia pikir, Jisoo akan mengajaknya bergosip tentang Sungkyung.

Setelah menebus obat, keduanya berniat menyambangi Taman Namsan untuk melihat daun maple berjatuhan. Sebenarnya butuh izin yang sangat sulit untuk pergi kesana, mengingat ini masih musim gugur dan udara dingin tidak baik untuk Jisoo.

Tapi setelah berusaha merengek untuk pertama kalinya pada Hyunjin, Jisoo diperbolehkan asal tidak terlalu lama.

"Akhirnya kita bisa kemari." Chaeyoung bersuara dengan tangan terus menggandeng Jisoo.

Sebenarnya bukankan rencana mereka sudah sangat lama ingin datang ke tempat ini? Chaeyoung mengajak Jisoo ketika identitas gadis itu sebagai kakaknya belum terungkap.

Butuh waktu yang sangat lama untuk mewujudkan hal itu. Chaeyoung sendiri tidak menyangka. Padahal Taman Namsan sangat dekat dan ia pikir mereka bisa pergi kapan saja.

"Saat musim semi nanti kita harus kesini lagi, Unnie. Untuk melihat bunga Sakura bermekaran."

Musim gugur memang indah. Namun sebenarnya Chaeyoung lebih menyukai musim semi. Karena musim gugur selalu mengingatkannya bahwa semua tak ada yang abadi. Termasuk dedaunan yang setia pada pohon itu, perlahan akan pergi.

"Hm."

Keduanya sempat terdiam. Memilih menikmati angin yang menerpa, serta teh hangat dengan paper cup di tangan masing-masing.

"Chaeyoung-ah, terima kasih." Sampai suara lirih itu terdengar samar.

"Nde?" Chaeyoung sendiri tidak yakin dengan apa yang dia dengar dan berusaha memastikannya kembali.

"Terima kasih, atas segalanya." Jisoo tersenyum kecil.

Gadis itu menyadari, bahwa ia belum berterima kasih tentang banyak hal yang sudah Chaeyoung lakukan untuknya. Dia terlalu terfokus dengan Lisa, hingga melupakan ada sosok Chaeyoung yang sangat berjasa padanya.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang