29. Party

3.3K 775 135
                                    

Tepat pada hari senin pagi, Jisoo sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Dengan berbagai syarat. Salah satunya ia tidak boleh melakukan aktivitas berat beberapa hari kedepan.

Setelah dibantu oleh ibunya berpakaian, ia dibawa oleh kedua orang tuanya dengan masih menggunakan kursi roda menuju basement rumah sakit.

Ketiga adiknya tidak ada yang ikut karena Minki melarangnya. Mereka lebih baik menunggu dirumah. Jisoo pun setuju akan hal itu.

Perjalanan dari rumah sakit sampai ke rumah memakan waktu dua puluh menit dengan kecepatan sedang. Ini cukup dekat dari yang Jisoo bayangkan.

Rumah itu berada di kawasan perumahan elite. Awalnya, Jisoo hanya melihat pagar yang menjulang sangat tinggi. Hampir menutupi seluruh bangunan rumah.

Masuk ke dalam, Jisoo terperangah melihat betapa luasnya halaman depan rumah itu. Jennie juga bilang sebelumnya jika halaman belakang mereka tak kalah luas.

Rumah itu memiliki tiga lantai. 1 lantai bawah tanah, dan dua lantai di atasnya. Dengan cat berwarna cokelat bercampur putih menjadikan hunian itu semakin tampak mewah.

Jika seperti ini, Jisoo rasanya tidak ingin percaya bahwa ayah dan ibunya sempat hidup melarat dahulu.

Belum selesai mengagumi bangunan rumah itu, Jisoo terkejut ketika Minki mengangkat tubuhnya dari mobil. Padahal Jisoo sendiri sudah mampu untuk berjalan sendiri.

Ayahnya sangat mirip dengan Lisa. Mereka tidak terlihat sebagai orang yang perhatian. Tidak banyak tanya, tidak juga mengumbar kalimat apa pun. Namun langsung melakukan tindakan untuk bentuk perhatian itu.

"Selamat datang di rumah hangat kita, Sayang." Hyunjin berucap saat ketiganya sudah memasuki rumah.

Di sekitar rumah itu tampak sedikit ramai. Beberapa maid berjalan kesana-kemari dengan membawa beberapa dekorasi serta peralatan barbeque ke halaman belakang. Ketiga adik Jisoo juga tidak terlihat. Mungkin mereka sedang berada di halaman belakang.

Minki membawanya ke lantai dua. Hyunjin pun masih berjalan di belakang mereka. Lalu ketika hampir mencapai pintu, Hyunjin mendahului langkah suaminya untuk membantu membuka pintu kamar Jisoo.

"Wah! Lihat. Adik-adikmu yang mendekorasi ulang kamar ini agar kau nyaman." Hyunjin takjub melihat kamar yang semula tampak kosong, kini mulai dipenuhi oleh barang-barang.

Berbeda dengan Jisoo, yang tidak terfokus pada hasil karya adik-adiknya. Ia tercengang melihat kamar yang sangat megah itu. Juga... Sebuah nebulizer dan tangki oksigen yang cukup besar di samping ranjang. Mereka ini berlebihan mengenai penyakitnya atau memang kondisi Jisoo yang mengkhawatirkan?

"Maaf harus mengotori kamarmu dengan peralatan itu. Dokter yang menyarankannya." Minki membaringkan tubuh Jisoo di ranjang sembari menjelaskan mengapa alat itu harus ada di kamarnya.

Jisoo sendiri tidak bisa menolaknya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk berjuang sebisa mungkin walaupun itu menyakiti dirinya sendiri.

"Istirahatlah. Acara kedua adikmu akan dilaksanakan nanti malam." Minki mencium dahi Jisoo cukup lama. Sedangkan Hyunjin memilih tetap berada disana untuk menemani Jisoo.

..........

Pukul tujuh malam, halaman belakang itu sudah cukup ramai oleh anggota keluarga mereka. Ada Kakek, Nenek, serta Paman dan Bibi mereka yang datang. Ah, jangan lupakan satu-satunya kakak sepupu mereka. Lee Sungkyung.

Gadis itu adalah anak dari kakak Minki. Sedangkan Hyunjin sendiri adalah anak tunggal hingga tidak memiliki saudara lain.

Beberapa orang tampak sibuk dengan alat barbeque disana. Mereka memang ingin melakukan hal itu sendiri tanpa dilayani maid karena rasanya akan lebih dekat.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang