18. Lunch

3.4K 799 199
                                    

Kemarin, Lisa memang pergi menemui Jisoo dan menemaninya makan siang. Tapi setelah itu, Lisa memilih pamit untuk pulang tanpa pergi ke Coffee Shop. Barulah hari ini gadis berponi itu memulai kembali aktivitasnya di Coffee Shop.

Namun ketika jam makan siang belum tiba, Lisa memilih menyudahi kegiatannya di balik meja Barista. Ia pergi ke ruangannya sejak pukul sepuluh pagi.

Jika saja sekarang tidak ramai pelanggan, mungkin Jisoo akan menghampiri Lisa. Jika dipikir lagi, pasti gadis berponi itu lelah karena baru kembali dari Jeju kemarin.

Satu jam berlalu, Jisoo yang baru saja mengantarkan pesanan pelanggan melihat Jennie datang. Tidak seperti biasa, gadis itu bersama dua pasang suami istri seumuran ayah Jisoo, serta satu gadis lain.

"Kalian masuklah. Lisa ada di dalam." Jennie menunjuk pintu ruangan Lisa. Setelah memastikan ketiga orang itu mengikuti arahannya, Jennie memilih pergi menemui Jisoo.

"Aku merindukanmu, Unnie." Dia peluk tubuh itu. Rasanya memang sangat rindu tidak berjumpa dengan Jisoo selama satu minggu.

"Mereka siapa?" Tidak menanggapi ucapan rindu dari Jennie, gadis berambut hitam itu justru mengeluarkan pertanyaan lain.

Jennie mendengus kesal. Jisoo sama saja dengan Lisa. Sulit sekali untuk mendapatkan sikap manis dari Jisoo. Namun anehnya, Jisoo akan sangat mudah melakukan itu pada Lisa. Padahal mereka sama-sama seperti es batu.

"Paman dan Bibiku. Mereka baru tiba dari Toronto hari ini. Sedangkan yang gadis tadi adalah anaknya. Dia sudah menetap di Seoul lima tahun belakangan." Jennie memperkenalkan ketiga orang yang datang bersamanya tadi.

"Paman dan Bibimu tidak ikut dalam pertemuan keluarga kalian di Jeju?"

Dahi Jennie mengerut mendengar pertanyaan Jisoo.
"Apa maksudmu, Unnie? Pertemuan apa?"

"Lisa bilang selama satu minggu dia berada di Jeju karena dua keluarga kalian datang dan mengadakan acara." Jisoo memberitahu apa yang Lisa ucapkan kemarin.

Ini aneh. Mengapa Jennie tampak kebingungan. Apakah dia lupa dengan pertemuan keluarga itu? Tapi mana mungkin. Pertemuan itu baru saja terjadi beberapa hari lalu.

"E-Eoh, N-Nde. Mereka memiliki urusan lain hingga baru tiba sekarang."

Jisoo menganguk saja. Kemudian mereka sama-sama terdiam. Apakah hanya perasaan Jisoo saja jika Jennie menjadi pendiam sekarang? Biasanya gadis itu tidak pernah berhenti untuk bicara.

Apalagi seharusnya Jennie memiliki banyak cerita karena baru saja melakukan perjalanan ke Jeju. Terkadang, Jisoo bahkan sampai mengeluh telinganya panas karena Jennie tidak kunjung berhenti menceritakan pengalamannya. Tapi hari ini dia tampak berbeda.

"Bukankah besok Lisa libur? Bagaimana jika aku mengambil day off dan kita pergi bersama?" Jisoo memilih bertanya, dan respon yang ia dapat tidaklah sesuai dalam bayangan.

Pertanyaan Jisoo sangat sederhana, tapi mengapa tatapan Jennie bergetar seperti itu? Apakah Jennie kaget karena ini untuk pertama kalinya Jisoo yang mengajak mereka untuk pergi? Karena biasanya Jisoo hanya menerima ajakan saja.

"I-Itu..." Jennie tampak menggigit bibir bawahnya.

"Besok Appa dan Eomma akan mengajak kami pergi. Sepertinya tidak bisa." Jennie kemudian menambahkan. Dia merasa tidak nyaman karena telah menolak ajakan Jisoo.

Tersenyum kecil, Jisoo memakluminya. Tentu saja keluarga mereka akan menggunakan waktu libur Lisa sebaik mungkin. Memangnya ia siapa yang hendak menguasai Lisa di hari liburnya?

HomeWhere stories live. Discover now