23. Birthmarks

3.7K 854 167
                                    

Chaeyoung dan Jennie memasuki kamar Lisa. Baru beberapa langkah, ia sudah mendapati wajah Lisa yang murung. Pasti gadis berponi itu sedang memikirkan hubungannya yang masih renggang dengan Jisoo.

Rencananya untuk meminta maaf pada gadis itu belum terlaksana. Lisa harus menundanya karena ketika itu ia pulang sebelum Jisoo datang. Hingga sekarang, Lisa belum sempat pergi ke Coffee Shop karena kedatangan kakek serta neneknya dari Toronto, juga perkembangan cabang ketiga Coffee Shop yang harus Lisa urus.

"Lisa-ya, jangan memasang wajah masam seperti ini. Besok kan kita berulang tahun." Chaeyoung memeluk Lisa yang duduk di atas ranjangnya.

Benar juga. Karena terlalu sibuk belakangan, Lisa sampai lupa jika besok adalah hari kelahirannya bersama Chaeyoung. Pantas saja kakek dan neneknya dari pihak sang ibu juga akan datang nanti malam dari New York.

"Tapi seharusnya, ulang tahun kita berbeda waktu. Aku lahir satu jam lebih dulu, jadi yang berulang tahun aku duluan." Chaeyoung tampak berpikir, membuat Lisa memutar bola matanya jengah.

Kembarannya ini masih saja tidak mau kalah. Dia terus menyinggung hal yang bisa membuat Lisa mengakui jika Chaeyoung adalah kakaknya.

"Dari pada kau terus murung seperti ini, mau mendatangi rumahnya saja?" Jennie tentu tidak tahan dengan sikap Lisa.

Dia pun sempat marah pada adiknya itu karena salah dalam menyikapi masalahnya bersama Jisoo. Niat Lisa memang hanya membantu Jisoo. Namun karena Lisa tidak bisa melihat situasi, alhasil Jisoo harus salah paham.

Jennie sebenarnya sudah berusaha membujuk Jisoo untuk tidak marah pada Lisa. Namun ia pun terkena amarah gadis itu dan kini Jennie pun ikut dijauhi oleh Jisoo.

"Apa dia tidak akan marah?" Lisa bertanya dengan ragu. Jika sampai disana, apakah Jisoo bersedia membukakan pintu untuk mereka?

"Jika tidak dicoba, kita tidak akan tahu hasilnya." Jennie tersenyum tipis ketika mengatakan itu.

Tidak ada salahnya untuk mencoba. Jika Jisoo menolak mereka hari ini, masih ada banyak waktu untuk melakukannya lagi.

"Ayo." Dan ini keputusan Lisa. Dia akan berusaha menbuat Jisoo memaafkannya malam ini. Dia sungguh tidak mau merusak hari kelahirannya esok. Dia ingin, Jisoo ada bersama mereka untuk merayakan hari bahagia itu.

"Ah, Unnie." Ketika Jennie hendak beranjak, Lisa menahan lengannya.

"Aku ingin mengatakan suatu hal. Mungkin kalian belum tahu tentang ini." Jennie dan Chaeyoung memicingkan mata. Berusaha mendengar apa yang hendak Lisa ucapkan.

"Aku pernah mendengar, bahwa... Pria yang tinggal bersama Jisoo bukanlah ayah kandungnya. Ia adalah ayah angkatnya. Dan juga..." Lisa terlebih dahulu menelan salivanya yang seperti tersangkut di tenggorokan.

".... Jisoo dibeli dari sebuah panti asuhan oleh orang tuanya sekarang."

..........

Ketika pintu mobil dibuka oleh sopir pribadinya, Lee Minki langsung melangkah dengan tidak sabaran memasuki sebuah rumah makan.

Belum lama ini, dia mendapatkan telepon dari Jang Hongjae. Lelaki itu mengabari jika anaknya mendapatkan titik terang mengenai keberadaan Kang Miran.

Jang Hongjae sendiri memang memilih pergi ke Seoul bersama anak tunggalnya untuk membantu Minki mencari anak sulungnya. Walaupun Minki memiliki segalanya, namun Hongjae yakin jika dirinya dan sang anak yang lebih bisa menemukan Miran.

"Bagaimana Ahjussi?" Minki bertanya dengan wajah sumringah.

"Aku sempat bertemu dengan Miran kemarin." Ketika mendengar kalimat itu, kepala Minki seakan baru saja disiram air dingin.

HomeWhere stories live. Discover now