12. One Year Ago

3.7K 862 224
                                    

Gyeonju, 01st March 2023

"Sepertinya kita tersasar."

"Hm."

Jennie dan Chaeyoung saling pandang. Mereka saat ini tersasar di kota orang. Namun mengapa respon Lisa sangat santai begitu?

"Lisa, Chaeyoung mengatakan kita sedang tersasar dan kau---"

"Tidak usah berlebihan. Kita memiliki ponsel. Bisa hubungi Appa atau orangnya." Benar juga. Jennie sekarang bisa sedikit lebih tenang karena hal yang Lisa ucapkan masuk akal.

Sial. Tapi tetap saja ini akan merepotkan. Mereka harus membuang waktu disini. Apakah ini adalah karma karena mereka pergi tanpa izin dari sang ibu?

Lagi pula kenapa Hyunjin harus menghalangi mereka untuk ikut dengan Minki. Tujuan mereka itu baik. Untuk menemukan kakak sulung mereka.

Sebenarnya jika saja orang-orang Minki menemukan hal yang berarti mengenai keberadaan kakak mereka, ketiganya tak akan mungkin ada disini. Mereka turun langsung untuk mencari karena merasa orang-orang itu tak bekerja dengan baik.

"Dimana kantor polisinya? Aku tidak melihatnya sejak tadi?" Jennie mulai mengeluh.

Jujur saja ia lelah karena berjalan kaki. Mobil yang mereka gunakan ditinggal begitu saja di ujung jalan raya, karena jalanan desa ini cukup kecil untuk dilewati mobil.

Mereka pikir, di dalam desa itu terdapat kantor polisi yang bisa membantu mereka mencari orang hilang. Tapi sampai setengah jam berlalu, mereka tak mendapati apa pun selain rumah sederhana di sekitar sana.

"Sudah cukup. Aku akan menghubungi Appa---"

"Anak tidak tahu diri!"

"Tidak ada gunanya kau hidup!"

"Menyusahkan!"

Kalimat Chaeyoung terhenti ketika teriakan seseorang memecahkan keheningan malam desa kecil itu. Ketiganya langsung mencari sumber suara.

Cukup jauh disana, seorang lelaki seumuran ayah mereka sedang menendangi tubuh anak gadis tanpa belas kasihan.

Sisi kemanusiaan Jennie ketika melihat itu tentu langsung tergerak. Ia berlari menghampiri mereka, dengan diikuti Chaeyoung. Sedangkan Lisa? Ia menghela napas. Sebenarnya malas ikut campur. Hanya saja kedua saudaranya terlebih dahulu bergerak. Membuat Lisa tak punya pilihan lain untuk ikut.

"Tuan, sudah cukup. Kau tidak boleh melukainya." Jennie berdiri menghalangi Son Seokgu yang hendak kembali menyakiti Son Jisoo.

Chaeyoung sendiri memilih berjongkok untuk memeriksa keadaan Jisoo. Wajahnya sudah dipenuhi memar. Chaeyoung meringis. Pasti rasanya sangat sakit.

"Siapa kalian? Jangan ikut campur. Ini urusan keluargaku." Seokgu mendorong bahu Jennie, lalu hendak menyentuh Chaeyoung agar menjauh. Namun lengan itu terlebih dahulu di cengram oleh seseorang.

"Jangan kau berani menyentuh kakakku." Ucapan itu terdengar sangat tajam. Lisa sangat tidak suka ada orang lain yang melukai kakaknya.

"Bocah ingusan!" Seokgu tampak marah. Ia mendorong tubuh Lisa hingga tersungkur di tumpukan bebatuan pada halaman depan rumah itu.

"Lisa!" Jennie memekik. Namun langkahnya tertahan karena melihat Lisa perlahan bangun dengan merogoh ponsel di saku jaketnya.

"Aku bisa menghubungi polisi sekarang. Kau---"

"Sialan!" Tidak ingin berurusan sengan polisi karena itu merepotkan, Seokgu memilih melangkah pergi dari sana. Padahal, sesungguhnya Lisa hanya menggertak.

HomeWhere stories live. Discover now