32. Last

3.6K 762 139
                                    

Bertepatan dengan datangnya Hyunjin serta Minki, mobil ambulance yang membawa Jisoo tiba di Espace International Hospital. Mendapati bercak darah di sekitar mulut anaknya yang saat ini menggunakan masker oksigen, membuat Hyunjin tak bisa menahan tangisnya.

"Anakku," Hyunjin bergumam dengan sesak, ketika dia dan Minki terus mengikuti langkah tenaga medis menuju IGD.

Sesampainya di sana, seorang Dokter jaga dan para perawat mengambil alih Jisoo. Mereka memasangkan berbagai alat di tubuh gadis itu yang Hyunjin tak mengerti.

"Pasien mengalami henti napas! Aku akan melakukan intubasi!"

Hyunjin menegang dipelukan suaminya, tatkala dari tempatnya berdiri saat ini dia bisa melihat Dokter melakukan suction pada mulut Jisoo untuk menyedot darah yang tersisa.

Setelah itu, Dokter menjejalkan laringoskop di mulu Jisoo hingga memasukkan sebuah selang endotrakeal untuk membuat anak sulung Hyunjin itu bernapas.

Melihatnya secara langsung seperti ini, tubuh Hyunjin sangat lemas. Jika saja Minki tidak sedang mendekapnya, Hyunjin mungkin sudah terkulai di lantai.

"Minki-ah, Jisooku..." Hyunjin merintih. Air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi dan membasahi kemeja Minki.

"Dokter, ini Cardiac Arrest!" Suasana di IGD itu semakin tak terkendali perawat mendapati jantung Jisoo berhenti bekerja.

Telinga Hyunjin berdengung mendengar itu. Seluruh tubuhnya terasa panas. Apalagi melihat seorang Dokter mulai menaiki ranjang dan memperikan resusitasi jantung paru untuk Jisoo.

"Siapkan defibrillator!" Dokter dengan keringat membasahi dahinya itu berteriak nyaring.

Perawat sigap menyiapkan apanyang Dokter itu minta. Ketika siap, Dokter itu mulai menempelkan alat kejut jantung di area dada Jisoo yang sudah tidak tertutupi apa pun.

"150 joule!"

"Clear!"

"Shock!"

Tubuh ringkih itu mengejang sekali saat dokter memberikan bantuan dengan alat kejut jantung. Namun sayang, EKG masih menampakkan garis lurus.

"200 joule!"

"Clear!"

"Shock!"

Tnit! Tnit!

Gelombang mulai terlihat dari alat EKG walaupun sangat samar. Dokter segera menyudahi pemberian defibrillator dan kembali melakannya secara manual dengan terus menekan dada Jisoo.

"Lihatlah. Anak kita itu hebat." Minki tersenyum hambar melihat bagaimana kuatnya sang sulung bertahan.

"Dia tidak akan pergi kemana pun. Karena kita adalah rumahnya, Hyunjin-ah." Lelaki itu menarik napasnya. Ia merasa begitu sesak melihat bagaimana maut sedang mempermainkan Jisoo.

"Dia... Dia harus berhasil memanggilku Eomma dulu. Dia tidak boleh pergi dulu." Tangis Hyunjim tak karuan di ruang IGD itu.

Siapa ibu yang akan baik-baik saja melihat kehidupan anaknya hampir terenggut. Hyunjin melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa detak jantung Jisoo sempat berhenti. Hyunjin melihat betapa kerasnya anak itu bertahan.

"Chogi," panggil seorang Dokter yang baru saja menangani Jisoo.

"Kami akan memindahkan Pasien ke ruang ICU jika Tuan dan Nyonya menyetujui. Kami juga sudah memanggil Dokter Kim. Perawat bilang jika pasien sempat ditangani oleh beliau beberapa minggu lalu."

HomeWhere stories live. Discover now