16. Beach

3.5K 827 178
                                    

Ini aneh. Sampai jam hampir menunjukkan pukul dua belas siang, pintu ruangan Lisa sama sekali belum terbuka. Apakah benar keduanya bertengkar sampai memakan waktu dua jam lamanya?

Namun ada hal yang lebih aneh lagi. Mengapa Jisoo merasa tidak terima. Membayangkan bagaimana Jennie memarahi Lisa membuat perasaan Jisoo panas.

Jika ingin bertengkar mengapa harus disini? Kenapa Jennie tidak membawa Lisa pulang saja. Jika mereka masih disini, itu membuat pikiran Jisoo terus teralihkan.

"Wah, penengah mereka baru datang." Hongseok berujar dengan pelan ketika pintu Coffee Shop terbuka.

Jisoo yang ketika itu hendak mengambil pesanan pelanggan, segera menoleh. Benar. Chaeyoung datang dengan tangan menenteng tas bekal yang mereka yakini itu milik Lisa.

Mereka bertiga terus memperhatikan gerak-gerik Chaeyoung. Dimana gadis itu harus mengetuk pintu dengan tidak sabaran, lalu menunggu sedikit lebih lama hingga pintu akhirnya terbuka.

Itu sepertinya Jennie. Lalu pintu tertutup lagi dan mereka kembali mendengar kunci pintu di putar.

Ini pertama kali mereka melihat raut wajah Chaeyoung yang tidak ramah. Karena biasanya gadis blonde itu akan tersenyum pada semua orang dan menyapa pegawai Lisa. Namun kali ini tidak.

"Apakah mereka mengadakan sidang di dalam sana?" Hongseok menyeletuk.

Ketiga karyawan yang sedang bekerja itu merasa gatal untuk mengomentari tiga bersaudara Lee. Tentu saja karena sikap mereka yang aneh dan membuat penasaran hari ini.

Berusaha mengabaikan isi pikirannya yang cemas akan sang bos, Jisoo memilih kembali bekerja. Ia mulai mengantarkan pesanan di meja pelanggan, lalu membersihkan meja yang sudah ditinggalkan pelanggan lain.

Hingga pukul tiga sore tiba, Jisoo bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Sampai jam itu pula, pintu ruangan Lisa masih saja tertutup. Hari ini, atasannya itu benar-benar tidak menyentuh meja Barista sama sekali.

"Kau sudah ingin pulang?" Suara itu mengagetkan Jisoo yang sedang berjalan ke arah pintu Coffee Shop.

"Hm." Jisoo menjawab seadanya, walau kini di kepala gadis itu memiliki banyak pertanyaan.

Tapi Jisoo sadar akan posisinya. Ia tidak dekat dengan tiga berdaudara itu. Ia hanya pegawai Lisa yang kebetulan terlibat insiden satu tahun lalu dengan mereka.

"Mau menemaniku ke suatu tempat?" Dahi Jisoo mengerut ketika Jennie melayangkan pertanyaan itu.

Ada apa dengan gadis berpipi mandu itu? Mereka adalah orang asing yang tak sengaja terlibat insiden kecil. Tidak seharusnya Jennie meminta Jisoo untuk menemaninya. Jennie bahkan tidak tahu asal-usul Jisoo. Bagaimana jika Jisoo berniat jahat pada Jennie?

"Kita tidak sedekat itu." Jisoo berkata jujur. Ia sadar diri jika sosok Jennie terlalu tinggi untuk Jisoo yang hanya anak dari seorang pemabuk.

Tapi Jisoo tak tahu jika ucapannya mampu melukai Jennie. Dia sadar, tidak memiliki teman selama ini. Karena hari-harinya tak lepas dari kedua adiknya.

Di kampus, Jennie selalu berdekatan dengan Chaeyoung walau mereka berbeda jurusan. Jennie tidak pernah menerima ajakan temannya hanya untuk sekedar pergi ke kantin, karena dia memilih untuk menghabiskan waktu kosong menunggu kelas dengan menemui Chaeyoung.

Setelah kelas selesai, Jennie pun tidak pernah bergabung dengan teman-temannya untuk menghabiskan waktu di luar. Jennie lebih memilih pergi menemui Lisa.

Ketika bertemu dengan Jisoo, ia merasa memiliki teman selain kedua adiknya. Tapi ucapan Jisoo mematahkan harapan Jennie.

"Kau benar. Aku yang terlalu percaya diri karena berharap kau menganggapku sebagai teman. Maaf." Jennie menunduk, lalu berjalan melewati Jisoo.

HomeWhere stories live. Discover now