52. Visit

3.9K 723 177
                                    

Lima jam berlalu sejak kejadian dimana Lisa tidak sadarkan diri. Gadis itu masih ada di rumah, karena Hyunjin dan Minki memilih memanggil Dokter Shin dibandingkan mendatanginya ke rumah sakit.

Sampai detik ini, Jisoo masih tidak bisa melihat Lisa. Padahal ia tahu jika Dokter Shin sudah pulang sejak dua jam lalu. Tapi dia sungguh takut untuk masuk ke dalam.

Perkataan Jennie memang ada benarnya. Semakin Jisoo melakukan banyak hal untuk Lisa, semakin dia membuat Lisa sakit. Apakah dia memang harus mengutuk kepulangannya ini?

Lamunannya buyar saat pintu kamar Lisa terbuka. Dia menghela napas lega melihat sosok ibunya baru saja keluar. Dia bisa meminta izin pada Hyunjin, walaupun dia tahu Jennie di dalam sana pasti masih marah padanya.

"Eomma, bolehkan aku menemui Lisa?" Jisoo bertanya pada ibunya yang seperti ingin turun ke lantai satu.

"Tidak sekarang Jisoo-ya." Hyunjin menjawab sembari berkutat dengan ponselnya. Dia tampak menghubungi seseorang melalui pesan singkat.

"Aku hanya---"

"Jisoo, Eomma mohon!" Suara Hyunjin meninggi.

Wabita itu tampak mengatur napasnya yang memburu, lalu mata yang memerah ia alihkan ke arah lain. Tidak ingin menatap kedua mata anak sulungnya.

"Bisakah kau merenungkan kesalahanmu dulu?" Pertanyaan itu membuat kedua tangan Jisoo gemetar.

"Mungkin bagi orang lain, ini adalah masalah sepele. Tapi untuk adikmu tidak, Jisoo-ya. Kondisinya benar-benar tidak baik karena makanan itu." Hyunjin memejamkan matanya.

Sekarang wanita itu sedang kalut. Sudah dengan hati-hati dia menjaga banyak hal agar tidak Lisa sentuh karena bisa saja membuat kondisinya menurun. Tapi dengan mudah dia membiarkan Jisoo menghancurkan hal yang sudah dijaganya mati-matian selama lima tahun terakhir.

Hyunjin sangat kecewa. Tapi di posisinya ini, dia tidak bisa marah pada Jisoo. Dia paham, Jisoo hanya menginginkan yang terbaik untuk Lisa. Dan sungguh, Hyunjin berusaha menahan dirinya untuk tidak lepas kendali.

Karena kanker yang ada di lambung Lisa, mereka benar-benar menjaga makanan yang masuk ke dalam sana. Jika makanan yang dilarang telah masuk, kanker itu akan semakin mengganas.

"Tolong untuk renungkan kesalahanmu sejenak. Sekarang, jangan temui Lisa karena Jennie pasti akan marah." Hyunjin berlalu begitu saja setelah membuat perasaan Jisoo seperti diremas dengan kuat.

Harus bagaimana lagi dia merenungkan kesalahannya? Jisoo bahkan hampir gila karena memikirkan kondisi Lisa, namun dia sama sekali tidak bisa memastikannya.

Tubuh Jisoo meluruh. Dia duduk dengan bersandar pada dinding. Mengusap wajahnya dengan kasar. Ia sungguh frustasi dan tak tahu harus melakukan apa. Meminta maaf sudah ia lakukan berulang kali namun mereka mengabaikannya.

"Unnie," panggilan lirih itu mampu membuat Jisoo mendongak.

Di hadapannya, Chaeyoung berdiri dengan wajah yang sembab. Gadis itu pasti habis menangisi Lisa. Membuat Jisoo semakin penasaran bagaimana kondisi Lisa di dalam sana.

"Kau ingat tidak, saat kita makan siang bersama di ruangan Lisa ketika status mu belum terungkap?" Jisoo berusaha menjelajahi memorinya. Dan ia mulai mendapatkannya.

"Saat itu, kau ingin menyuapi Lisa dengan daging. Tapi aku dengan cepat mengalihkannya." Ucapan Chaeyoung membuat Jisoo terpaku. Apakah alasannya juga sama dengan kejadian tadi?

"Saat itu, aku tidak memberitahumu alasannya karena status kita hanya teman. Terlebih Lisa tidak mau semua orang tahu. Dan kini, aku menyesal." Chaeyoung menggigit bibir bawahnya ketika satu tetes air mata harus ia biarkan lolos.

HomeWhere stories live. Discover now