25. Room

3.8K 812 194
                                    

Sudah tiga hari dia ada di dalam ruangan intensif itu. Sudah tiga hari pula ia bernapas dengan bantuan ventilator. Jisoo tidak harus repot menarik dan menghembuskan napasnya, karena alat itu telah melakukannya

Awalnya, Jisoo merasa sangat aneh. Ia ingin bernapas sendiri, tapi alat itu seperti menentangnya. Alhasil, Jisoo hanya memasrahkan dirinya dan membiarkan alat itu bekerja.

Jisoo sendiri tidak tahu sampai kapan dia harus berada disini. Sesungguhnya, dia tidak bisa tidur dengan tenang. Ia selalu merasa takut ketika tak sengaja terbangun.

Bayangkan saja. Ini adalah pertama kali Jisoo berada dalam kondisi yang sangat buruk. Sepertinya ini dampak dari dirinya yang selalu mengabaikan asma itu.

Ah, jangan lupakan hari kemarin. Jisoo kembali drop dan sempat mengalami henti napas. Untungnya dia bisa membuka mata lagi pagi ini.

Apakah jalan hidupnya memang seburuk ini? Jisoo bahkan belum sempat bersuka cita karena telah bertemu dengan keluarganya. Dia belum mengucapkan apa pun.

"Selamat pagi, Sayang." Jisoo tersentak ketika sebuah kecupan mendarat di hidungnya yang terpasang oleh selang NGT.

Karena sudah tiga hari dia berada disini dan belum bisa terlepas dari ventilator, Dokter terpaksa memasang selang NGT untuk Jisoo agar bisa minum dan mengisi lambungnya.

Keadaannya terlihat sungguh buruk sekarang. Padahal selama ini dia sangat kuat ketika bekerja pagi hingga menjelang tengah malam.

"Semua anakmu tumbuh dengan cantik, Nyonya. Termasuk Nona Jisoo." Seorang perawat datang membawa beberapa wadah dan peralatan.

"Dia juga tumbuh menjadi anak yang kuat. Dia sangat hebat kemarin." Kali ini, yang bicara adalah seorang Dokter perempuan.

Jisoo sangat hafal dengan sosok itu. Karena dia yang hampir setiap waktu mendatangi Jisoo hanya untuk mengecek kondisinya. Dia juga yang membantu Jisoo bertahan kemarin.

"Hm. Aku memilki anak-anak yang hebat."  Hyunjin mengusap kepala Jisoo sebentar, lalu menerima sebuah wadah yang perawat berikan padanya.

Ini adalah permintaan Hyunjin. Dia harus memohon dengan sangat untuk bisa membantu membersihkan tubuh Jisoo di dalam ruang ICU.

Selama ini, dia tidak pernah ada untuk Jisoo. Dia hanya pernah mengurus Jisoo saat baru lahir. Maka, ia ingin membayarnya sekarang. Ia ingin melakukan banyak hal untuk mengurus anaknya. Karena ia tidak tahu kapan waktu akan berakhir kan?

"Izinkan Eomma membersihkan tubuhmu, hm?"

Jisoo tidak bisa percaya ini. Sejak kecil dia tumbuh tanpa bantuan orang lain karena ayah dan ibu angkatnya selalu sibuk. Ia berusaha mengurus dirinya sendiri sampai menjadi mandiri.

Tapi sekarang, ia harus menerima hal seperti ini. Entah Jisoo merasa senang atau justru sedih. Setidaknya, ia harus merasakan bagaimana sang ibu memandikannya. Sekalipun dalam keadaan seperti ini.

"Tubuhnya memiliki banyak memar. Nyonya harus berhati-hati." Dojter wanita itu memberikan Hyunjin permintaan.

Membuka baju itu perlahan, hati Hyunjin mencelos melihat ada banyak bekas luka dan memar di tubuh Jisoo. Sebenarnya iblis macam apa yang merawat anaknya selama ini?

Berbicara tentang ayah angkat Jisoo, dia sudah ditangkap kemarin malam. Minki bahkan langsung mendatanginya di kantor polisi dan menghajar lelaki itu habis-habisan hingga mengalami beberapa cidera.

"Jisoo hebat sekali, Nak." Hyunjin mengusap air matanya dengan kasar.

Setiap mengingat jalan hidup putri sulungnya yang mengenaskan, Hyunjin selalu saja menangis. Ia yang mengandung serta melahirkan Jisoo dengan harapan agar anak itu bahagia, ternyata tidak terkabulkan.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang