Delapan

18.4K 2.1K 53
                                    

Kuda hitam itu lari dengan cepat melewati berbagai tempat. Saat ini tujuan Simon adalah hutan. Karena semalam dia bermimpi bertemu dengan sosok yang entah apa yang menyuruhnya masuk kedalam hutan paling dalam yang sangat berbahaya.

"Husky lebih cepat.. " Simon memacu kudanya dengan kecepatan tinggi. Dengan pedang merah pekat bercampur hitam pekat yang sudah sangat terkenal akan di setiap kalangan rakyat dan kekaisaran dimana pedang itu sudah memakan ribuan nyawa terletak di pinggangnya.

Kabut mengelilingi hutan. Dari luar saja kabutnya sangat tebal apalagi jika hutan terdalam. Kecepatan kuda perlahan menurun, Simon menajamkan semua indranya takut tiba tiba hewan menyerangnya.

Srettt...

Mahluk dengan kecepatan yang sangat cepat menyerang Simon.

Srashh

Pedang itu keluar menebas mahluk tersebut hingga terbagi menjadi dua bagian. " tetap jalan Husky.." perintahnya kepada kuda hitamnya yang sangat dimengerti oleh kuda tersebut.

Srekk

Srazhh

Jleb

Tzahh

Berbagai macam mahluk bergerak mengincar Simon namun dengan cepat di bunuh olehnya, perjalannya semakin dalam hingga tiba kekedalaman hutan. Kabut tebal sepanjang mata memandang. Simon menyipitkan matanya dengan pedang dipegangnya erat. Ini adalah pengalaman pertamanya sejak berinkarnasi ke dunia lain.

"sial, apakah ucapan sosok itu hanya bualan.. "matanya terus bergerak tenang seperti air namun mematikan. "sepertinya memang hanya sebuah bualan.. "

"mimpi itu bukan sebuah bualan dan itu nyata.. " sosok berjubah putih datang dari balik pohon tak jauh darinya.

"katakan apa maksudmu.. "

"tidak ada hanya ingin berjumpa. Oh ya bagaimana kehidupan keduamu.. "

"sialan, jadi kau yang membawa jiwaku masuk ketubuh gay ini.. " maki Simon.

"tenang, kamu akan terbiasa dan akan menikmatinya dikemudian hari.. " sosok itu terkekeh pelan." jalanilah kebidupanmu yang sekarang. Carilah kebahagiaanmu dan satu lagi. Tolong cintai para haremmu hahah.. "sosok itu menghilang bagai udara.

"tapi kenapa harus ditubuh ini sialan!.." Simon menebas membabi buta hutan terdalam.baik pohon maupun hewan dia tebas melepaskan kekesalannya terhadap sosok tadi. "siapa kau sialan, seenaknya membawaku ke tempat ini.. " teriaknya.

Sehhhh..

Angin bertiup kencang.. "aku adakah dewa yang membawamu kesini.. " suara itu berbisik pelan di telinga Simon dan berlalu bersama angin.

"jadi sosok itu dewa sialan.. " Simon berdesis pelan menyandarkan tubuhnya di batang pohon yang telah tumbang.

"apakah aku harus menerima mereka, tapi aku bukan gay , aku manusia normal yang masih menyukai kue apem.. Ah taulah" Simon berdiri menaiki kudanya memacu kencang kembali keluar hutan.

Di mension kelima pemuda cantik itu sedang menunggu kepulangan Simon. Hari sudah mulai malam tapi belum ada tanda tanda kedatangannya membuat kelimanya khawatir.

"dimanakah Duke Arjun?.." tanya Lukas.

"saya kurang tau tuan,karena tadi Duke ingin pergi sendirian.. "

"apakah tidak masalah membiarkan Duke pergi sendirian..." Hendry berkata dengan mata berkaca kacanya.

Arjun tersenyum. Dia menyukai para pemuda yang ada di depannya. Walau selalu di abaikan oleh Simon namun mereka masih perhatian dan khawatir terhadapnya. Bukankah Duke beruntung.

"tenang saja, bukannya tuan Duke sudah terbiasa seperti itu bahkan dia juga jarang pulang .."

Bastian yang melihat wajah khawatir keempat saudaranya itu hanya menatap malas tanpa ikut nimbrung.
Matanya tak sengaja menangkap kuda hitam yang memasuki halaman mension. Diatasnya ada sosok yang sangat menawan dengan wajah datar serta rambut acak acakan.

Simon turun dari mudanya memberikan tali kuda ke pada penjaga kuda.

"siapkan air mandi.. " perintahnya. Simon mengambil kain mengelap tangannya yang kotor. Para pelayan dengan cepat bergerak.

Brukk

Tubuh Simon termundur beberapa langkah akibat tubuhnya yang tiba tiba di hantam sesuatu. Tubuhnya membatu saat Hendry memeluknya erat. Mata merah pekat itu menatap dingin dan tajam.

"siapa yang menyuruhmu menyentuhku.. " aura dingin keluar dari tubuhnya membuat lorong itu menjadi mencekam.

"Duke anda dari mana saja hiks, kami hiks khawatir " tangis Hendry pecah.suaranya memenuhi lorong panjang yang sunyi itu.

"lepas" suara berat Simon terdengar menakutkan. Tangan kekarnya itu mendorong paksa bahu Hendry yang memeluknya terlalu erat.

"tidak hiks, kumohon biarkan aku memelukmu Duke " Arjun, kepala pelayan, dan keempat harem Simon terkejut. Dari mana Hendry mendapatkan keberanian sebesar itu hingga berani mengabaikan perkataan Simon.

"berhenti bersikap seperti itu sialan!.." Simon membentak Hendry membuat badannya bergetar. "minggir.." Simon mendorong tubuh pendek itu lalu berjalan diikuti Arjun dibelakangnya sedangkan Hendry, dia tersungkur di lantai dingin.

"apa kamu baik baik saja Hendry.. " mereka berempat membantu saudaranya itu bangun.

"aku baik baik saja" Hendry tersenyum.

"sebaiknya kalian membersihkan diri. Tak baik membuat tuan Duke menunggu.. " seru kepala pelayan yang dari tadi belum beranjak dari tempatnya berdiri.

Kelimanya mengangguk lalu pergi ke mension khusus para harem.

"sampai kapan tuan Duke terhormat ini mengabaikan para haremnya.." seru seseorang yang masuk ke dalam kamar Simon tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"bisakah kamu mengetuk pintu terlebih dahulu, seenaknya masuk ke kamarku.. " kata Simon yang baru selesai mandi. Hanya handuk yang menutup tempat terlarangnya.

Orang itu berjalan ke arah Simon dengan santai. Saat sampai di depan Simon, orang itu berlutut. " Maafkan atas kelancangan saya Tuan Duke yang terhormat.dan terimalah salam saya.. "

"apa tugasmu sudah selesai Rey.. " Simon memakai pakaiannya berwarna hitam karena memang warna kesukaannya hitam.

"Sudah Duke, tugas yang anda berikan telah selesai, monster yang menganggu wilayah anda sudah hamba habisi.. " Rey sosok itu masih berlutut. Simon mengangguk

"kerja bagus, lebih baik kamu istirahat aku tau kamu baru datang.. " Simon memukul kepala Rey sedikit kuat membuatnya meringis.

"hehehe sesuai keinginan anda tuan Duke yang terhormat tapi jangan lupakan para harem anda yang terlihat sedih setiap waktu. Apakah anda tidak merasa kasihan kepada mereka. Anda sudah menikahi mereka selama setahun namun sikap anda masih sama..." Rey berdiri menepuk pundak kokoh tuannya itu.

" jangan terlalu menghindari dan mengabaikan mereka. Buat apa kamu menikahi mereka semua jika kamu tidak mencintai mereka. Bukalah perlahan hatimu Simon. Buatlah kebahagian bersama mereka.. " setelah berucap demikian Rey pergi meninggalkan Simon yang terenung.

"apakah begitu? Baiklah sepertinya Rey dan dewa sialan itu benar.."

Rey tangan kanan sekaligus sahabat Simon saat masih remaja. Dia yang selalu bersama Simon karena Simon tidak menerima seseorang selain Rey untuk menjadi temannya.

I Became Duke [Seme][BL ]√√Where stories live. Discover now