Duapuluh Sembilan

12.8K 1.7K 87
                                    

Malam hari, suasana kamar Simon sangat sepi. Karena sang pemilik sedang berisrirahat padahal hari belum larut bahkan baru malam.dia tak ikut makan malam dia kelelahan setelah bertemu dengan tamu yang tak lain si tante tante Aurora.

Flasback On

Simon memasuki ruangan dimana Aurora berada yang sedang meminum teh dengan anggun.

"salam tuan Duke yang terhormat.. " Aurora memberi salam seperti Lady pada umumnya.

"ada apa Lady datang jauh jauh kemari.. " Simon duduk di depan Aurora dengan kaki disilangkan.

"saya datang kesini ingin memberikan surat undangan.. " Simon mengangkat satu alisnya.. " undangan perburuan yang akan di adakan di kediamanku.. " Aurora menyodorkan surat undangan dengan senyum termanisnya yang malah terlihat menjijikan dimata Simon.

"kenapa harus anda yang repot Lady.."
Yah Simon mulai beraksi dan.

"permainan dimulai" Smirk Simon dalam hati.

"saya tidak repot Duke malah saya sangat senang karena bisa membatu membagikan undangan ini.. " ucap Aurora dengan semangatnya.

"anda memiliki hati yang baik dan mulia Lady.. " Aurora tersipu mendengar pujian palsu Simon yang tak melihat senyum miring di balik cangkir teh yang Simon minum.

"apa anda tahu Duke, saya yang mendesai surat undangan itu untuk anda.. "

"saya sangat tersanjung akan kemurahan hati anda Lady.. " Aurora tak mampu membendung kesenangannya.

"apa Duke menyukaiku? Jika ia maka akan sangat bagus.. "

Simon membuka undangan itu dan membacanya.. " yang mulia Raja juga hadir?.." Aurora mengangguk.

"semua orang penting akan hadir Duke. Oleh sebab itu dimohon anda untuk hadir .. " Aurora berdiri dan membungkuk ala bangsawan kepada Simon.

"ah anda sangat sangat sopan Lady.. " Simon mencium punggung  tangan Aurora yang terbungkus sarung tangan berwarna putih.

"terima kasih atas sanjungan anda Duke.. " Wajahnya memerah padam karena tangannya dicium oleh orang yang menjadi incaran setiap manusia yang ada di kekaisaran.

"lihatlah aku, bahkan Duke jatuh kedalam pesonaku.."

Jika Simon mengetahui apa yang ada di pikiran Aurora mungkin dia akan tertawa terbahak bahak. Dia bahkan tak sudi melakukannya jika bukan karena permainannya.

"mari kita buat dia senang hingga terbang keatas langit lalu kita jutuhkan dia dengan sekali pukulan."
Batin Simon menyeringai.

Berbicara beberapa kata, Aurora pamit undur diri. Awalnya Simon mengajukan untuk istirahat sebentar namun dia menolak dengan alasan ingin mengantar undangan lain padahal hanya ingin menarik perhatian Simon.

Setelah Aurora pergi seperti biasa Simon menyuruh membakar kertas yang menurutnya hanya menambah sampah di tempatnya lalu pergi membersihakn badannya sebanyak tuhuh kali apalagi bibir yang ia sabuni agar bekas ciumannya hilang karena dia anti wanita bermuka dua.

Flasback end

'JEDAR'

"ANJING!.. " teriak Simon saat petir menggelegar bahkan cahayanya masuk kedalam kamarnya."kaget sialan!.. " Simon mengusap dadanya perlahan untung gak ada riwayat jantung.

Hujan deras disertai petir yang bunyinya sangat keras itu mengguyur seluruh kekaisaran. Membuat pikiran Simon tertuju para istri lelakinya yang sedang dalam perjalanan.

"semoga tak ada bahaya.. "

'tok tok tok'

Awalnya ketukan itu hanya Simon biarkan tapi lama kelamaan ketukan itu makin keras dan cepat membuat matanya yang terpejam terbuka kembali.

'ceklek '

Simon membuka pintunya dan menemukan salah satu Istri lakilakinya sedang jongkok dengan memeluk lututnya.

"hey apa yang terjadi?.. " mendengar suara Simon dengan cepat dia memeluknya dengan badan bergetar.

"Ernon,apa yang terjadi hey.. " Simon membalas pelukan Ernon.

"takut.. "cicitnya hampir tak terdengar.

"takut? Takut apa?.. " tiba tiba petir berbunyi dengan keras buat Ernon berteriak keras.

"ah kamu takut petir ya.. " Simon membawa masuk Ernon setelah mengunci pintu lalu mendudukkannya di atas kasurnya dengan posisi Simon berdiri sambil memeluk Ernon.

"jangan takut ada aku disini.. " Simon mengelus punggung Ernon membuat dia tenang tapi tak lama kemudian petir kembali menyambar.

"jangan pergi.. " gumam Ernon.

"iya gak pergi kok.. " Simon merebahkan tubuh Ernon lalu diikuti dirinya yang sedang di peluk erat dengan bergumam ' jangan tinggalkan aku'

"gak pergi kok sayang.."

"sepertinya dia punya trauma akan petir. Harus kucari tahu apa penyebabnya.. "

Tak lama mereka berduapun tertidur dengan saling berpelukan erat.

"dasar anak haram.."

"anak tak tahu diri.."

"mati saja kamu anak sialan!.. "

"kamu pembunuh, perusak keluargaku.. "

"cari uang yang banyak atau kamu tak dapat jatah makan!.."

"anak haran yang dibuang keluarga hahahah kasihan.. "

"tidak! Aku bukan anak haram, aku bukan anak pembawa sial.. " racau Ernon yang baru tertidur.

"jagan pukul.. Sakit hiks hentikan.. " racaunya makin keras diikuti tangisan.

"sakit hiks hiks hentikan itu.. "

"hey sayang ..." Simon menepuk pipi Ernon pelan tapi tak berpengaruh.. "sayang bangun! Hey come on jangan menakutiku.."

Mata Ernon terbuka. Dia memeluk erat Simon sambil menangis meraung raung.

"sttttt tenang ok, ada aku disini. Jangan takut ok ' cup'.. " Simon mencium kening Ernon.

"sekarang tidur ok, jangan dipikirkan nanti kepalamu sakit.." Ernon mengangguk lalu masuk kedalam pelukan Simon.

"siapa yang membuatmu seperti ini tak akan kumaafkan.. " Desis  Simon dalam hati yang sedang meredahkan Amarahnya.

"beginikah dia saat ada petir? apakah dia menangis sendirian dikamarnya? Maafkan aku, pasti sulit saat itu.. "

"tak akan kubiarkan orang lain menyakitimu.. " gumam Simon dan memeluk erat Ernon.

_________

Teh rio seribu satu.....

I Became Duke [Seme][BL ]√√Where stories live. Discover now