sepuluh

16.9K 2K 96
                                    

Suara tapak kaki bergema di dalam lorong sunyi nan gelap itu. Suara kaki itu berbunyi beraturan memasuki sebuah ruangan yang sangat luas. Di dalam ruangan itu terdapat banyak jeruji besi saling berhadapan. Di ujung ruangan tersebut terdapat dua pintu. Satu berwarna hitam dan satu lagi berwarna hitam yang berjarak beberapa meter.

Suara langkak kaki yang terdengar sangat menakutkan itu berjalan ke arah pintu berwarna hitam. Di dalam ruangan itu terdapat seorang wanita yang terantai berdiri. Tak lupa dengan tubuh yang sudah terluka karena siksaan.

"Duke, to-tolong aku, mereka menyiksaku.." Wanita itu berucap dengan suara lemah namun dia paksakan bersuara dengan keras.

'sring'

Suara pedang yang ditarik keluar dari sarungnya. " beraninya kau menaikkan suaramu dihadapan Duke.." Rey mengacungkan pedangnya tepat dileher Wanita itu.

Wajah wanita itu pucat pasi. Pandangannya terus mengarah ke Simon yang menatapnya tanpa minat.

"Duke tolong saya, saya tidak melakukan kesalahan sama sekali. Kenapa Duke menyiksa saya di sini.. " wajah wanita itu memelas berharap di lepaskan.

"siapa wanita ini Rey?.."

"Dia Lady Rose anak dari Baron Obed Constancio dan Baroness Lexine Constancio salah satu bawahan Duke yang bergantung kepada anda.. " Simon mengangguk paham.

Simon mendekat kearah Rose lalu berhenti tepat di depannya. Kedua tangan Simon dia letakkan di dalam saku celananya. " siapa yang memberimu izin memasuki kediamanku?.. "suara dingin Simon tiba tiba merubah suhu ruangan tersebut.

"apa maksudmu Duke, aku sudah biasa ke kediamanmu tapi kamu tidak masalah tapi kenapa hari ini anda merasa keberatan.. "

"apa kita sedekat itu hingga bicaramu tidak sopan.." Simon menendang perut Rose tanpa pandang bulu mau dia wanita atau pria. Baginya siapa yang mengusik ketenangannya maka akan menanggung konsekuensinya.

"argggg.. " teriak Rose. Tendangan Simon tidak main main bahkan mulutnya mengeluarkan darah segar.

"saya bahkan belum menggunakan tenaga tapi anda sudah kesakitan seperti itu lady.. "

Simon memakai sarung tangan berwarna hitam yanga anti tembus air ataupun darah. Simon menjambak rambut Rose kuat. "beraninya seorang lady dari keluarga Baron menyakiti keluarga Duke Bridgerton. Apa anda sudah bosan hidup.. "

"am-ampuni saya Duke, sa-saya sa-salah hiks tolong ampuni saya.." Rose mengeluarkan air matanya berharap Duke akan mengasihaninya namun apakah dia lupa siapa yang ada di hadapannya ini. Dia Duke Tiran berdarah dingin.

"tak ada kata ampun jika sudah menyakiti keluarga Bridgerton"

Simon mengeluarkan belati yang ia selipkan dia bajunya.

'srekk'

"argghhgg"

'Jleb'

"arggg ampun Duke.. " teriaknya

'tak'

"argggg.. " Simon menggores wajah Rose berbentuk silang. Mencongkel kedua matanya lalu menghancurkannya.

Tangan Simon mengambil cambuk yang terpasang di dinding.

'ctass'

'ctass'

'ctas'

"arggg am-ampun Duke am-ampun hiks.. "

"oh rupanya lady ini masih bisa berteriak sekeras ini.." Simon tersenyum miring. Kemudian mengambil seember air yang telah di sediakan lalu.

'Byurrr'

"argggg" Rose berteriak kesakitan. Dia menyesal telah membuat Duke ini marah jika ia tahu seperti ini maka dia tidak akan menyinggungnya.

"baru menyesal sekarang?  Sayangnya itu tidak akan merubah keadaan.. " Simon mengambil gunting berkarat.
"sepertinya ini akan sedikit menarik.. " Simon mengeluarkan senyum iblisnya.

Rey, dia sudah sedikit merinding dipojokan akibat ulah Simon.

"sial, kenapa aku ikut masuk kedalam sini.. "

Simon menarik kepala Rose yang tertunduk. " rambut Lady ini sangat halus.. " Simon membelai rambut panjang berwarna cokelat itu. " namun sayang harus berakhir di sini hahah.. " Simon tertawa bagai iblis. Ia mulai menggunting rambut panjang itu dengan kasar membuat Rose meringis kulit kepalanya seperti tertarik dari kepalanya.

Selesai menggunting rambut itu, tangan Simon turun ke bibirnya.. " bibir cantik ini sudah menghina dan merendahkan keluarga Bridgerton maka tak salah jika merusaknya.. " Simon menggunting bibir Rose sampai di telinga. "wah anda seperti kochisake onna Lady.. "

Tubuh Rose sudah sangat lemah. Darah terus keluar tanpa henti. Dia masih bisa mendengar namun tak bisa melihat.

'tuk'

Simon menusuk perut Rose menggunakan gunting berkarat itu." benda tumpul memang lebih baik dari pada benda tajam. Bagaimana rasanya Lady? Beritahu kepadaku.. " Simon tertawa rendah. Tangannya membuka gunting itu dan merobek perutnya. Terlihatlah isi perut Rose.

'huwekkk'

Rey muntah dipojokan.tak mampu melihat adegan menjijikan seperti itu. "dari mana dia mendapatkan ide gila seperti itu.. " gumamnya.

"keluar kau Rey.. " perintah Simon tanpa menatapnya. " kau menganggu kesenanganku.. " dengan cepat Rey keluar. Itulah yang ia tunggu tunggu sedari tadi.

Simon melanjutkan aksinya tak lupa dengan wajahnya yang tersenyum menyeramkan. "sudah mati? Cepat sekali.. " Simon melempar gunting itu ke lantai bersemen tanpa tehel itu lalu melepas sarung tangan.

"oh ada yang kelupaan.. "

'sring'

'tuk'

Simon menebas leher Rose. Kepala itu mengelinding ke arahnya. Dengan santai Simon menginjak kepala itu hingga hancur.

"bereskan mayatnya. Berikan ke singaku.. " Simon keluar dengan pakaian berlumuran darah. Rey mengikutinya di belakang.

" siapkan air untuk tuan Duke.." perintah Rey kepada pelayan saat sampai di pintu keluar.

**

Komen jika ada typonya.

I Became Duke [Seme][BL ]√√Where stories live. Discover now