Empat puluh

12.7K 1.6K 97
                                    

40.....

*
*
*
*

Simon sibuk diruang kerjanya, padahal hari sudah siang tapi dia belum beranjak dari duduknya.

'Swoss'

Seorang dengan pakaian serba hitam muncul di depan Simon dengan berlutut memberi salam.

"yang mulia saya membawakan yang anda minta.. "ucapnya dengan suara yang amat dingin.

"berikan.. " orang itu menyerahkan dokumen. " pergi.. " Shadow itu menghilang setelah memberi salam.

Tangan Simon memegang sebuah dokumen yang berisi semua tentang Ernon yang pernah ia perintahkan kepada Shadownya.

'Swos'

Tak lama muncullah shadow dengan berpakaian sama bedanya terdapat jahitam halus berwarna merah pekat di sisi lengan yang memanjang sampai kebawah. Pertanda bahwa itu Shadow Devil Forces sedangkan Shadow Troops memikiki jahitan khusus berwarna kemerahan.

"salam yang Mulia.. " ucapnya dengan berlutut.

"katakan.. "

"saya sudah menyelidiki kasus tuan Wiliam yang diberikan obat Afrodisiak, dan yang memberi itu adalah salah satu pelayan yang ikut untuk melayani tuan Wiliam dan tuan Lukas selama berada di Ibukota.." jelasnya

"dimana?.. "

"diruang bawah tanah yang Mulia.. "

"pergi.. "

'Swoshh'

Simon mengeluarkan smirk andalannya yang sialnya terlihat sangat tampan.

"bermain main denganku kematian konsekuensinya.. "

Saat akan membaca dokumen yang berisi tentang Ernon pintu terbuka dan masuklah Arjun bersama salah satu ukenya Hendry.

Tanpa aba aba Hendry langsung duduk dipangkuan Simon dan memeluk lehernya. Satu tangan Simon menahan punggung Hendry agar tak jatuh nanti.

"ada apa hmm.. " tanyanya sambil mengelus rambut Hendry.

"gak ada pengen aja.." ucapnya dengan menatap manik merah pekat milik sang suami.

"sudah makan? .."

"sudah, kamu sudah makan?.. " Simon menggeleng membuat mata Hendry membulat.

"kamu belum makan, astaga ini sudah siang aku aka--"

"ehem, permisi." sela Arjun yang dari tadi menjadi nyamuk diantara mereka. "saya mengantarkan makan siang Duke.."

"oh Rey maafkan aku yang melupakan keberadaanmu." sesal Hendry sedangkan Simon hanya menatap datar.

"tak apa tuan Hendry, baiklah kalau begitu saya permisi." Arjun membungkuk lalu keluar.

Hendry mengambil makanan yang ada di kereta. Menunya stek dan jus jeruk ada juga pencuci mulut buah dan cake. 

"suapi aku.." Simon mengangkat tubuh Hendry mendudukkannya di atas meja kerjanya tepat dihadapannya.

"baiklah suami xixi." Hendry menutup mulutnya sebentar lalu menusuk steak dengan garpu. Btw steaknya sudah dipotong potong ye.

"buka mulutnya aaaa." Hendry memperagakan apa yang ia ucapkan.

Simon terkekeh gemas lalu membuka mulutnya.

'hap'

"enak?" Simon mengangguk.

"bahkan lebih nikmat karena di suapi olehmu." wajah Hendry memerah membuat Simon kembali terkekeh. Mata Hendry menatap penuh cinta kearah Simon yang masih terkekeh. Bahkan dia terpana akan ketampanan Simon.

"tampan.. "

Selesai makan, tangan Simon mengambil piring tersebut lalu meletakkan kembali di kereta makana lalu kembali duduk di kursinya.

Satu tangan Simon melingkar di pinggang ramping Hendry dan satunya lagi memegang kertas. Mengenai kertas berisikan Ernon dia simpan didalam laci mungkin nanti dia baca saat malam nanti.

"Simon.."

"hmm"

"gak jadi deh." Simon menatap wajah Hendry. Tangan yang memegang kertas tadi beralih mengelus pipi berisi milik Hendry.

"ada apa hmm, katakan jangan dipendam." Hendry menikmati elusan lembut di pipinya tapi matanya tak sengaja melihat bekas merah di leher Simon yang sudah sedikit pudar.

"ini apa.. " tunjuk Hendry di leher Simon.

"cupang.. " jawab jujur Simon.

"cupang? Siapa punya?.."

"Wiliam.. "

"APA!?" Simon menutup matanya mendengar teriakkan membahana Hendry. "jadi, kalian sudah melakukannya ya" Simon mengangguk. "dan dia orang pertama." Simon lagi lagi mengangguk membuat mood Hendry menurun. Tangannya saling bertaut sambil mengigit bibir bawahnya tak lama seringai muncul di bibirnya

"ada apa Hendry?" tiba tiba tangan Hendry membuka pakaian atas Simon membuatnya tersentak.

"shhhh.. "

"aku juga mau nelakukannya.. " Hendry mencium bibir Simon rakus tak memberikan cela sedikitpun.

Tangan simon menahan tengkuk leher Hendry dan memperdalam ciuman mereka. Suasana diruang itu makin panas. Ciuman Hendry turun keleher lalu mengigir leher Simon kuat dan menyesapnya sedangkan Simon tangannya masuk kedalam baju Hendry mencari sesuatu dan yah dia menemukannya. Tonjolan yang sudah menegang.

Dengan iseng Simon mencubit dengan sedikit kuat membuat Hendry mendesah. Tangan Simon kembali beraksi dia memelintir dan menekan nekan tonjolan tersebut membuat Hendry keenakan.

"ahh ahh Si Simonhh.. "

"yes babyhh.. "

"ma-masukkan nghhh.. "

"kita belum pemanasan sayang, nanti kamu kesakitan.. "

"tidak perlu pemanasan langsung masukkan saja ahhh.. " Hendry mendesah saat tangan Simon memegang junionya lalu meremasnya. Keadaan mereka sudah telanjang bulat yah.

"baiklah.." Simon membaringkan Hendry dimeja kerjanya. Persetan dengan kertas kertas yang sudah jatuh kelantai nanti dia bersihkan dengan sihirnya. Simon menekuk kedua lutut Hendry lalu memegangnya.

"berteriak jika sakit ok.. " Hendry mengangguk dan.

Terjadilah pergulatan hebat di dalam ruangan tersebut hingga berjam jam lamanya.

.
.
.

Simon memperhatikan sekitarnya dan ternyata sangat berantakan. Membaca mantra Sihir dan tak lama semua kembali seperti semula.

'swosh'

Simon menghilang bersama Hendry di gendongannya dan muncul di kamarnya. Simon masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya dan tubuh Hendry.

_______

Takbir....

I Became Duke [Seme][BL ]√√जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें