Tigapuluh Delapan

11.7K 1.6K 128
                                    

-
-
-
Happy Reading
.
.
.
.

Sekarang diadakannya acara selanjutnya, yaitu mencari sebuah bendera yang sudah dipasang ditempat acak dan masing masing berkelompok dan terdiri dari empat orang.

"Simon, bisakah aku ikut denganmu?Aku lihat hanya kelompokmu yang kekurangan satu anggota.. " ujar Aurora dengan tangan memilin ujung gaunnya seperti gadis polos dan lugu.

"Maaf Lady, kita disini akan mencari bendera dengan berkuda bukan keacara minum teh.." ujar sarkas Rey sambil menatap gaun yang digunakan Aurora.

"tidak mungkin anda pergi kedalam hutan dengan memakai gaun yang sangat menyusahkan itu.. " timpal Chaiden dengan wajah datarnya.

"tak apa, Lady bisa ikut bersamaku.." ucap Simon datar. " ulurkan tangan anda Lady.. " Aurora mengulurkan tangannya dan langsung saja Simon menariknya naik keatas kudanya.

Langsung saja wajah Aurora merona dengan cepat dia menyembunyikan wajahnya di dada bisang Simon. Rey mendengus kesal akan sikap Simon sementara Chaiden hanya menatap tanpa minat kelakuan Simon.

Kuda mereka bergerak mencari setiap sisi tempat yang mereka lewati. Mereka sudah mendapat lima bendera.

"ck, buat apa juga kita mencari bendera yang tak berguna ini.. "

"ck ini merepotkan.. "

"siapa yang mempunyi ide bodoh seperti ini.. "

Batin Chaiden, Rey dan Simon bersamaan.

"rasanya sangat menyenangkan bersandar di dada Simon, jika mereka melihat ini aku yakin mereka akan menjerit iri, bahkan panggilan kami terasa sangat intim.. "

Yah itu perasaan anda saja tapi tidak dengan Simon.

Sampainya di tengah hutan, mereka mencari bendera, mata mereka bergerak liar.

"Simon, itu benderanya.. " ujar girang Aurora sambil menunjuk bendera yang terletak diatas pohon.

"Rey.. " Dengan cepat Rey melompat dari atas kudanya lalu mengambil bendera yang menancap di dahan pohon yang lumayan tinggi.

"mari kembali.. " ucap Chaiden yang diangguki mereka.

"tunggu!.. " ucap Aurora menghentikan gerakan mereka. Ketiga pemuda itu menaikan alianya bingung.

"a-aku ingin menangkap kelinci putih itu.. " cicitnya sambil menunjuk kelinci kecil gemuk yang ada di samping pohon.

"pergilah.. " Simon menurunkan Aurora dari atas kudanya tanpa niat membantu.

Aurora sedikit kesal lalu berlari dengan mengangkat gaunnya sedikit.

"pfttt.." Rey berusaha untuk tidak tertawa sebab dia sedang ada di samping Putra Mahkota.

Mereka bertiga hanya diam memperhatikan seberapa usaha yang dilakukan Lady yang mereka bawa. Dapat dilihat rambut acak acakan bahkan terdapat rumput liar yang tertempel di rambutnya,baju yang sedikit berantakan serta rumput liar yang tertempel digaun mahalnya itu.

"arghh.." Aurora sedikit berteriak saat dia terjatuh dengan tak elitnya.

"kesialan apa yang menimpanya.. "

"gembel tersesat.. "

"penampilannya seperti gembel di pinggir kota.. "

Batin Chaiden, Simon dan Rey lagi lagi bersamaan.

"ada apa Lady, apa anda sudah menyerah menangkap kelinci itu?.." tanya Rey berbasa basi dengan wajah terdapat sedikit ejekan ringan.

Menghiraukan ucapan Rey, Aurora justru melihat kearah Simon dengan wajah berkaca kaca.

"hiks Simon kakiku sakit, sepertinya terkilir sakit sekali.. " Simon sedikit kesal namun mengingat rencananya dia turun dari kudanya lalu berjalan kearah Aurora dengan wajah dibuat khawatir senatural mungkin.

"mana yang sakit?.."  Aurora menunjuk kaki kanannya dengan air mata yang terus keluar.

Tanpa aba aba Simon mengangkat Aurora ala bridel style lalu meletakkannya di atas kudanya.

"jika bukan karena permainanku sudah kubunuh disini kamu Aurora.."

Saat akan menaiki kudanya, suara telepati dari salah satu shadow yang menjaga uke uke imutnya yang sepertinya sudah pulang.

"Duke, sesuatu telah terjadi kepada tuan Wiliam.. "

Simon yang mendengar kabar buruk tersebut terkejut namun dengan cepat ia menguasai keadaannya lalu kembali datar.

'Bruk'

Tanpa ba bi bu Simon langsung menarik Aurora dari atas kudanya hingga jatuh ketanah lalu pergi meninggalkan mereka bertiga yang menatapnya bingung.

"Rey, Urus Aurora aku ada urusan mendadak, bilang ke Chaiden bahwa aku kembali deluan.. "

Rey pun paham lalu menjelaskan kepada Chaiden dan si ulat bulu tanpa bulu itu bahwa Tuannya ada masalah darurat yang harus segera di selesailan dan merekapun mengangguk paham.

"jadi aku pulang dengan siapa?.. " tanyanya polos.

"jalan kaki.. " ucap serempak kedua pemuda itu membuat mata Aurora melotot tak terima.

"tidak! Tempat kita saat ini sangat jauh dari kediaman keluargaku, aku tak mau jalan kaki!.. " ujarnya cepat.
"kau bawahan! bawa aku kembali.. "

"tidak mau!.. " Rey akan bermain  sedikit dengan si ulat gatal itu.. " ayo putra mahkota kita kembali.. " keduanya menarik tali kekang kuda itu meninggalkan Aurora yang akan siap menumpahkan kemarahannya.

"hey! Tunggu aku!.. " Aurora mengejar dengan susah payah, ingatkan dia sampai di kediamannya melapor kepada ayahnya agar bawahan kurang ajar itu mendapat hukuman.

***
Kuda Simon berlari dengan cepat melewati pasar, semua warga segera menyingkir takut di injak kuda dan takut akan aura tak mengenakkan dari tubuh Simon. Padahal dia bisa teleportasi tapi karena pikirannya kacau jadi tak sempat berfikir sampai kesana.

"sial, kenapa lama sekali Sampainya.." makinya dengan tangan menggerakkan tali kekang dengan kencang.

"sial, teleportasi!.." makinya kemudian tak lama dia muncul beberapa kilometer dari pintu gerbang kediamannya.

"apa yang terjadi?.." Simon melompat dari kudanya yang sedang diambil alih oleh penjaga kuda.

"Tuan Wiliam tak baik baik saja Duke.. " ucap kepala pelayan dengan wajah cemasnya. "kami tak tahu kenapa saat pulang keadaannya tak baik baik saja.. " lanjutnya.

Simon melangkah dengan lebar menuju kediaman para haremnya. Disana semua pelayan berkumpul di depan pintu.

"apa yang kalian lakukan disini!.. " ucapnya dingin. " pergi sebelum nyawa kalian melayang.. " dengan cepat semua pelayan pergi melakukan pekerjaan masing masing.

'ceklek'

Simon masuk dan sudah terdapat semua ukenya dengan wajah khawatir apalagi Hendry orang paling cengeng di antara mereka.

"apa yang terjadi padanya?.. "

"Simon, hiks Simon tolong Wiliam hiks hiks dia seperti kesakitan.. " Hendry memeluk tubuh Simon.

"stttt tenang ok, biar aku lihat dulu keadaannya .. " Simon berjalan mendekat kekasur Wiliam dengan Hendry yang masih memeluknya.

Kening Simon berkerut halus, dia melihat wajah Wiliam memerah serta nafas yang memburu bahkan dia memaksa membuka bajunya sendiri jika tak ditahan oleh Lukas dan Ernon yang sudah sehat.

"Afrodisiak, siapa yang memberinya.. "

_________

Mentang mentang cari duit beliin anak sembarangan...

I Became Duke [Seme][BL ]√√Where stories live. Discover now