Duapuluh Dua

13.4K 1.7K 51
                                    

"ah... Maaf menganggu waktu kalian sepertinya saya datang kurang tepat ya.. " ucap Simon dengan wajah tanpa ekspresi tapi matanya terdapat kemarahan tangannya terkepal di balik punggungnya.

"Tuan Du-Duke.. " ucap Bastian dengan raut wajah terkejutnya. Dengan cepat tangannya melepas genggaman seorang pemuda.

"ini tidak seperti yang anda pikirkan Duke.. " ucap Bastian

"memang apa yang aku pikirkan.." raut wajah Simon tak bersahabat.
Sial tangan Bastian sudah ternodai oleh pemuda itu bahkan dia saja belum pernah menyentuhnya.

"silahkan dilanjutkan waktu kencannya.. " Simon berbalik lalu berkata.. " oh Bastian jangan lupa datang keruang kerjaku sehabis urusan kalian selesai.. " Simon pergi tak menghiraukan teriakkan Bastian yang memanggil namanya dengan keras. Kenapa tak dikejar itu karena tangannya di tahan oleh pemuda itu. Kenapa tak melawan? Entahlah saya saja tak tahu.

**

Ruang kerja Simon

Simon memijit pelipisnya yang terasa sedikit nyeri. Selepas dia pergi meninggalkan Bastian, dia berfikir Bastian akan mengejarnya dan menjelaskan semua yang ia lihat namun semua hanya keinginan dan harapannya semata.

"mungkin memang begitu lebih baik." gumamnya.

Sementara di tempat Bastian, saat ini dia menatap pemuda yang menjadi kesalah pahaman mereka.

"apa yang anda lakukan Tuan Idris!.. " bentak Bastian.

Idris. Pemuda yang bersama Bastian tadi tersenyum.. " tidak apa apa Bastian, bukakah kamu ingin yang seperti ini? Bukankah kamu juga sangat membencinya? Kenapa kamu marah?.."

Wajah Bastian memerah padam. Tangannya terkepal kuat. " haaah sudahlah berbicara dengan anda hanya omong kosong.. " Bastian pergi meninggalkan Idris yang masih menatapnya.

"ya sepertinya tidak buruk jika aku menambah beberapa bumbu ke dalam hidup mereka, lagian aku juga menyukai pemuda tsunder sepertinya.. " Idris pergi meninggalkan tempat itu.

Flasback Off

Bastian bersandar di pohon apel. Tangannya mengambil buah apel yang batangnya menjulur ke bawah.
Perasaannya masih sama seperti sebelumnya... Suram. Mengigit apel dengan kasar lalu mengunyahnya cepat.

"oh apa yang terjadi denganmu Bastian?..." tanya Idris saat sampai di depannya.

Bastian berdecih.. " buat apa anda kesini? Bukannya penjaga ketat Kenapa anda bisa masuk?.. "

"yah gampang saja bukankah kita berteman.. " Idris duduk di samping Bastian lalu mengambil apel di tempat yang sama dengan Bastian.

"kita tidak berteman tapi rival berpedang.. "

"yah terserah kamu tapi aku menganggapmu teman.. "

Keheningan melanda mereka berdua. Idris yang merasa kebosanan mencari topik yang menurutnya menarik.

"bukankah Duke Simon sudah pulang?..." Bastian berdehem sebagai jawabannya.

"lalu kenapa kamu di sini? Bukannya menyambutnya dengan senyum bahagia.. " ucap Idris seperti memancing sesutu agar keluar.

"bukan urusan anda.. " balas dingin Bastian

"ayolah jangan formal padaku, berbicaralah seperti biasa.. " Bastian menghiraukan ucapan Idris. Dia lebih memilih menutup mata.

"apa kamu mendengarku Bastian.." tak ada sahutan.. "Bastian hey You heard my words.." Idris mengguncang tubuh Bastian.

"sialan! Aku mendengar menggunakan telinga bukan menggunakan mata.. " sentak Bastian merasa jengah dengan orang di depannya.

"ah akhirnya kamu tidak bicara formal.. "

Hening

Sunyi

"apa kamu bahagia bersama Duke? "

Tak ada jawaban

"apa kamu senang hidup bersamanya?.. "

Tak ada jawaban

"apa kamu sudah tidur dengannya?.. "

"apa kamu sudah pernah melakukan itu dengan Duke?.. "

"apa kamu mau keluar dari sini Bastian?.. "

Tak ada jawaban membuat Idris menghela nafas.

"apa kamu mencintai Duke Simon Bastian?.. " pertanyaan itu mengalihkan perhatian Bastian dari yang menatap lurus kedepan sekarang menatapnya tajam.

"entahlah.. "singkatnya.

"jika kamu tidak bahagia bersamanya maka aku yang akan membahagiakanmu.." Idris meraih tangan Bastian lalu mencium punggung tangannya. Semburat merah muncup di wajahnya membuat Idris tersenyum.

"ah maaf menganggu waktunya.. "

Simon yang datang saat Idris masih memegang tangan Bastian dan bibir yang berada di punggung tangan Bastian.

Flasback end

Kenapa Simon tidak menganggu waktu mereka berdua, itu karena ingatan di dalam novel yang ia baca bahwa Bastian bersama seorang pemuda bernama Idris de Oscar seorang Marques muda yang menyatakan cintanya di bawah pohon apel yang awalnya hanya seorang rival menjadi teman lama kelamaan muncul benih benih cinta di antara keduanya yang dimana pada cerita aslinya Simon tak pernah mau mengurus mereka.

Tapi sekarang berubah di mana Simon yang sekarang akan memperhatikan mereka semua dan akan meluangkan sedikit waktunya. Ingat sedikit.

"kenapa juga aku harus berpatokan dengan novel sialan itu? Ini hidupku dan aku yang menentukannya mau seperti apa jalan yang kuambil kedepannya.. " gumamnya

____________

Typo komen

I Became Duke [Seme][BL ]√√Where stories live. Discover now