Tigapuluh Sembilan

12.6K 1.6K 201
                                    

*
*
*
Happy kiyowo

*
*
*

"Afrodisiak, siapa yang memberikannya?.. "

Simon duduk di tepi ranjang lalu memegang pergelangan tangan Wiliam. Memastikan seberapa besar efek obat perangsang tersebut.

"kalian keluar!.." perintah Simon yang diangguki oleh mereka. "jangan tunggu aku makan malam.. " Simon menutup kembali pintu kamar lalu menguncinya.

Saat berbalik, tiba tiba mulutnya di serang oleh Wiliam yang menciumnya rakus.

"mhhhhm.. "

"Simon tolong aku nghhh.. "

Simon tanpak berfikir, apa dia akan melakukannya sekarang.

"terobos ajalah.. "

Simon mencium Wiliam kembali. Bibir mereka saling menyesap.

"mhhhm.. Ahh.. " Simon menyesap kuat bibir bawah Wiliam membuatnya bengkak.

Tangan Simon tak tinggal diam, dia memasukkan tangannya di kedalam baju Wiliam dan mengusap punggungnya naik turun yang membuat nafsu Wiliam makin naik.

'Bruk'

Wiliam menindih Simon di atas ranjang lalu kembali menyerang bibir Simon yang seakan candu untuknya. Simon membiarkan apa yang dilakukan Wiliam karena sedang dalam pengaruh obat perangsang.

"mhhhh.. " desah Simon saat Wiliam menyesap lehernya meninggalkan tanda merah.

Baju Simon sudah terlepas dari tubuhnya memperlihatkan perut kotak kotaknya yang membuat mata kabut Wiliam berbinar.

Tanpa basa basi lagi, Wiliam mengecup seluruh tubuh meninggalkan tanda merah.

"shhh.. " desis Simon saat lutut Wiliam tak sengaja menyenggol bawahnya.

'bruk'

Simon membalikkan tubuhnya, dia mengurung Wiliam. " aku sudah tak tahan.. "

"ahh ah.. "

Simon mengigit seluruh leher putih Wiliam meninggalkan bekas merah bercampur keunguan. Tangannya menekan nekan puting tegang itu lalu menariknya.

"ahhh.. " desah Wiliam. Tangannya meremat rambut belakang Simon menyalurkan rasa nikmatnya.

"S-simon engh aku sudah ah tak tahan.. "

Simon berhenti dari kegiatan menyusu dan meremat lalu mengangguk.

Karena dia juga sudah tak tahan, akhirnya dia melakukan bagian akhir dan terjadilah suara suara aneh dari dalam kamar.

**

Matahari nampak malu malu menyinari kekaisaran Maxio. Di kamar yang berantakan terdapat dua insan manusia yang masih tertidur dengan saling berpelukan. Salah satunya terbangun. Mereka Simon dan Wiliam.

Simon melihat wajah tenang dan polos Ukenya itu tersenyum tipis lalu mencium bibirnya.

'cup'

Simon bersandar dikepala ranjang sambil menutup matanya. Tak lama ia bangkit dengan telanjang masuk kedalam kamar mandi.

Beberapa menit Simon keluar dengan jubah mandinya berwarna hitam dengan tenun emas di sekitar kancingnya tapi baju itu tak berkancing hanya diikat saja.

Jika orang lain melihat dada Simon akan berteriak histeris apalagi ada bekas cupang yang sangat banyak membuat dia makin menggoda.

Selesai memunggut pakaian mereka berdua dan meletakkannya di tempat pakaian kotor, Simon berdiri di balkon kamar menghirup udara segar dipagi hari.

Mata Wiliam mengerjap pelan  ia merasa badannya sakit terasa remuk. Ia mengingat kejadian semalam membuat wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Walau dia terpengaruh obat tapi dia masih bisa sadar setengahnya. Tangannya mengelus perutnya dengan senyum lebar.

Matanya melihat kesamping mencari Simon namun kosong lalu matanya melihat kesegala arah dan menemukan Simon yang berdiri di balkon kamarnya. Sekilas terbesit rasa takut bagaimana jika nanti Simon tak menerima anaknya, bagaiaman nanti jika ia hamil lalu Simon belum menginginkan seorang anak? Berbagai fikiran negatif bersarang dikepalanya.

"apa yang kamu fikirkan hmm.. " ucap Simon yang sudah ada di hadapan Wiliam dengan jarak hanya beberapa centi membuat Wiliam terkejut.

"a-aku ti-tidak memikirkan apapun.." ucapnya gugup menambah kesan bahwa dia berbohong.

"jangan berbohong Wiliam, aku tak suka.. " Simon memandang dingin Wiliam yang membuat tubuhnya gemetar.

Simon yang melihat tubuh Ukenya itu gemetar langsung memeluknya. "maafkan aku yang membuatmu takut.. " Simon mengelus punggung tanpa busana itu. " katakan apa yang kamu pikirkan, aku tak mau kamu kefikiran yang membuat tubuhmu lemah dan jatuh sakit.. "

Wiliam melerai pelukan mereka lalu menatap mata Simon dengan mata berkaca kaca.. " aku takut, takut jika nanti aku hamil anakmu kamu tidak menginginkannya, aku takut kamu meninggalkanku dan mengabaikanku seperti sebelumnya.. " Wiliam menunduk takut melihat mata Simon yang menajam.

"apa yang kamu katakan.." ujarnya lembut. " aku tak akan meninggalkanmu takkan pernah.. " ucap Simon. Tangannya menarik Wiliam masuk kepelukannya lalu mencium puncuk kepalanya.

"aku bahkan menginginkan anak dari kalian semua, aku menunggunya jadi jangan pernah berfikir negatif tentangku. Aku menabur benih bukan untuk di sia siakan. Jika nanti aku mempunyai anak dari kalian, akan kulimpahkan kasih sayang untuk mereka begitupun dengan kalian.. "

Senyum lebar terbit di bibir Wiliam. Dia menatap keatas. " benarkah Simon?.. " Simon mengangguk.              "terima kasih, aku menyayangimu..."

"aku juga menyayangi kalian semua.."

"sekarang mandi ok.. "

"gendong.. " Wiliam merentangkan tangannya yang di sambut hangat Simon lalu membawanya ke kamar mandi. Simon sempat memanggil pelayan untuk membersihkan kamar Wiliam sebelum Wiliam selesai mandi.

-----------

Ngucap woy ngucap...

Astagfirullah...

Allahu akbar...

I Became Duke [Seme][BL ]√√Où les histoires vivent. Découvrez maintenant