Empatpuluh Tujuh

10.1K 1.3K 41
                                    

47...
*
*
*
*
*
            Komen jika ada typo

                  Happy Reading

********

'Tuk'

Suara tapak kaki dibelakang mereka membuat mereka refleks berbalik dengan pedang mengacung kedepan.

"siapa? " suara dingin Simon bertanya kepada sosok bertudung di depan mereka yang jumlahnya lumayan banyak.

"Bandit.." jawab sosok di depannya yang mereka yakini sebagai ketua dari para bandit tersebut.

"serahkan barang barang kalian.." ucap salah satu bandit di belakang ketuanya.

"Duke, mereka Bandit yang meresahkan para warga yang sedang lewat.." ujar Rey kepada Simon dengan cara berbisik.

"kenapa bisa ada bandit di wilayahku? " geram Simon menatap Rey tajam minta penjelasan.

"mereka lihai Duke, Mereka juga mempunyai orang kuat disekitar mereka." jelas Rey.

"jadi, mereka lebih hebat dari orang orangku! Apa gunanya kalian jika menyelesaikan bandit tak berguna ini saja tidak bisa! Membuang sumber dayaku saja.." tekan Simon dengan suara rendahnya.

"apa yang kalian bicarakan?! Serahkan harta kalian!.." teriak ketua bandit.

"kalau kami tidak mau," tantang Simon yang masih menggunakan tudung sama seperti para bandit.

Tiba tiba dari arah belakangnya melayang pisau yang hampir mengenai lehernya jika dia tidak menghindar.

"trik huh! " mata Simon menyipit tajam memperhatikan pisau yang melayang kearah kelompoknya.

Oh..

Rupanya mereka memakai jurus angin ya. menerbangkan Pisau yang telah mereka sembunyikan di balik daun daun. Rupanya orang kuat itu yang mempunyai sihir angin toh.

'ting'

Suara adu pedang terjadi di hutan itu.5 VS 15 tidak membuat kelompok Simon kalah. Malah mereka membunuh dengan membabi buta.

"siapa kau!.." Simon meletakkan pedangnya di leher ketua bandit yang berlutut di depannya. Aneh. Ketua bandit itu sangat tenang.

'swosh'

Ketua bandit itu menghilang dan muncul dibelakang Simon dengan belati yang ia arahkan di lehernya.

"kau tidak perlu tau"

Dugaan Simon benar, mereka bukan bandit melainkan..

"pembunuh bayaran heh.." Smirk Simon dibalik tudungnya yang tidak pernah terlepas.

"letakkan senjata kalian, atau dia mati.." ujar Ketua bandit ah atau kita sebut dia ketua pembunuh bayaran kepada Rey beserta ketiga prajurit yang menodongkan pedang mereka kearahnya.

"kenapa aku harus menurutimu.." balas Rey dingin.

"begitukah? Baiklah" muncul beberapa orang lainnya yang langsung menyerang kearah mereka.

Disaat mereka masih bertempur, Simon hanya diam dengan pandangan datar karena belati masih di lehernya. Bahkan darah sudah mengalir keluar.

"siapa yang menyuruhmu?.."

"tidak perlu kau tahu.."

'duk'

Simon yang sudah sangat malas apalagi mengantuk langsung menyiku perut ketua PB (PEMBUNUHAN BAYARAN). dengan keras.

"sebenarnya aku ingin mengeluarkan kekuatanku tapi takutnya akan berbahaya untukku"

"sial" umpat ketua PB dengan wajah marahnya dia menyerang Simon yang juga ikut menyerang.

Sebenarnya dia mudah saja membunuh orang yang ada di depannya. Hanya saja dia ingin bermain main sebentar rasanya dia rindu darah segar yang mengalir dari sumbernya.

'srek'

Darah segar mengalir dari bahu Simon. bukannya kesakitan dia malah tersenyum puas.

"ah, kau orang pertama yang bisa melukaiku"

"aku tidak peduli"

Ketua pembunuh bayaran itu berlari menerjang Simon yang masih asik menatap lukanya dengan tatapan binar bahagia.

'jleb'

'uhuk'

"yah, setidaknya cukup sampai disini pertemun kita.." ucap Simon dibelakang ketua pembunuh bayaran dengan pedangnya yang menancap tepat dijantungnya.

Matanya melirik bayangan yang menghilang dari balik pohon besar yang tidak jauh dari mereka. Simon tersenyum misterius.

"Duke, anda tidak apa apa? " ujar Rey dengan nada khawatir .

"tidak apa apa, sebaiknya obati luka kalian.." Simon berjalan kearah pohon lalu menyandarkan tubuhnya. Dia sangat lelah sekarang.

**

Akhirnya mereka sampai di perbatasan hutan menuju desa tanpa nama dengan mamakan waktu selama seminggu.

"mari masuk" kuda mereka menyusuri hutan yang sedikit berkabut embun karena masih sangat pagi. Suara kicauan burung, jangkrik dan beberapa hewan lainnya terus berbunyi tapi tidak membuat mereka nyaman malah yang ada mereka menambahkan kewaspadaan.

Di kediaman Duke terjadi keributan karena si Bibi Ernon beserta keluarganya datang lagi tanpa tahu malu bahkan tak segan mengambil barang barang yang bisa mereka bawa.

"dimana Ernon hah!? " tanya Maria dengan wajah merah padamnya karena jalannya dihadang oleh para prajurit yang menjaga kediaman.

"segera pergi, atau kami seret" ancam penjaga.

"saya tidak peduli! Dimana anak sialan itu"

Maria sibuk marah marah sementara anak dan suaminya sibuk melihat benda benda berkilau yang terpasang di setiap sudut lorong. Suara langkah kaki terdengar cepat menuju arah Maria.

"maaf nyonya silahkan anda datang lain kali, Duke tidak ada di sini sementara yang lain sibuk dan tidak punya waktu untuk anda" ucap Serge bersikap ramah.

"apa katamu?! Kamu tidak lihat siapa saya hah! Saya Bibi dari Ernon Tuan kalian" bentaknya.

"panggil kemari anak haram itu cepat" Mario menarik kerah baju Serge.

"apa yang kalian lakukan dikediaman Duke? Membuat kekacauan, apa kalian ingin kepala kalian melayang sekarang" suara dingin Arjun membuat mereka merinding.

"nyonya Maria beserta keluarga anda, silahkan pergi dari sini sebelum pedang kami bertindak, jika ingin datang sebaiknya jangan sekarang. Mohon untuk anda mengirim surat dan lebih bersikap sopan. Ini wilayah kekuasaan sang tyran jika anda tahu atau perlu saya katakan lagi" jelas Arjun dengan nada datar dan tatapan tajamnya.

"cih, hanya pelayan saja kau bangga" sinis Lily.

"dimana Ernon? " tanya Cain berusaha bersikap biasa padahal jantungnya hampir copot..

"maaf sebelumnya. kondisi tuan Ernon sekarang kurang sehat jadi sebaiknya kalian segera pergi dari sini  karena ucapan saya sebelumnya tidak main main.."

"cih, lihat saja nanti kau Ernon. Beraninya kau.." geram Maria yang melangkah pergi diikuti anak dan suaminya.

"bagaimana kondisi tuan Ernon tuan Carl? " tanya Arjun saat melihat Carl berjalan kearahnya.

Carl tersenyum " kondisi tuan Ernon baik baik saja, hanya kurang istirahat dan kurang makan. Saya sudah menyiapkan ramuan yang harus rutin tuan Ernon minum selama sebulan"

"terima kasih"

"sama sama tuan Arjun, kalau begitu saya permisi, saya akan memeriksa kondisi tuan Ernon besok pagi"

Selepas berbicara singkat, mereka kembali mengerjakan pekerjaan mereka.

_________

Kenyyy....

I Became Duke [Seme][BL ]√√Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz