Enampuluh Satu

10.2K 1.2K 100
                                    

🎃Komen jika ada Typo🎃

🐯Happy Reading🐯




ΔΔΔΔΠ

"Butuh sesuatu sayang?" tanya Simon di depan pintu saat melihat Wiliam sibuk membongkar isi kamarnya.

"ah,aku mencari buku yang pernah kupinjam diperpustakaanmu. Tidak tahu ada dimana." ujarnya sibuk mencari buku itu.

"tidak perlu dicari. Lihat perut besarmu itu, seperti akan tumpah."

"ck, jangan menganggu." decaknya jengkel.

Satu tarikan lembut membuat dia menghadap kearah Simon.

"tidak perlu dicari, lebih baik kamu istirahat. Bukankah hari kelahiran sudah dekat?"

"tapi buku itu milikmu."

Cup

"ada pelayan yang akan mencarinya, sekarang waktunya sarapan. Baby butuh asupan yang banyak biar sehat."

Mereka berdua berjalan menuju ruang makan dengan perlahan lahan karena usia kandungan Wiliam memasuki bulan kesembilan begitupun dengan Ernon, dan Hendry.

"aku penasaran jenis kelamin Baby." ujar Simon di sela sela jalannya dengan tangan mengelus perut Wiliam.

"kenapa tidak suruh Carl mengeceknya saja."

"ck jangan, biar Yanza saja yang memeriksa kandunganmu."

"cemburu? Padahal Carl sudah tua." Wiliam terkekeh melihat wajah kesal Simon.

Setelah Simon mendapat kata maaf, dia semakin posesif terhadap kelimanya. Bahkan lakilaki tidak diizinkan mendekat dan disuruh menjaga jarak lima meter. Bahkan Rey dan Arjunpun terkena.

Mereka memasuki ruang makan dan yang lain sudah berkumpul.

"Simon." panggil Ernon.

"iya sayang, butuh sesuatu?" Simon mendekat kearahnya setelah membantu Wiliam duduk dikursinya.

"habis ini kita keluar ya," ajaknya dengan mata berbinar binar.

"tidak!" tolak tegas Simon. "kamu sedang hamil besar, aku tidak mau terjadi sesuatu diluar sana."

"tapikan perginya bersamamu."

"tidak! Nanti jika kamu lahiran mendadak bagaimana? Aku tidak mau anakku lahir diluar apalagi peralatannya kurang dan tempatnya tidak bersih." oceh Simon membuat mereka berdecak malas. Selalu saja seperti itu.

"ya ya tidak jadi." putus Ernon malas.

Acara sarapan berjalan dengan baik dan penuh canda tawa.

**

"apa yang kamu fikirkan?" bisik Simon ditelinga Lukas yang sedang melamun melihat kearah saudaranya yang lain berada di bawah pohon anggur. Jarak Lukas cukup jauh dengan saudaranya.

Lukas tersentak kaget saat Simon memeluknya dari belakang..

"tidak ada." Lukas menggelengkan kepalanya.

"matamu tidak bisa berbohong, katakan, apa yang mengganggu fikiranmu hmm." Simon mengecup puncuk kepala Lukas menghirup bau shampo yang harum itu.

"aku berfikir,apakah perutku juga sebesar mereka jika aku tidak keguguran saat itu. Mungkin aku juga bahagia seperti mereka." ucapnya dengan senyum teduhnya melihat kearah saudaranya yang sedang tertawa.

Gerakan tangan Simon yang mengusap kepalanya terhenti. Kepalanya menunduk dan mengecup bibir itu.

"aku akan berkata 'ya' untuk ucapanmu barusan. Mungkin kandunganmu sama seperti Bastian yang memasuki bulan kelima."

I Became Duke [Seme][BL ]√√Where stories live. Discover now