Tujuh Belas

14K 1.6K 78
                                    

Suara langkah kaki tergesah gesa saling bersahutan. semua prajurit tengah bersiap di depan pintu pembatas tembok dengan masing masing senjata perang mereka deperti tombak, pedang, tameng ,panah dll. Di atas tembok, semua prajurit mengarahkan panah keluar pembatas.

Suara ledakkan yang sangat besar membuat mereka siaga tingkat tiga.

Jenderal tergesah gesah memasuki tenda Simon. " Duke terjadi ledakan di luar dinding.. " tak ada sahutan sama sekali bahkan saat ini Simon hanya duduk,tenang, Diam dengan mata tertutup.

Senyum miring tercetak di bibirnya. " biarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan.. " ucap Simon tanpa membuka matanya.

"ta-tapi Duke, jika tidak di hadapi mereka akan mengancurkan kita.. " tak ada lagi balasan dari Duke..
" Duke!  Anda jangan berdiam diri! Keselamatan penduduk sangat penting.. " suara Jenderal naik satu oktaf.

"jangan berteriak jenderal.. " mata tajam itu terbuka membuat Jenderal merinding. " aku tahu apa yang harus di lakukan. Bukankah mereka ingin menghancurkan kita? Maka kita hancurkan balik mereka.. " kata kata Simon menimbulkan pertanyaan besar di benaknya.

'BOOOOMMMMMM'

Lagi lagi suara ledakkan terjadi bahkan ledakan ini lebih besar dari sebelumnya.

"barier sudah hancur persiapkan pertahanan.. " teriak bawahan jenderal dari atas tembok.

Semua prajurit dari atas dan bawah sudah siap tanpa rasa takut sekalipun bagi mereka menyerahkan hidup dan mati dimedan perang sangat mulia.

'prak'

'pak'

'tung'

Suara pintu besi berusaha di dobrak. Bunyi lonceng berbunyi keras. semua penduduk di sekitar bersembunyi di bawah tanah yang telah di buat khusus di sekitar pintu masuk dengan di halangi oleh sihir yang tak bisa di deteksi oleh sihir manapun.

Sekali lagi, suara pintu yang sekuat tenaga di dobrak.

"angkat panahnya.. " perintah jenderal yang sudah ada di atas tembok.

Panah khusus yang di lapisi lahar panas terangkat ke atas langit menunggu aba aba untuk di lepaskan.

Sedangakn di dalam tenda, Simon masih terlihat santai namun tidak dengan isi kepalanya yang sedang berkomunikasi dengan Rey.

"bagaimana?.. "

"tidak ada tanda tanda jejak mereka Duke,.. "

"berarti mereka tidak menyerang desa kecil lagi.. "

"sepertinya begitu, apa terjadi sesuatu di sana Duke?.. "

"hmm para mahluk itu menerobos wilayah kita.. "

"apa!  Apa perlu saya kembali Duke?.. "

"tidak perlu! Sebaiknya kamu awasi setiap sudut yang sudah kuberitahu bersama shadow agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan.. "

"laksanakan Duke!.."

Sambungan telepati mereka terputus oleh Simon. Simon melangkah keluar tendanya.

"lepaskan!.. "

'Syut'

Ratusan panas terbang keatas langit dan turun menembus badan suku pedalaman yang terkenal kanibal itu.
Suara pekikan dan teriakkan saling bersahutan. Namun hanya sedikit yang mati sebab suku pedalaman itu menghalangi dengan tameng yang terbuat dari besi langka yang susah di tembus.

Satu hal yang perlu di ketahui. Suku pedalaman itu tidak pernah di jajah oleh orang luar selama ratusan tahun. Oleh sebab itu banyak barang dan bahan alam yang sangat langka terletak di sana.

Siapa yang ingin masuk ke dalam sana. Itu sama saja menyerahkan diri secara gratis. walaupun banyak barang langka namun orang luar lebih memilih nyawa mereka. Harta bisa di cari namun nyawa tak bisa di beli.

Satu lagi. Baju yang di pakai para suku pedalaman adalah kulit hawan dengan satu lengan adapula yang hanya memakai bawahan seperti tok.rambut yang panjang dan kriting serta memiliki taring yang sedikit panjang melebihi taringnya para vampir.

Pintu yang di dobrak perlahan mengalami keretakan membuat prajurit yang berada tak jauh di depan pintu memegang erat senjata mereka.

Simon berjalan santai naik keatas benteng. Mata tajamnya melihat ratusan suku pedalaman yang terlihat seperti orang kelaparan dengan air liur menetes. Apa mereka melihat manusia sebagai makanan mereka?

Mata Simon menyipit kala melihat sosok yang sangat jauh berdiri di belakang para suku pedalaman dengan tangan yang berada di belakang. Merasa di perhatikan sosok itupun balik menatap Simon.

'Deg'

"dia bisa melihatku" batin Simon. Tak lama seringai muncul di bibirnya.

'Brak'

Akhirnya pintu hancur dan masuklah para suku pedalaman dan langsung menyerang prajurit yang juga ikut menyerang secara berkelompok.

"SERANG!! " teriak semangat para prajurit.

"lepaskan lagi panahnya!.. " perintah Jenderal. Ratusan panah lagi lagi melayang menyerang suku pedalaman itu.

Tangga terpasang di tembok perlahan mereka naik memanjat. "siapkan tombak mereka memanjat naik.. " teriak lantang jenderal.

Prajurit yang berada di belakang para pemegang panah maju dengan tombak besi dengan ujung di lelehi oleh lahar panas. Saat suku pedalaman itu satu langkah lagi memegang ujung tembok. Tombak langsung menyerang mata mereka dengan sangat dalam membuat mereka terjatuh dan membuat yang dibawahnya ikut jatuh namun ada pula yang bertahan.

Semua prajurit baik yang diatas maupun yang dibawah semua sibuk menyerang kecuali Simon yang sibuk memperhatikan sosok yang masih berdiri tanpa bergerak sedikitpun.

_______

Komen typo....

I Became Duke [Seme][BL ]√√حيث تعيش القصص. اكتشف الآن