Sebelas

16.5K 2.1K 67
                                    

"dimana Wiliam?.." Simon berjalan menuju ruang makan yang jaraknya lumayan jauh dari kamarnya.

"Tuan Wiliam sepertinya tidak berada di kamarnya Duke.. " ucap Arjun yang mengikuti Simon dibelakangnya tak lupa juga dengan Rey.

Langkah kakinya berhenti lalu menatap Arjun. " kemaa dia?.. "
Arjun menggeleng pertanda tidak tahunya.

"apa kamu lupa dia masih ada di ruang kerjamu. Mungkin efek ramuan obatmu atau mungkin karena dia kecapean makanya belum bangun.." Rey menjawab dengan enteng.

"jangan mengikutiku.. " Simon melangkah pergi menuju ruang kerjanya yang terletak sedikit di pojokan.

"sepertinya Duke mulai terbuka Rey.."

"ya dan aku menyukainya.. " Rey tersenyum. " semoga perubahannya membawanya ke kebahagian.." Arjun mengangguk.

"sepertinya aku tidak jadi ke ruang makan,suruh mereka makan tanpa menungguku.. "

Suara telepati terdengar di kepala mereka bersua menimbulkan tanda tanya. Mengapa tidak jadi keruang makan? Apa terjadi sesuatu.

"apa yang kamu lakukan.. " suara Simon mengagetkan Wiliam yang berdiri di balkon.

"salam Duke, maaf jika saya bergerak melebihi batas di ruang kerja Duke.. " Wiliam membungkuk. Dahi Simon mengernyit kenapa selirnya ini berbicara formal padanya.

"Simon.. "

"hah?.. "

"ck panggil aku dengan Simon tanpa embel Duke itu.. " wajah Simon terlihat menahan kesal.

"ma-mafkan saya Duke.. " Wiliam hendak bersujud.

"apa yang kamu lakukan.." tubuh Wiliam bergetar mendengar nada dingin milik Simon. "berdiri dan jangan lakukan itu lagi.. " Wiliam berdiri kepalanya menunduk tak mau menatap Simon yang menatapnya datar.

"apa lukamu sudah sembuh.. " tangan Simon terulur mengusap pipi mulus tanpa cela yang sayangnya terlihat memerah entah kenapa Simon tak mengerti kan dia orangnya kurang peka.

"su-sudah Duke dan te-tetima kasih atas perhatian anda.. " wajah Simon yang datar menambah datar. Tangannya tak lagi mengelus pipi tapi beralih mencengkeram dagu wiliam lalu mengangkatnya.

"sudah kubilang jangan memanggilku Duke mulai sekarang dan jangan berbicara Formal apakah sesulit itu hah!.. " suara dingin serta tatapan tajam siap membunuh itu terarah ke Wiliam membuatnya merinding. Badanya langsung bergetar hebat bahkan siap jatuh kelantai.

"jawab Wiliam Ashford Bridgerton.." suara Simon naik satu oktaf.

Nih orang gak tau apa kalau sudah terbiasa berbicara formal maka akan susah diubah.

"me-mengerti Du-Simon.. " tangan Simon melepas cengkeramannya membuat tubuh Wiliam luruh kelantai. Dia takut. Takut akan hukuman takut nyawanya melayang diruang kerja milik sang tiran. Air matanya jatuh dia tak sanggup jika dipenggal oleh orang yang ia cintai.

Menangis

Suara isakan tangis kecil keluar dari bibir mungilnya. Simon yang masih berdiri di hadapannya terkejut. Kenapa selirnya menangis ia gelisa apa yang membuat selir satunya ini menangis.

"hey kenapa menangis.. " Simon berjongkok di hadapan Wiliam lalu menggenggam tangan Wiliam. " maafka aku ok, maaf jika aku menyakitimu. Katakan padaku apa ini sakit.. " Simon mengelus dagu Wiliam yang terlihat memerah karena ulahnya.

"um ti-tidak hiks ini tidak sakit sama sekali.. "

Bohong

Bohong jika tidak sakit. Wiliam berbohong padahal dia merasakan nyeri pada rahanya namun takut mengatakan yang sejujurnya. Takut akan memancing kemarahan Simon. Takut jika ia akan diabaikan. Ia merasa bersyukur serta senang karena Simon mau berbicara dengannya bahkan mau menyentuhnya ia tak mau melewatkan kesempatan tersebut.

"baiklah, apa kamu sudah makan.. " Wiliam menggeleng. " baiklah kita makan dulu.. " saat akan berdiri, Wiliam menarik ujung baju Simon.

"bisakah kita makan berdua di sini.. " cicitnya pelan. Simon tersenyum tipis.
Menarik sebuah tali yang di sediakan khusus untuk memanggil pelayan.

"bawakan makanan. Dengan daging paling banyak. Tubuh selirku kurus sekali.. "

Para pelayan terkejut lalu memandang Wiliam dari atas sampai bawah. Mereka terkejut plus senang akhirnya tuan mereka ini mau memperhatikan selir yang sudah lama terabaikan. Kasihan sekali bukan.

"apa mata kalian tidak ingin digunakan lagi... " suara dingin Simon membangunkan mereka dari lamuannya. Dengan cepat mereka keluar menyiapkan makanan.

"apakah tubuhku sekurus itu?.. "gumam Wiliam.

"yah sangat kurus hingga tulangmu terlihat.. " wajah Wiliam suram. Membuat Simon merasa bersalah.

"tidak masalah, mulai sekarang kamu makan banyak biar badamu naik.. " Simon mengelus rambut Wilaim membuat wajahnya memerah lalu dengan cepat memeluk Simon menyembunyikan wajahnya di dada Simon.

"rupanya selirku ini bisa malu juga.. "

"aku punya perasaan bodoh.. " Wiliam memaki tanpa sadar tapi itu tak dihiraukan Simon .dia lebih memilih memeluk tubuh selirnya dengan erat.

"aku akan berubah.. " ucapnya sambil mengelus punggung Wiliam.

"aku akan menantikan perubahan itu.. "

"apa kamu memaafkanlu Wiliam.." Simon was was dia takut jika tidak akan dimaafkan oleh para selirnya.

"ya aku memafkanmu,apa kamu sudah meminta maaf kepada saudaraku yang lain?.. "

"belum, nanti aku akan berbicara kepada mereka.. " Wiliam mengangguk tak lama pintu diketuk dan masuklah para pelayan dengan membawa kereta makana dengan menu stek daging yang lumayan banyak.

"uh apa ini tidak terlalu banyak.. "

"tidak, ini untukmu sekarang mari makan.. "

**

Komen jika ada unsur typo kawan.

I Became Duke [Seme][BL ]√√Where stories live. Discover now