TIPS MENULIS #160 : Cara Menulis Sad Ending

385 47 18
                                    

Hal terbesar dalam hidup adalah harapan.

Sebab itulah, mayoritas pembaca lebih menyukai akhir yang bahagia karena itu memberikan harapan kemenangan dalam hidup mereka.

Namun, jika kamu telah memutuskan untuk menulis akhir cerita yang sedih untuk ceritamu, ini dia tipsnya :

(Ini tips KHUSUS untuk cerita sad ending, bukan bittersweet ending di mana setengah bahagia setengah sedih. Ini MURNI cerita sad ending. Jadi buat kamu yang mencari bittersweet ending, get the hell out of here! :p)

1. PUTAR PLOT

Dalam cerita happy ending, kita memiliki protagonis yang tersiksa di awal plot kemudian berbahagia di akhir.

Untuk menulis sad ending, kamu harus memperhatikan :

1. BABAK AWAL : Seperti biasa, perkenalkan karakter dan setting tempat, waktu. Namun, lebih banyak bangun keindahan, keistimewaan, yang manis-manis, yup, aku bicara tentang kupu-kupu, bunga mawar, jatuh cinta, apa pun, pokoknya ini kemenangan di awal.

2. BABAK TENGAH : Ini yang mulai menjadi pembeda. Konflik terbangun hingga menyentuh Midpoint. Nah, di Midpoint ini terjadi sebuah adegan di mana menjadi titik balik protagonis. Sebuah adegan yang besar yang mengubah keseluruhan plot yang sudah ada.

Karena kamu ingin menulis akhir yang menyedihkan, Midpoint bisa berupa sebuah pengungkapan atau tenggat waktu yang tidak bisa ditawar. Misalnya pengungkapan bahwa karakter utama memiliki penyakit mematikan, pengungkapan bahwa protagonis dan love interest-nya ternyata kakak adik, atau sebuah bencana yang tidak bisa dihindari seperti kebakaran, tsunami, perselingkuhan, dll.

3. BABAK AKHIR : Mulai dari Midpoint tadi, segalanya seperti terjun ke jurang. Semakin buruk memburuk. Memang, kamu harus memiliki beberapa adegan manis sebagai penawar di tengah-tengah kesedihan, tetapi tetap saja, konflik besar ini tidak bisa dihindari.

Hingga sampai di Klimaks. Masalahmu harus semakin besar. Benar, ini adalah saat di mana kematian, kegagalan, kehancuran protagonis terjadi.

Kamu --- dan protagonis, tidak memiliki jalan untuk menyelamatkan keadaan karena inilah yang memang sudah dibangun sejak awal. Pada titik ini, seharusnya pembaca sudah tahu ke mana arah cerita berjalan, yaitu pada kedukaan.

Meski begitu, tenang saja, jika kamu ingin memberikan semangat pada pembacamu, mereka tentu masih memiliki harapan itu, terutama jika mereka terlalu mendukung karakter dalam ceritamu.

2. KARAKTER YANG DIDUKUNG

Dari sekian banyak cerita sad ending yang pernah kubaca, protagonis dalam cerita ini pasti, PASTI seorang yang periang. Entah karakter utama saja atau juga love interest-nya.

Mengapa? Karena kita membutuhkannya di tengah cerita yang kelam.

Kamu harus memberikan kualitas periang, suka ngebanyol, tidak terduga, ada saja idenya untuk membuat seseorang tersenyum dan tertawa.

Ini juga bisa membuat karakter itu lebih mudah disukai dan didukung oleh pembaca. Sehingga ketika melihatnya sedih atau mati, itu menghancurkan hari mereka juga.

3. SETTING TEMPAT DAN WAKTU MENDUKUNG

Ini jarang diketahui oleh penulis, tapi aku dapatkan dari pelajaran membuat film, di mana tone di layar berpengaruh.

Kalau dalam film, situasi bahagia identik dengan warna terang seperti matahari, itu berarti kuning, oranye, merah dan semua warna turunannya.

Sementara situasi sedih, menegangkan, identik dengan warna biru tua, bisa juga dengan warna gelap lain seperti abu-abu bahkan hitam.

Cara Cepat Menjadi Penulis Hebat : TIPS MENULIS [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now