🦋 Death Invites

100 15 0
                                    

Theme song;
I Have A Dream - Westlife

! Set theme black !

"Mbak, besok disuruh dateng ke stasiun Maverick TV," Harlen menunjukkan sebuah pesan lewat email pada ponselnya kepadaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak, besok disuruh dateng ke stasiun Maverick TV," Harlen menunjukkan sebuah pesan lewat email pada ponselnya kepadaku.

Keningku berkerut dan mengambil ponsel Harlen untuk membaca pesan email itu.

Ah, ternyata mereka mengundangku untuk menjadi bintang tamu di salah satu program mereka karena novel baruku ini. Mereka ingin aku memberi persetujuan lewat Email jika aku bersedia untuk hadir.

"Gimana, Mbak? Setuju?" tanya adikku.

"Huum! Kayaknya cuma sebentar, kebetulan besok Mbak dapet kelas malem karena Dosen lagi pergi," sahutku, mengembalikan ponsel Harlen.

"Oke. Aku bales ya, email dari mereka, Mbak?"

"Iya."

Setelah itu tidak ada lagi perbincangan diantara aku dan Harlen. Dia kembali ke kamarnya dan aku kembali menyaksikan kartun dua bocah kembar identik berkepala botak di televisi.

Seketika aku memikirkan, apa yang harus aku katakan besok? Biasanya mereka akan bertanya seperti ini,

'Apa yang membuatmu kepikiran untuk nulis novel?'

'Kenapa harus fantasi?'

'Sejak kapan mulai belajar menulis?'

'Gimana respon orang tua ketika kamu sukses menjadi seorang penulis?'

'Ada impian lain selain menjadi penulis?'

Sedikit tidaknya pasti mereka akan menanyakan hal itu padaku. Tanpa perlu menghafal, aku juga sudah pasti bisa menjawabnya dengan mudah.

Namun, aku kembali mengingat ucapan gadis tadi.

Besok adalah kematian ku.

Ingatan itu membuat bulu kudukku berdiri dan jantungku kembali berdebar kencang. Apakah besok sesuatu yang buruk akan terjadi?

Sudahlah, Meluna! Kau tidak perlu membayangkan sesuatu yang tidak akan terjadi. Tuhan sesuai prasangka umatnya. Jika kau berprasangka buruk, maka sesuatu yang buruk akan terjadi. Jadi, teruslah berprasangka baik agar tidak terjadi apapun.

Aku mematikan televisi dan beranjak menuju kamar. Ini sudah cukup malam, sebentar lagi Papa dan Mama pasti pulang.

Menekan handle pintu, aku melihat gelangku kembali bersinar. Sebenarnya apa isi gelang ini? Apakah ada sebuah bohlam yang akan menyala sendiri? Aku ingin menyelidikinya, tetapi sayang sekali benda ini tidak bisa dilepas.

Mengunci pintu kamar dengan rapat, aku langsung merebahkan tubuh diatas kasur yang empuk dan nyaman. Sekilas aku melirik mahkota yang aku letak disenta atas meja. Ada kilauan berwarna merah muda disana, tetapi aku memilih untuk mengabaikannya.

MARVELOUS  𐘃  The Lost SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang