12. Temu 🌻

1.5K 186 25
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

———

Rasa di dada memberontak seakan berkata rindu. Namun selalu saja sikap egois muncul tanpa kenal waktu.

————

Sepulang dari menjemput Nazhira dan Raffa, Daniel mengendarai mobil dengan tatapan kosong. Pikirannya menerawang jauh entah ke mana. Sudah beberapa tahun setelah kejadian itu, ia tidak pernah lagi menemui Naura. Apalagi mengenai keadaannya sekarang, Daniel tidak tahu pasti. Namun yang jelas, terakhir kali ia mendapatkan informasi tentang Naura dari Ustadzah Rahma.

Waktu itu ia sempat dikabarkan oleh ustadzah bahwa Naura yang sekarang sudah jauh lebih baik. Walaupun belum sepenuhnya menutupi aurat, tapi wanita itu tak pernah lagi menggunakan pakaian yang terbuka. Ia lebih senang menghabiskan waktu di mushola untuk mengaji atau berbagi cerita dengan sesama narapidana lainnya.

Seketika Daniel sangat ingin sekali menemuinya. Lama tidak melihat Naura membuat ia semakin penasaran.

"Sesekali mungkin nggak ada salahnya, 'kan? Lagi pula aku hanya ingin melihat kondisinya, bukan untuk mengunjungi," ucap Daniel pada diri sendiri.

Pria berperawakan tinggi dengan tubuh atletis itu akhirnya memutuskan untuk memutar arah kemudi menuju Lapas kota Malang. Keputusannya sudah bulat. Kali ini ia tidak boleh ketahuan lagi oleh Levin, Kaila, atau siapa pun.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke tempat tersebut. Dan sepertinya, beberapa fasilitas bangunan yang ada di sana telah mengalami banyak perubahan. Khususnya untuk ruang-ruang para narapidana.

"Pak, maaf ... saya ingin mengunjungi salah satu narapidana bernama Naura," jelas Daniel setelah sampai di pusat informasi.

"Oh, Mbak Naura? Dia sudah tidak berada di sel No. 52, sekarang telah pindah ke sel No. 07," jawab sang petugas.

Daniel mengerutkan dahi. "Nomor 07? Naura dipindahkan, Pak?" sekali lagi ia bertanya untuk memastikan. Pasalnya, ketika tadi sempat melewati sel No. 52 ia tidak menemukan sosok Naura di sana, melainkan narapidana baru yang entah dari mana asal usulnya.

"Mbak Naura memang sudah dipindahkan ke salah satu kamar sel terbaik di Lapas ini. Karena selama beberapa tahun terakhir, ia sudah banyak membantu orang lain dan mengabdikan dirinya dalam sel tahanan. Jadi, Kepala lembaga pemasyarakatan meminta agar ia dipindahkan ke tempat tersebut. Sel itu hanya terdapat sepuluh kamar dengan fasilitas privasi di dalamnya. Hanya orang-orang tertentu yang dapat masuk ke sana. Di tempat ini sebuah peraturan mengatakan, jika ada salah seorang narapidana yang berbuat baik terhadap sesama, maka ia akan dipindahkan ke kamar tersebut. Hal itu sebagai poin tambahan karena mereka layak mendapatkan hadiah khusus atas tindakannya. Bukan seperti narapidana kelas kakap yang memanfaatkan hartanya untuk membayar orang dalam agar mendapatkan fasilitas VIP, namun murni dari usaha keras mereka sendiri," jelas petugas Lapas panjang lebar.

Daniel hanya bisa terperangah mendengar semuanya. Naura, sudah sampai mana perubahannya sekarang? Sepertinya ia sudah berubah begitu jauh.

Melihat Daniel hanya mematung di tempat membuat si petugas menawarkan jasa antar padanya.

"Mau saya antar ke ruang sel Mbak Naura?"

BAD FATE (End✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang