37. Pacar? 🌻

1.2K 170 56
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

---

Ruang makan rumah Eyang menjadi ramai karena kehadiran anak dan cucunya. Semua berkumpul menikmati makan siang bersama.

"Kak Deven," panggil Livina.

"Eum?" Deven menoleh sembari menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Ardian mau ngelamar aku."

Uhuuukk ... Uhukk ...

Lelaki itu tersedak mendengar ucapan adiknya yang sangat spontan.

"Pelan-pelan, Mas!" Kaila yang berada di sebelahnya dengan sigap memberi segelas air untuk suaminya.

Deven meneguk minuman tersebut, kemudian kembali melihat ke arah Livina.

"Ardian ngelamar?! Maksudnya ngajakin nikah??"

Livina mengangguk.

"Kuliah kamu aja belum selesai, gimana mau nikah," ucap Deven.

"Loh, Kak Kai sama Kak Deven 'kan juga nikah muda?" protesnya.

"Ya iyaa, tapi ... kenapa buru-buru banget?"

"Nggak buru-buru, kok. Sekarang baru lamarannya aja, nikahnya setelah kita berdua lulus kuliah. Kayak kalian waktu itu," jelas Livina.

Mendengar kata lamaran, seketika Zhira ikut menimbrung. "Ciye, Tante udah di lamar. Ciye yang mau nikah!!!" godanya.

"Kapan dia mau ke rumah?" potong Deven.

"Minggu ini kayanya."

"Haa?!" Deven sedikit kaget.

"Minggu ini Kakak kerja, Liv. Ganti aja jadi minggu depan."

"Nggak bisa, Kak. Kita kan mesti balik lagi ke Inggris minggu depan," jawab Livina.

"Yaa, terserah. Kalau mau lamaran harus nungguin Kakak, kalo enggak ...."

"Apaa?" protes Livina.

"Ya kamu tahu sendiri, Liv. Kakak nggak bakal ngizinin."

Seketika Livina mendengus kesal. Selera makannya menjadi berantakan. Sepertinya semua orang tak bisa berbuat banyak. Begitu pun Mami dan kakak iparnya yang sedari tadi hanya menyimak, seakan sudah tahu pilihan terakhir ada di tangannya.

Livina menarik napas lalu mengembuskan perlahan. "Ya udah minggu depan. Nanti aku bilang ke Ardian supaya harinya diundur."

"Kuliah kamu?" Kali ini Mama ikut andil. Mengingat kuliah putri bungsunya yang masih di pertengahan semester.

"Nanti aku izin ambil cuti ya, Ma?"

Wanita paruh baya itu mengangguk dan menyetujui. Mereka pun kembali melanjutkan makan siang yang tadi sempat terhenti.

***

Setelah makan siang selesai dan sempat berbincang-bincang ringan, Kaila dan Deven memutuskan untuk pulang. Dikarenakan Lais sudah menagih janji mereka untuk segera pergi ke tempat permainan.

"Ayoo, Mommy ... perginya sekarang aja," bujuk Lais.

"Sabar dong, Sayang. kan waktunya masih panjang."

"Tapi aku mau sekarang, Mommy. Kalau malam pasti sepi, dan sekarang masih sore jadi pasti rame banget yang main ke sana."

Melihat Lais semakin rewel, Kaila menundukkan kepala, kemudian berbisik sesuatu di telinga putra kecilnya. "Kamu coba bujuk Daddy gih."

BAD FATE (End✔)Where stories live. Discover now