38. Curhat 🌻

1.2K 170 50
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

———

"Pokoknya, ingat pesan Tante, ya ...
SMA itu masa-masa indah untuk dinikmati. Jadi jangan lupa cari pacar di sana."

————

"Kalau Raffa? Apa kabar sahabat kamu satu itu?"

Zhira terbungkam. Tubuhnya hanya diam dan menatap lampu tidur di langit-langit kamar.

Raffa?

Entahlah, rasanya sudah lama sekali tak mendengar kabar tentang lelaki itu. Terakhir kali mereka sempat bertemu di pertigaan komplek. Keduanya tak saling bertegur sapa, apalagi bertanya soal kabar.
Padahal dulu, jauh sebelum pertengkaran itu terjadi hubungan mereka baik-baik saja. Apa pun dilalui berdua, tiada henti bahkan hampir 24 jam selalu bersama.

Seketika Zhira merindukan Raffa. Sangat rindu hingga dadanya berdenyut sakit.
Selama memasuki bangku SMA, Zhira belum pernah menemui sosok teman seperti Raffa. Sosok makhluk yang amat sangat langka, yang tak akan ditemui di belahan dunia mana pun.

"Loh, kok bengong?" tanya Livina membuyarkan lamunannya.

"Nggak tahu, Te. Udah lama nggak ketemu."

"Kenapa? Kalian berantem?"

Tanpa menoleh ke arahnya, Nazhira mengangguk pelan.

"Mau cerita?" tawar Livina. Biasanya, keponakan kecil itu selalu curhat tentang masalah apa pun. Bahkan ketika sedang berada di Inggris, ia akan rela video call walau harus mengeluarkan biaya yang lumayan mahal.

"Cerita apa? Soal Raffa?"

Livina mengangguk, lalu membiarkan Zhira merangkai kata. Gadis itu menarik napas dalam sebelum memulai sesi curhatnya.

"Jadi, lima bulan yang lalu ...."

Suara lembut Nazhira mengalun di setiap detik jarum jam. Menghantarkan keheningan yang terjadi pada malam ini. Tak ada satu suara pun yang berani mengusik ceritanya, bahkan semilir angin ikut menyimak mendengar hingga selesai.

Livina mengangguk-angguk tatkala Zhira menepi pada akhir cerita. Ia paham di mana letak permasalahannya.

"Sayang ..., kamu tahu nggak kalau sebenarnya kalian itu salah paham?"

Sebelah alis Zhira terangkat. "Maksudnya salah paham, Te?"

"Ya ... kalian nggak ada komunikasi sama sekali, kan?"

Gadis itu diam sejenak, lalu membenarkan ucapannya.

"Wajar kalau kalian berpikir negatif satu sama lain. Mungkin di pikiran Raffa, dia takut kamu kenapa-napa. Takut kamu di jahatin sama Leo dan teman-temannya. Namun, di sisi lain kamu mempunyai anggapan yang berbeda. Merasa Raffa sangat keterlaluan karena bicara kasar padamu malam itu. Padahal tujuannya nggak seperti itu. Hanya saja, pikiran masing-masing yang membuat semuanya jadi semakin rumit."

BAD FATE (End✔)Where stories live. Discover now