60. Pelampiasan 🌻

1.3K 171 128
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu!

———

Menerima kenyataan sering kali menjadi beban terberat dalam hidup. Apalagi kalau ternyata kenyataan itu tidak pernah diharapkan untuk terjadi.

————

A story by
DINDA VIRANI

☔☔☔

Sudah hampir berapa minggu ini Daniel tak bersemangat melakukan aktivitas. Bahkan hanya sekedar keluar untuk mencari makan pun ia enggan. Semenjak tragedi mengerikan waktu itu, Daniel memutuskan mencari kontrakan terdekat sebagai tempat bernaung sementara. Padahal, sudah berapa puluh kali papi menyuruhnya untuk tetap tinggal di sana. Itu karena ia sudah terlanjur malu, tidak mau merepotkan dan bertekad menyambung hidup dengan jerih payahnya sendiri. Sekarang, yang ia lakukan malah mengambil cuti libur dari pekerjaannya. Keinginan untuk hidup benar-benar telah menghilang dari dirinya.

✉: Lo di mana?? Bisa temenin gue?

Sebuah pesan masuk dari Levin baru saja tampak di layar ponselnya. Daniel tidak membalas, namun tetap bergeming dan membiarkan ponselnya ke atas meja.

Rasanya ia tidak berselera berinteraksi dengan siapa pun. Tapi di sisi lain ia penasaran, ada gerangan apa Levin sampai menanyakan keberadaannya? Bukankah lelaki itu tahu kalau ia telah berbuat kesalahan dan tak pantas untuk dijadikan teman?

Sesekali ia melirik ponsel. Bimbang ingin menjawab atau tidak. Jika menjawab, dirinya akan sangat canggung menemui Levin. Tapi jika tidak, ia akan sangat penasaran apa yang membuat lelaki itu begitu membutuhkannya.

DRRRRTTTTT ...

Nada dering yang sebelumnya sengaja ia getarkan kini kembali berbunyi. Mau tak mau Daniel menghampiri. Namun lagi-lagi, dugaannya benar kali ini. Nama Levin kembali terpampang nyata di layar pipih tersebut.

"Ada apa?" tanya Daniel sangat datar.

"Lo di mana??! Orang-orang pada nyariin lo tahu nggak! Kenapa nggak pulang aja sih?? Maminya Kaila khawatir sama lo!"

Daniel masih diam di tempat. Tak berniat menjawab satu kata pun.

"Oi, Daniel! Ah elaaah ... jawab napa! Ini gue manusia bukan patung!"

"Gue ngontrak di Jl. Pondok Belimbing. tolong sampaikan ke Mami kalo gue baik-baik aja." akhirnya lelaki itu mengeluarkan suara.

"Kasih alamat lengkap lo sekarang. Biar gue yang ke sana!" Pinta Levin dengan paksaan. Membuat Daniel mengembuskan Napas saat ia memutuskan panggilan secara sepihak. Mau tidak mau ia mengirimkan alamat tempat tinggalnya pada Co-Pilot tersebut.

Kurang lebih satu jam, Levin sudah sampai di depan kontrakan Daniel dan mengedor pintunya dengan suara lantang.

"Oi! ini gue, Levin! Buka pintunya!" Daniel beranjak. Tubuhnya yang tinggi dengan santai membuka pintu kontrakan tersebut.

"Lo ngapain sih?!" tanya Daniel dengan wajah datar.

"Gue yang harusnya nanya lo ngapain nyewa kontrakan kayak gini??" balas Levin tak ingin kalah. Ia membuka pintu lebar-lebar dan masuk tanpa menghiraukan pemilik kontrakan mengizinkan.

BAD FATE (End✔)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt