18. Perjodohan 🌻

1.3K 160 42
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

———

Berjuang lebih dalam atau
berhenti untuk melepaskan?

————

"Papaa??"

Naura sedikit terkejut dengan kedatangan sang papa yang selalu tiba-tiba. Pak Iwan menatapnya dingin. Tampak sekali raut wajah itu memperjelas semuanya.

"Eum ... Zhira Sama Om Daniel cari dulu ya sedotannya. Nanti Tante Nau menyusul," pinta Naura pada dua orang di depannya. Tak lupa juga memberi kode pada Daniel agar meninggalkan tempat ini dengan segera.

Mau tak mau Daniel mengangguk setuju. Mengajak Nazhira untuk ke lapangan detik itu juga. Saat berpas-pasan dengan Pak Iwan, ia mencoba untuk tersenyum ramah. Namun senyumannya sama sekali tidak digubris, seakan ia bukan terlahir sebagai manusia yang sama.

Ketika sampai di lapangan, Zhira mengumpulkan berbagai macam sedotan bekas yang berserakan di tanah. Sesekali ia bersihkan dengan tisu karena tampak sedikit kotor, sedangkan Daniel menunggunya di kursi panjang setelah mendapatkan sedotan yang cukup banyak.

"Om, nih! Digabungin aja," ucap Zhira menyerahkan sedotan yang berada di genggaman tangannya.

"Iya, masukin aja ke sini," balas Daniel menunjuk plastik berisikan sedotan-sedotan tersebut.

"Beuh ... capek juga ya ternyata. Panas lagi! Gerah ...." keluh Zhira lalu mendudukkan diri di sebelah Daniel.

"Zhira mau minum? Om beliin, ya?" tawar Daniel. Untungnya lelaki itu mempunyai kepekaan di atas rata-rata.

"Nggak usah, Om. Nanti aja minta di kamarnya Tante Naura."

Daniel pun mengangguk.

"Oh iya, Om. Kira-kira Kakek tadi siapa ya? Kok kayaknya galak banget," lanjut Zhira bertanya.

"Ayahnya Tante Naura."

"Masa sih?? pantesan waktu ngeliatin Om Daniel kaya nggak suka gitu."

"Huuush! nggak boleh ngomong gitu," tegur Daniel.

"Iiih tapi Zhira nggak bo'ong ... matanya juga serem bangeeet."

Daniel hanya diam. Membenarkan segala ucapan yang dilontarkan oleh Nazhira.
Dari kejauhan, seorang perempuan yang sudah sangat dikenal datang menghampiri mereka.

"Assalamualaikum ..." sapa Ustadzah Rahma.

"Wa'alaikumsalam," jawab Daniel dan Zhira dengan senyuman.

"Lagi pada ngapain nih sampe keringetan panas-panas gini?"

"Habis cari sedotan bekas, Ustadzah," jawab Nazhira ramah. Keseringan datang ke tempat ini membuat gadis cantik itu mengenal sosok Ustadzah Rahma.

"Waaah, mau di buat apa itu sedotannya?"

"Tante Nau tadi ngajakin bikin kerajian, tapi nggak tahu deh sampai sekarang belum juga datang." Zhira sesekali melirik kamar sel Naura yang berada jauh di sebelah kirinya.

BAD FATE (End✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang