28. Renggang 🌻

1.3K 166 57
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

———

Perlahan-lahan, hubungan itu kian merenggang, dan jarak pun mulai terbentang.

————

Raffa memarkirkan sepedanya di garasi rumah. Tadi sepulang sekolah, ia sempat melewati rumah Zhira. Namun sepertinya Zhira masih menunggu jemputan di halte sekolah. Lelaki itu sengaja tidak menawarkan diri untuk pulang bersama. Karena seperti yang ia katakan, biarlah Zhira yang lebih dulu menemuinya jika amarah sudah mereda.

"Kamu kenapa? Kok murung gitu?" tanya Liana saat mendapati putranya berjalan menuju tangga.

"Enggak kok, Ma. Capek aja."

"Pasti Nazhira? Kalian berantem, ya?"

Pertanyaan Mama sukses membuat Raffa terdiam. Seakan paham dengan isi kepalanya saat ini. Begitu hebat naluri seorang ibu, tanpa bertanya pun ia sudah tahu lebih dulu. Lagipula, sedari kecil Liana sudah hafal dengan sifat Raffa. Apalagi yang membuat putranya tidak semangat menjalani hari kalau bukan karena si gadis cantik bermata indah itu?

"Zhiranya ngambek?"

Raffa masih diam.

"Kalau berantem minta maaf dong, Raff. Masa diam aja," sambung Liana.

"Iya, Ma, nanti aku minta maaf," balas Raffa lalu masuk ke dalam kamar.

Keesokan harinya ketika tiba di sekolah, Raffa kembali memantau aktivitas Zhira dari kejauhan. Hal biasa yang selalu ia lakukan jika sedang bertengkar dengan gadis itu. Mereka sama-sama diam tanpa ada yang bicara. Padahal jarak keduanya tidak lebih dari lima langkah.

"Ra, ada titipan buat kamu." Seorang teman perempuan datang menghampiri Zhira. Kedua telinga Raffa mendengar dengan jelas, namun tak bertindak apa-apa. Biasanya, ia akan menjadi orang pertama yang menolak titipan tersebut. Tapi tidak untuk sekarang, biarlah Zhira yang memilih mau menerima atau dibuang.

Gadis itu tersenyum ramah."Terima kasih."
Kemudian meletakkan pemberian tersebut ke dalam laci, tanpa berniat membukanya sama sekali.

Saat Nazhira sedang kerja kelompok bersama teman-temannya di perpustakaan, Raffa dengan sigap menghampiri tempat duduknya. Meraba laci yang terdapat banyak hadiah di dalamnya.

Seketika ia mengerutkan dahi saat mendapati sebuah hadiah dari Bima — laki-laki yang kemarin sempat menemui Nazhira.

"Dia lagi ... dia lagi. Nggak ada capek-capeknya tuh cowok!" umpat Raffa lalu meletakkan kembali hadiah tersebut.

Awal mula ia hanya ingin membiarkan, namun lama-kelamaan hubungan mereka tidak mendapati titik terang. Nazhira masih enggan menemuinya, bahkan hingga saat Ujian Nasional telah dimulai.

Perlahan-lahan, hubungan itu kian merenggang, dan jarak pun mulai terbentang.

***

"Kenapa nasinya nggak di makan, Princess?" tanya Deven saat sedang makan malam bersama keluarga. Sedari tadi, kedua netranya tiada henti memperhatikan Nazhira yang hanya murung saat semua orang bercerita banyak hal.

"Zhira udah kenyang, Daddy," jawab Zhira mendongakkan kepala. Membuat Kaila ikut menoleh ke arahnya.

"Ada apa? Masakan Mommy nggak enak, ya?"

Gadis itu menggeleng, permasalahannya bukan terletak di sana. "Enak kok, masakan Mommy mana pernah nggak enak."

"Bohong tuh, Mom," timpal Lais tiba-tiba, "pasti gara-gara masakan Mommy keasinan. Ya, 'kan?" lanjutnya tanpa beban.

Seketika Kaila beralih ke putra bungsunya. "Masa, sih? Perasaan Mommy nambahin garam cuma sedikit deh." Kedua tangannya meraih sendok untuk mencicipi masakannya sendiri.

"Enggak, kok. Biasa aja."

"Emang nggak kenapa-napa, Mommy. Lais aja tuh yang ngaco," jawab Zhira melirik tajam ke arah adiknya.

"It's okay, Sayang. Kalau udah kenyang nggak usah dipaksakan," Deven ikut bicara.

Gadis itu mengangguk. Lalu kembali melanjutkan ucapan. "Daddy, Zhira boleh izin ke kamar?"

"Boleh," jawab Deven mempersilahkan anak gadisnya beranjak dari ruangan.

"Mommy ..., Zhira duluan, ya?"

"Iya, Sayang," balas Kaila.

Ketika Nazhira sudah pergi meninggalkan ruangan, Deven dan Kaila refleks saling bertukar pandang.

"Zhira kenapa, ya? Akhir-akhir ini suka diam aja."

"Mungkin lagi pusing mikirin ujian kali, Yang. Tau sendiri dia kalo udah belajar paniknya gimana," jawab Deven.

"Tapi kalau kata aku bukan karena itu deh, Mas. Apa mungkin dia lagi berantem ya sama Raffa? Udah lama 'kan Raffa nggak ke sini?"

"Iya, Mommy. Abang Raffa udah jarang banget datang ke rumah kita," timpal Lais yang mendengar percakapan mereka.

"Bisa jadi," jawab Deven, "Coba nanti ditanyain langsung ke kamarnya, Yang."

Kaila mengangguk.
"Iya, Mas. Nanti aku ke kamarnya."

***

Zhira membenamkan wajah di balik bantal. Pikirannya semakin tak kunjung tenang. Sudah hampir satu minggu ia tidak bertegur sapa dengan Raffa. Mengira semuanya akan baik-baik saja, namun tampaknya ini kian menyiksa.

Lelaki itu sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Atau mungkin sengaja membiarkannya seorang diri. Zhira kesepian, ia butuh teman. Bukan sekadar teman yang biasa bercengkrama di sekolah. Namun teman yang selalu melekat tiap detiknya.

Semua rasa sedih, kesal, dan emosi berkecambuk di dalam hati. Kenapa lelaki itu begitu egois dan tidak bisa memahami perasaannya? Zhira tak suka! Raffa benar-benar berhasil membuatnya kecewa.

"Kak?" panggil Kaila dari luar kamar. Wanita itu berjalan menghampiri ketika melihat pintu kamar putrinya terbuka.
Dilihatnya Nazhira sedang berada di tempat tidur. Membenamkan wajah tanpa berbalik ke arahnya.

"Kenapa, Sayang? Lagi ada masalah, ya?" Kaila memberanikan diri untuk mendekat dan duduk di pinggir ranjang tempat tidur. Mengusap pelan rambut Nazhira yang lumayan panjang lalu diselipkan ke belakang telinga. Hingga memperlihatkan wajah cantik alami terpancar dengan sangat nyata.

"Mommy siap mendengar kalau Kakak pengin cerita."

Awalnya Nazhira hanya diam, namun kemudian berbalik badan. Mendudukkan diri lalu memeluk tubuh Kaila dengan erat.

"Raffa, Mommy...," isaknya lirih.

"Kenapa dengan Raffa?" tanya Kaila lembut, "kalian berantem?"

Kali ini Zhira mengangguk. Tebakan Mommy benar-benar tepat sasaran

"Kok bisa? Sejak kapan?" pancing Kaila.

"Udah hampir seminggu kita nggak barengan," jawab Nazhira menceritakan semua yang terjadi. Berharap dapat melegakan hati yang entah sejak kapan terasa sesak.

Gadis itu tidak sadar, atau mungkin belum mengerti rasa apa yang tengah menyelimuti saat ini. Namun yang ia tahu pasti, ia ingin Raffa kembali.

☔☔☔

Setelah membaca, dimohon untuk kasih bintang dulu ya, teman-teman. Karena itu gratis!

Kalau ada kata yang membingungkan, ataupun typo yang bertebaran, dimohon dengan sangat untuk memberi tahuku agar aku bisa memperbaikinya.

Terimakasih sudah membaca😄
Jangan lupa komentarnya juga

BAD FATE (End✔)Where stories live. Discover now