41. Melamar 🌻

1K 156 21
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

———

Seperti janjinya pada Naura satu minggu yang lalu, tepat di hari ini Daniel memberanikan diri untuk menemui sang papa di kediamannya.

Bukankah ia harus menjadi pemberani demi mendapatkan wanita yang ia cintai?

Dan sekarang, yang harus ia lakukan adalah membuktikan itu semua. Mengutarakan niat baiknya melamar seorang anak gadis di depan ayah kandungnya, seperti yang Deven ajarkan waktu itu.

Kini, lelaki dewasa berwajah rupawan tersebut sudah berdiri tegang tepat di depan pintu rumah calon mertua.

Bahkan sebelum memulai pun, detak jantungnya sudah rusuh tak karuan,  dadanya bergemuruh kencang. Gugup setengah mati. Namun ia sudah bertekad kuat. Bukan Daniel namanya kalau hal sekecil ini saja langsung menyerah.

Sebelum bergerak lebih dalam, ia menarik napas dalam-dalam. Menetralkan detak jantung agar bisa sedikit diajak berkompromi. Matanya perlahan memejam, mengingat kembali kosakata yang telah ia rancang. Saat semua dirasa cukup, ia tinggal memulai dan melancarkan aksinya.

Tok ... Tok...

Suara ketukan pintu berhasil ia hasilkan dari genggaman tangan kekarnya.

Ceklek!

Seorang perempuan yang ditebak berumur 40 tahunan membuka pintu tersebut. "Maaf, cari siapa ya?"


"Saya mau tanya, apa benar ini rumahnya Pak Iwan?"

Wanita itu mengangguk. "Iya benar, Bapak ada di dalam. Kalau boleh tahu ada keperluan apa ya, Mas?"

Sejenak Daniel terdiam untuk memikirkan jawaban. Sepertinya yang berdiri di depannya ini adalah seorang asisten rumah tangga.

"Saya ada urusan mendesak dengan Pak Iwan. Nama saya Daniel, tolong katakan pada beliau saya ingin bertemu."

Asisten rumah tangga tersebut memperhatikan gerak-geriknya seperkian detik, lalu pamit masuk ke dalam. "Tunggu sebentar ya, Mas."

Setelah menunggu kurun waktu lima menit, seorang lelaki paruh baya bertubuh sintal kini datang menghampiri. Daniel masih ingat bagaimana wujud rupa calon mertuanya. Beberapa waktu sempat bertemu di dalam Lapas penjara.

"Masuk."

Tanpa basa-basi atau sekedar sapa-salam sedikit pun, Daniel di minta untuk ikut ke ruang tamu. Mau tak mau ia mengangguk tanpa peduli apa yang akan terjadi.

"Apa tujuan kamu datang ke sini?" tanya Pak Iwan setelah mendudukki kursi kebesarannya yang empuk itu. Sedangkan Daniel masih berdiri di hadapannya. Tidak sopan jika ia harus ikut duduk karena Pak Iwan sama sekali tidak menawarkan tempat tersebut untuknya.

"Nama saya Daniel, maaf kalau kedatangan saya mengganggu waktu istirahat Anda. Saya ke sini ingin menyampaikan niat baik saya untuk—"

"Kamu lelaki yang sering menemui anak saya di penjara, kan?" potong Pak Iwan dengan tatapan dingin. Menyandarkan tubuh di badan kursi, lalu mengangkat sebelah kaki layaknya seorang raja yang tengah menduduki singgasananya.

BAD FATE (End✔)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin